Aktivis Demokrasi Hong Kong Dipenjara: Siapa Mereka dan Apa Kasusnya?
Aktivis Hong Kong 47 pertama kali ditangkap pada tahun 2021 karena menyelenggarakan pemilu tidak resmi yang oleh pihak berwenang disamakan dengan kudeta .
Context.id, JAKARTA - Pengadilan Hong Kong menjatuhkan hukuman penjara hingga 10 tahun kepada 45 aktivis pro-demokrasi pada hari Selasa, dalam hukuman massal pertama sejak Beijing memberlakukan undang-undang keamanan nasional yang kontroversial di kota semi-otonom China tersebut.
Para aktivis tersebut termasuk di antara 47 orang yang ditangkap pada tahun 2021 karena menyelenggarakan pemilihan pendahuluan tidak resmi untuk memilih kandidat legislatif yang prodemokrasi.
Pihak berwenang menduga tindakan tersebut melanggar undang-undang keamanan Beijing yang pertama kali diperkenalkan pada tahun 2020.
Undang-undang terbaru itu yang diberlakukan oleh pemerintah China untuk mengkriminalisasi tindakan pembangkangan, penghasutan, dan kolusi asing di semua wilayah yang berada dalam kekuasaan Beijing.
Melansir Al Jazeera, dalam kasus yang disebut sebagai kasus keamanan nasional terbesar di Hong Kong, jaksa menuduh para terdakwa berencana untuk "menggulingkan" pemerintah dengan memaksa pemimpin kota itu mengundurkan diri. Dua orang sebelumnya dibebaskan selama persidangan yang panjang itu.
BACA JUGA
Pemerintah asing dan kelompok hak asasi manusia dengan cepat mengecam otoritas Hong Kong dan China atas putusan tersebut di tengah kekhawatiran kemunduran demokrasi dan pelanggaran hak asasi manusia di kota berpenduduk tujuh juta orang tersebut.
Sebenarnya apa itu Hong Kong 47?
Sebenarnya ini bermula dari gelombang protes besar pada 2019 terhadap undang-undang baru, yang dapat memungkinkan ekstradisi ke China Daratan.
Alhasil para aktivis demokrasi dan dan politisi pro-demokrasi menyelenggarakan pemilihan pendahuluan yang ditetapkan pada bulan Juli 2020.
Pemilihan pendahuluan itu dimaksudkan untuk membantu menyusun daftar pendek kandidat yang akan mencalonkan diri dalam pemilihan legislatif.
Atas langkah mereka yang dianggap subversif, otoritas Hong Kong atas perintah China menangkap para aktivis itu. Pengadilan Hong Kong telah menjatuhkan hukuman penjara antara empat dan 10 tahun kepada 45 tokoh pro-demokrasi
Nama Hong Kong 47 itu berasal dari jumlah mereka yang ditangkap. Namun sebelum persidangan ada dua orang yang akhirnya dilepaskan.
Aktivis dan politisi pro-demokrasi ini adalah tokoh-tokoh yang dikenal paling menonjol dalam perlawanan dan protes terhadap langkah-langkah Beijing. Beberapa dari mereka pernah dipenjara sebelumnya atas tuduhan aktivisme.
Siapa saja mereka?
Sebenarnya Menteri Hong Kong Erick Tsang telah memperingatkan pemilihan pendahuluan dapat melanggar undang-undang tersebut.
Namun, penyelenggara tetap melanjutkannya, mengambil risiko bahwa gerakan pro-demokrasi masih dapat menemukan jalan keluar.
Kelompok tersebut berharap dengan pemilihan pendahuluan bisa memenangkan suara mayoritas di parlemen Hong Kong, Dewan Legislatif atau LegCo.
Dari situ mereka akan menggunakannya untuk memblokir rancangan undang-undang dan memaksa pembubaran LegCo serta pengunduran diri kepala eksekutif. Hakim keamanan nasional menganggap hal ini sebagai tindakan subversi.
Sebenarnya, seperti dilansir The Guardian, mereka yang terlibat dalam pemilihan pendahuluan bukan hanya aktivis dan politisi, tapi ada juga pekerja sosial dan pemimpin atau tokoh masyarakat setempat.
Berikut ini adalah beberapa anggota terkemuka Hong Kong 47:
Benny Tai
Benny Tai dituduh oleh jaksa sebagai penghasut utama rencana pemilihan pendahuluan, dan oleh Beijing sebagai "pengkhianat kejam".
Tai seorang profesor hukum dan aktivis yang sebelumnya pernah dipenjara karena keterlibatannya dalam "gerakan payung" tahun 2014.
Dirinya telah menerbitkan manifesto yang menguraikan rencana untuk memaksa pemerintah di Hong Kong dan China untuk memulihkan otonomi dan demokrasi Hong Kong.
Pemilihan pendahuluan, dan memenangkan sedikitnya 35 kursi di LegCo yang beranggotakan 70 orang, merupakan bagian pertama dari rencana tersebut. Tai mengaku bersalah dan dijatuhi hukuman 10 tahun penjara.
Joshua Wong
Joshua Wong adalah aktivis mahasiswa dan politikus terkenal. Pria berusia 28 tahun itu mendekam di penjara dan menjalani hukuman terkait protes lainnya.
Wong terkenal saat mengorganisir sekelompok anak muda saat protes "gerakan payung" yang berlangsung selama 79 hari pada 2014.
Gerakan ini menuntut hak pilih universal bagi warga Hong Kong. Mereka kemudian mendirikan partai politik Demosisto dan empat calegnya terpilih menjadi anggota Dewan Legislatif tetapi didiskualifikasi karena mengubah sumpah jabatan saat mencoba menduduki kursi mereka.
Partai tersebut secara resmi dibubarkan setelah diberlakukannya undang-undang keamanan nasional pada bulan Juni. Wong mengaku bersalah dan dijatuhi hukuman empat tahun delapan bulan.
Claudia Mo
Salah satu legislator demokrat Hong Kong yang paling vokal dan pendiri partai Civic. Dia adalah pendukung kuat gerakan pro-demokrasi sekaligus demonstran yang gigih.
Dia mengundurkan diri dari parlemen pada November 2020, bersama seluruh blok pro-demokrasi, sebagai protes terhadap diskualifikasi empat rekannya yang diperintahkan Beijing.
Dalam sebuah pesan di Facebook segera setelah dia didakwa, Mo mengatakan kepada para pendukungnya, “Saya mungkin lemah secara fisik, tetapi saya kuat secara mental … Jangan khawatir. Kami semua mencintai Hong Kong, yah.”
Dia ditolak jaminannya sebagian karena percakapan WhatsApp yang dia lakukan dengan media asing.
Di penjara, wanita berusia 67 tahun itu dilaporkan membuka kursus politik dan pengajaran bahasa asing untuk tahanan lain.
Otoritas menolak izinnya saat ingin mengunjungi suaminya, jurnalis Inggris Philip Bowring yang sedang sakit. Seperti halnya Wong, Mo mengaku bersalah dan dijatuhi hukuman empat tahun dua bulan.
Gordon Ng
Warga negara ganda Hong Kong-Australia, yang dituduh sebagai penyelenggara pemilihan pendahuluan. tudingan yang dibantahnya. Dalam pernyataan pada bulan Agustus 2022 yang diunggah daring oleh seorang perantara, Ng mengatakan:
“Apakah saya pikir saya telah melakukan kejahatan? Tidak, saya sama sekali tidak. Saya siap menghadapi pertempuran terbesar dalam hidup saya di medan pengadilan. Saya takut, tetapi saya tidak akan mundur.”
Ng tidak mau mengaku bersalah, dan dijatuhi hukuman tujuh tahun tiga bulan.
Gwyneth Ho Kwai-lam
Gwyneth Ho Kwai-lam mantan reporter Stand News ini menjadi terkenal selama protes 2019, yang ia liput dari garis depan, menyiarkan langsung pelaporannya dari stasiun Yuen Long saat geng-geng menyerang pengunjuk rasa dan penumpang dan kemudian reporter itu sendiri.
Dia sebelumnya mengatakan tidak akan meninggalkan Hong Kong karena "biaya pengasingan lebih tak tertahankan bagi saya daripada apa pun". Ho, yang juga tidak mau mengaku bersalah, dijatuhi hukuman tujuh tahun penjara.
Leung Kwok-hung
Dikenal dengan julukannya “Rambut Panjang”, adalah seorang aktivis dan mantan politisi terkenal. Pria berusia 68 tahun itu menjadi pembawa acara radio sebelum penangkapannya.
Pada tahun 2017, ia didiskualifikasi dari LegCo setelah dirinya bersama tiga politisi pro-demokrasi lainnya mengubah sumpah setia mereka kepada China selama upacara pelantikan.
Leung memegang payung kuning – simbol gerakan pro-demokrasi di Hong Kong – saat membaca sumpahnya. Leung teguh tidak mau mengaku bersalah atas tuduhan pelanggaran keamanan nasional. Dia dijatuhi hukuman enam tahun sembilan bulan.
Eddie Chu Hoi-Dick
Sama seperti Leung, mantan anggota LegCo dan aktivis sosial, yang bermaksud mencalonkan diri sebagai kandidat. Pria berusia 47 tahun itu adalah aktivis lingkungan dan hak perumahan terkemuka.
Pada tahun 2020, terlibat dalam beberapa perkelahian yang sering terjadi di LegCo Hong Kong. Dia ditangkap atas dugaan keterlibatan dalam mengorganisir salah satu pawai protes besar pada bulan Juli 2020.
Pada bulan Desember 2020 dia dan seorang rekannya mengundurkan diri dari LegCo sebagai protes atas perpanjangan masa jabatan legislatif selama satu tahun oleh Beijing.
Dick mengaku bersalah dan dijatuhi hukuman empat tahun dan lima bulan.
Carol Ng Man-yee
Ng adalah mantan pramugari dan mantan presiden Konfederasi Serikat Buruh Hong Kong (HKCTU) sekaligus anggota partai Buruh. Dia adalah seorang advokat buruh yang aktif dan terlibat dalam pembentukan serikat pekerja British Airways di Hong Kong.
Ng tidak memiliki catatan kriminal, dan tidak mencalonkan diri hingga pemilihan pendahuluan, yang dia kalahkan.
Pada hari Selasa pengadilan mencatat dia tidak memiliki catatan kriminal dan tidak menghadiri rapat koordinasi atau konferensi pers untuk pemilihan pendahuluan. Ng mengaku bersalah dan dihukum penjara empat tahun lima bulan.
Helena Wong
Pensiunan dosen universitas dan mantan anggota LegCo. Pada 1989, Wong mendirikan salah satu partai pro-demokrasi pertama di Hong Kong, United Democrats, yang kemudian menjadi partai Demokrat.
Wong terpilih untuk mewakili Kowloon Barat pada tahun 2012. Dia satu dari tujuh Demokrat (termasuk Eddie Chu Hoi-dick) yang ditangkap terkait keributan LegCo pada 2020.
Dirinya mencalonkan diri sebagai kandidat dalam pemilihan pendahuluan, tetapi kalah, dan setelah itu mengatakan akan pensiun dari LegCo.
Wong tidak mau mengaku bersalah dan akhirnya dihukum penjara enam tahun enam bulan.
RELATED ARTICLES
Aktivis Demokrasi Hong Kong Dipenjara: Siapa Mereka dan Apa Kasusnya?
Aktivis Hong Kong 47 pertama kali ditangkap pada tahun 2021 karena menyelenggarakan pemilu tidak resmi yang oleh pihak berwenang disamakan dengan kudeta .
Context.id, JAKARTA - Pengadilan Hong Kong menjatuhkan hukuman penjara hingga 10 tahun kepada 45 aktivis pro-demokrasi pada hari Selasa, dalam hukuman massal pertama sejak Beijing memberlakukan undang-undang keamanan nasional yang kontroversial di kota semi-otonom China tersebut.
Para aktivis tersebut termasuk di antara 47 orang yang ditangkap pada tahun 2021 karena menyelenggarakan pemilihan pendahuluan tidak resmi untuk memilih kandidat legislatif yang prodemokrasi.
Pihak berwenang menduga tindakan tersebut melanggar undang-undang keamanan Beijing yang pertama kali diperkenalkan pada tahun 2020.
Undang-undang terbaru itu yang diberlakukan oleh pemerintah China untuk mengkriminalisasi tindakan pembangkangan, penghasutan, dan kolusi asing di semua wilayah yang berada dalam kekuasaan Beijing.
Melansir Al Jazeera, dalam kasus yang disebut sebagai kasus keamanan nasional terbesar di Hong Kong, jaksa menuduh para terdakwa berencana untuk "menggulingkan" pemerintah dengan memaksa pemimpin kota itu mengundurkan diri. Dua orang sebelumnya dibebaskan selama persidangan yang panjang itu.
BACA JUGA
Pemerintah asing dan kelompok hak asasi manusia dengan cepat mengecam otoritas Hong Kong dan China atas putusan tersebut di tengah kekhawatiran kemunduran demokrasi dan pelanggaran hak asasi manusia di kota berpenduduk tujuh juta orang tersebut.
Sebenarnya apa itu Hong Kong 47?
Sebenarnya ini bermula dari gelombang protes besar pada 2019 terhadap undang-undang baru, yang dapat memungkinkan ekstradisi ke China Daratan.
Alhasil para aktivis demokrasi dan dan politisi pro-demokrasi menyelenggarakan pemilihan pendahuluan yang ditetapkan pada bulan Juli 2020.
Pemilihan pendahuluan itu dimaksudkan untuk membantu menyusun daftar pendek kandidat yang akan mencalonkan diri dalam pemilihan legislatif.
Atas langkah mereka yang dianggap subversif, otoritas Hong Kong atas perintah China menangkap para aktivis itu. Pengadilan Hong Kong telah menjatuhkan hukuman penjara antara empat dan 10 tahun kepada 45 tokoh pro-demokrasi
Nama Hong Kong 47 itu berasal dari jumlah mereka yang ditangkap. Namun sebelum persidangan ada dua orang yang akhirnya dilepaskan.
Aktivis dan politisi pro-demokrasi ini adalah tokoh-tokoh yang dikenal paling menonjol dalam perlawanan dan protes terhadap langkah-langkah Beijing. Beberapa dari mereka pernah dipenjara sebelumnya atas tuduhan aktivisme.
Siapa saja mereka?
Sebenarnya Menteri Hong Kong Erick Tsang telah memperingatkan pemilihan pendahuluan dapat melanggar undang-undang tersebut.
Namun, penyelenggara tetap melanjutkannya, mengambil risiko bahwa gerakan pro-demokrasi masih dapat menemukan jalan keluar.
Kelompok tersebut berharap dengan pemilihan pendahuluan bisa memenangkan suara mayoritas di parlemen Hong Kong, Dewan Legislatif atau LegCo.
Dari situ mereka akan menggunakannya untuk memblokir rancangan undang-undang dan memaksa pembubaran LegCo serta pengunduran diri kepala eksekutif. Hakim keamanan nasional menganggap hal ini sebagai tindakan subversi.
Sebenarnya, seperti dilansir The Guardian, mereka yang terlibat dalam pemilihan pendahuluan bukan hanya aktivis dan politisi, tapi ada juga pekerja sosial dan pemimpin atau tokoh masyarakat setempat.
Berikut ini adalah beberapa anggota terkemuka Hong Kong 47:
Benny Tai
Benny Tai dituduh oleh jaksa sebagai penghasut utama rencana pemilihan pendahuluan, dan oleh Beijing sebagai "pengkhianat kejam".
Tai seorang profesor hukum dan aktivis yang sebelumnya pernah dipenjara karena keterlibatannya dalam "gerakan payung" tahun 2014.
Dirinya telah menerbitkan manifesto yang menguraikan rencana untuk memaksa pemerintah di Hong Kong dan China untuk memulihkan otonomi dan demokrasi Hong Kong.
Pemilihan pendahuluan, dan memenangkan sedikitnya 35 kursi di LegCo yang beranggotakan 70 orang, merupakan bagian pertama dari rencana tersebut. Tai mengaku bersalah dan dijatuhi hukuman 10 tahun penjara.
Joshua Wong
Joshua Wong adalah aktivis mahasiswa dan politikus terkenal. Pria berusia 28 tahun itu mendekam di penjara dan menjalani hukuman terkait protes lainnya.
Wong terkenal saat mengorganisir sekelompok anak muda saat protes "gerakan payung" yang berlangsung selama 79 hari pada 2014.
Gerakan ini menuntut hak pilih universal bagi warga Hong Kong. Mereka kemudian mendirikan partai politik Demosisto dan empat calegnya terpilih menjadi anggota Dewan Legislatif tetapi didiskualifikasi karena mengubah sumpah jabatan saat mencoba menduduki kursi mereka.
Partai tersebut secara resmi dibubarkan setelah diberlakukannya undang-undang keamanan nasional pada bulan Juni. Wong mengaku bersalah dan dijatuhi hukuman empat tahun delapan bulan.
Claudia Mo
Salah satu legislator demokrat Hong Kong yang paling vokal dan pendiri partai Civic. Dia adalah pendukung kuat gerakan pro-demokrasi sekaligus demonstran yang gigih.
Dia mengundurkan diri dari parlemen pada November 2020, bersama seluruh blok pro-demokrasi, sebagai protes terhadap diskualifikasi empat rekannya yang diperintahkan Beijing.
Dalam sebuah pesan di Facebook segera setelah dia didakwa, Mo mengatakan kepada para pendukungnya, “Saya mungkin lemah secara fisik, tetapi saya kuat secara mental … Jangan khawatir. Kami semua mencintai Hong Kong, yah.”
Dia ditolak jaminannya sebagian karena percakapan WhatsApp yang dia lakukan dengan media asing.
Di penjara, wanita berusia 67 tahun itu dilaporkan membuka kursus politik dan pengajaran bahasa asing untuk tahanan lain.
Otoritas menolak izinnya saat ingin mengunjungi suaminya, jurnalis Inggris Philip Bowring yang sedang sakit. Seperti halnya Wong, Mo mengaku bersalah dan dijatuhi hukuman empat tahun dua bulan.
Gordon Ng
Warga negara ganda Hong Kong-Australia, yang dituduh sebagai penyelenggara pemilihan pendahuluan. tudingan yang dibantahnya. Dalam pernyataan pada bulan Agustus 2022 yang diunggah daring oleh seorang perantara, Ng mengatakan:
“Apakah saya pikir saya telah melakukan kejahatan? Tidak, saya sama sekali tidak. Saya siap menghadapi pertempuran terbesar dalam hidup saya di medan pengadilan. Saya takut, tetapi saya tidak akan mundur.”
Ng tidak mau mengaku bersalah, dan dijatuhi hukuman tujuh tahun tiga bulan.
Gwyneth Ho Kwai-lam
Gwyneth Ho Kwai-lam mantan reporter Stand News ini menjadi terkenal selama protes 2019, yang ia liput dari garis depan, menyiarkan langsung pelaporannya dari stasiun Yuen Long saat geng-geng menyerang pengunjuk rasa dan penumpang dan kemudian reporter itu sendiri.
Dia sebelumnya mengatakan tidak akan meninggalkan Hong Kong karena "biaya pengasingan lebih tak tertahankan bagi saya daripada apa pun". Ho, yang juga tidak mau mengaku bersalah, dijatuhi hukuman tujuh tahun penjara.
Leung Kwok-hung
Dikenal dengan julukannya “Rambut Panjang”, adalah seorang aktivis dan mantan politisi terkenal. Pria berusia 68 tahun itu menjadi pembawa acara radio sebelum penangkapannya.
Pada tahun 2017, ia didiskualifikasi dari LegCo setelah dirinya bersama tiga politisi pro-demokrasi lainnya mengubah sumpah setia mereka kepada China selama upacara pelantikan.
Leung memegang payung kuning – simbol gerakan pro-demokrasi di Hong Kong – saat membaca sumpahnya. Leung teguh tidak mau mengaku bersalah atas tuduhan pelanggaran keamanan nasional. Dia dijatuhi hukuman enam tahun sembilan bulan.
Eddie Chu Hoi-Dick
Sama seperti Leung, mantan anggota LegCo dan aktivis sosial, yang bermaksud mencalonkan diri sebagai kandidat. Pria berusia 47 tahun itu adalah aktivis lingkungan dan hak perumahan terkemuka.
Pada tahun 2020, terlibat dalam beberapa perkelahian yang sering terjadi di LegCo Hong Kong. Dia ditangkap atas dugaan keterlibatan dalam mengorganisir salah satu pawai protes besar pada bulan Juli 2020.
Pada bulan Desember 2020 dia dan seorang rekannya mengundurkan diri dari LegCo sebagai protes atas perpanjangan masa jabatan legislatif selama satu tahun oleh Beijing.
Dick mengaku bersalah dan dijatuhi hukuman empat tahun dan lima bulan.
Carol Ng Man-yee
Ng adalah mantan pramugari dan mantan presiden Konfederasi Serikat Buruh Hong Kong (HKCTU) sekaligus anggota partai Buruh. Dia adalah seorang advokat buruh yang aktif dan terlibat dalam pembentukan serikat pekerja British Airways di Hong Kong.
Ng tidak memiliki catatan kriminal, dan tidak mencalonkan diri hingga pemilihan pendahuluan, yang dia kalahkan.
Pada hari Selasa pengadilan mencatat dia tidak memiliki catatan kriminal dan tidak menghadiri rapat koordinasi atau konferensi pers untuk pemilihan pendahuluan. Ng mengaku bersalah dan dihukum penjara empat tahun lima bulan.
Helena Wong
Pensiunan dosen universitas dan mantan anggota LegCo. Pada 1989, Wong mendirikan salah satu partai pro-demokrasi pertama di Hong Kong, United Democrats, yang kemudian menjadi partai Demokrat.
Wong terpilih untuk mewakili Kowloon Barat pada tahun 2012. Dia satu dari tujuh Demokrat (termasuk Eddie Chu Hoi-dick) yang ditangkap terkait keributan LegCo pada 2020.
Dirinya mencalonkan diri sebagai kandidat dalam pemilihan pendahuluan, tetapi kalah, dan setelah itu mengatakan akan pensiun dari LegCo.
Wong tidak mau mengaku bersalah dan akhirnya dihukum penjara enam tahun enam bulan.
POPULAR
RELATED ARTICLES