Share

Home Stories

Stories 19 November 2024

Telegram, Aplikasi Pesan Pemilik Aset Kripto Jumbo

Telegram, aplikasi pesan yang terkenal dengan fitur keamanan dan privasinya ternyata lebih dari 40% pendapatannya berasal dari transaksi kripto

Toncoin-Telegram/MiEtherium

Context.id, JAKARTA - Pada sebuah pagi yang sepi di Prancis, Pavel Durov, pendiri Telegram, dihadapkan pada situasi yang tak terduga. 

Otoritas Prancis menangkapnya terkait dugaan kegagalannya mengendalikan konten berbahaya di platform pesan yang ia dirikan. 

Penangkapan ini memicu perdebatan tentang kebebasan berbicara di dunia digital dan tanggung jawab perusahaan teknologi besar dalam moderasi konten.

Namun, di balik drama hukum ini, ada sisi lain dari Telegram yang mungkin tak banyak diketahui orang, ketergantungannya pada dunia kripto

Melansir laporan Financial Times dan AFP, laporan keuangan yang bocor menunjukkan hampir setengah dari pendapatan Telegram berasal dari transaksi terkait mata uang digital. 



Penghasilan itu termasuk penjualan barang koleksi dan dompet terintegrasi yang memungkinkan pengguna untuk menyimpan dan memperdagangkan aset kripto.

Pada tahun 2023, Telegram mencatatkan pendapatan sebesar US$342,5 juta, meskipun mengalami kerugian operasional sebesar US$108 juta. 

Pendapatan dari transaksi kripto dari penjualan Toncoin hingga barang koleksi virtual mencapai lebih dari 40% dari total pendapatan tersebut. 

Pendapatan ini sebagian besar datang dari penjualan barang koleksi yang melibatkan nama pengguna dan nomor telepon virtual, serta layanan dompet terintegrasi yang memungkinkan pengguna untuk bertransaksi dengan aset digital langsung dari aplikasi Telegram.

Toncoin dan bisnis Telegram
Toncoin, mata uang kripto yang dikembangkan oleh Telegram, telah menjadi tulang punggung baru bagi perusahaan. 

Aset digital ini awalnya dikembangkan internal Telegram, tetapi kini berkembang secara independen oleh komunitas open-source setelah mengalami masalah regulasi di Amerika Serikat. 

Sebagai salah satu aset yang paling bernilai, Toncoin memiliki pengaruh yang besar terhadap keseimbangan keuangan Telegram.

Salah satu hal yang mencuri perhatian dalam laporan keuangan Telegram adalah "dompet terintegrasi". 

Program perangkat lunak ini memungkinkan pengguna Telegram untuk menyimpan, mengirim, dan memperdagangkan Toncoin serta mata uang kripto lainnya. 

Meskipun ini adalah layanan baru, pendapatan yang dihasilkan sudah cukup signifikan, menunjukkan betapa Telegram telah mengubah dirinya dari sekadar aplikasi pesan menjadi entitas yang berfokus pada ekosistem kripto.

Selain itu, Telegram juga memperoleh pendapatan dari penjualan barang koleksi seperti nama pengguna dan nomor telepon virtual, yang sering dibayar dengan Toncoin. 

Pendapatan dari barang-barang ini bahkan lebih besar dari yang dihasilkan oleh layanan iklan Telegram yang lebih tradisional.

Risiko kripto
Meskipun menghasilkan pendapatan yang signifikan, ketergantungan Telegram pada kripto membawa risiko besar. 

Pasar kripto yang volatil dapat mempengaruhi stabilitas keuangan Telegram, terlebih dengan biaya operasional yang tinggi. 

Pada tahun 2023, Telegram menghabiskan lebih dari US$450 juta untuk menjalankan operasinya, sementara pendapatannya hanya mencapai $342,5 juta.

Namun, untuk Durov, cryptocurrency bukan hanya soal uang ini adalah bagian dari visi lebih besar untuk mengubah cara dunia berinteraksi secara digital. 

Toncoin, yang diluncurkan melalui Telegram, menjadi simbol dari kebebasan yang diusung oleh Durov, mengingat platform ini telah lama dikenal dengan komitmennya terhadap privasi pengguna dan kebebasan berbicara.

Namun, popularitas Telegram di kalangan penggunanya tak lepas dari masalah lainnya, seperti ketegangan dengan berbagai negara terkait kebijakan moderasi konten. 

Durov dikenal sebagai sosok yang kerap berselisih dengan otoritas, terus membela kebijakan privasi Telegram meskipun menghadapi tantangan hukum di sejumlah negara, termasuk Prancis.

Memiliki lebih dari US$2,3 miliar dalam obligasi konvertibel dan ketergantungan yang semakin besar pada kripto, Telegram berada di persimpangan jalan. 

Apakah ketergantungan pada Toncoin dan ekosistem kripto akan membawa keberhasilan finansial yang langgeng, atau justru membebani masa depan perusahaan ini? 



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

Home Stories

Stories 19 November 2024

Telegram, Aplikasi Pesan Pemilik Aset Kripto Jumbo

Telegram, aplikasi pesan yang terkenal dengan fitur keamanan dan privasinya ternyata lebih dari 40% pendapatannya berasal dari transaksi kripto

Toncoin-Telegram/MiEtherium

Context.id, JAKARTA - Pada sebuah pagi yang sepi di Prancis, Pavel Durov, pendiri Telegram, dihadapkan pada situasi yang tak terduga. 

Otoritas Prancis menangkapnya terkait dugaan kegagalannya mengendalikan konten berbahaya di platform pesan yang ia dirikan. 

Penangkapan ini memicu perdebatan tentang kebebasan berbicara di dunia digital dan tanggung jawab perusahaan teknologi besar dalam moderasi konten.

Namun, di balik drama hukum ini, ada sisi lain dari Telegram yang mungkin tak banyak diketahui orang, ketergantungannya pada dunia kripto

Melansir laporan Financial Times dan AFP, laporan keuangan yang bocor menunjukkan hampir setengah dari pendapatan Telegram berasal dari transaksi terkait mata uang digital. 



Penghasilan itu termasuk penjualan barang koleksi dan dompet terintegrasi yang memungkinkan pengguna untuk menyimpan dan memperdagangkan aset kripto.

Pada tahun 2023, Telegram mencatatkan pendapatan sebesar US$342,5 juta, meskipun mengalami kerugian operasional sebesar US$108 juta. 

Pendapatan dari transaksi kripto dari penjualan Toncoin hingga barang koleksi virtual mencapai lebih dari 40% dari total pendapatan tersebut. 

Pendapatan ini sebagian besar datang dari penjualan barang koleksi yang melibatkan nama pengguna dan nomor telepon virtual, serta layanan dompet terintegrasi yang memungkinkan pengguna untuk bertransaksi dengan aset digital langsung dari aplikasi Telegram.

Toncoin dan bisnis Telegram
Toncoin, mata uang kripto yang dikembangkan oleh Telegram, telah menjadi tulang punggung baru bagi perusahaan. 

Aset digital ini awalnya dikembangkan internal Telegram, tetapi kini berkembang secara independen oleh komunitas open-source setelah mengalami masalah regulasi di Amerika Serikat. 

Sebagai salah satu aset yang paling bernilai, Toncoin memiliki pengaruh yang besar terhadap keseimbangan keuangan Telegram.

Salah satu hal yang mencuri perhatian dalam laporan keuangan Telegram adalah "dompet terintegrasi". 

Program perangkat lunak ini memungkinkan pengguna Telegram untuk menyimpan, mengirim, dan memperdagangkan Toncoin serta mata uang kripto lainnya. 

Meskipun ini adalah layanan baru, pendapatan yang dihasilkan sudah cukup signifikan, menunjukkan betapa Telegram telah mengubah dirinya dari sekadar aplikasi pesan menjadi entitas yang berfokus pada ekosistem kripto.

Selain itu, Telegram juga memperoleh pendapatan dari penjualan barang koleksi seperti nama pengguna dan nomor telepon virtual, yang sering dibayar dengan Toncoin. 

Pendapatan dari barang-barang ini bahkan lebih besar dari yang dihasilkan oleh layanan iklan Telegram yang lebih tradisional.

Risiko kripto
Meskipun menghasilkan pendapatan yang signifikan, ketergantungan Telegram pada kripto membawa risiko besar. 

Pasar kripto yang volatil dapat mempengaruhi stabilitas keuangan Telegram, terlebih dengan biaya operasional yang tinggi. 

Pada tahun 2023, Telegram menghabiskan lebih dari US$450 juta untuk menjalankan operasinya, sementara pendapatannya hanya mencapai $342,5 juta.

Namun, untuk Durov, cryptocurrency bukan hanya soal uang ini adalah bagian dari visi lebih besar untuk mengubah cara dunia berinteraksi secara digital. 

Toncoin, yang diluncurkan melalui Telegram, menjadi simbol dari kebebasan yang diusung oleh Durov, mengingat platform ini telah lama dikenal dengan komitmennya terhadap privasi pengguna dan kebebasan berbicara.

Namun, popularitas Telegram di kalangan penggunanya tak lepas dari masalah lainnya, seperti ketegangan dengan berbagai negara terkait kebijakan moderasi konten. 

Durov dikenal sebagai sosok yang kerap berselisih dengan otoritas, terus membela kebijakan privasi Telegram meskipun menghadapi tantangan hukum di sejumlah negara, termasuk Prancis.

Memiliki lebih dari US$2,3 miliar dalam obligasi konvertibel dan ketergantungan yang semakin besar pada kripto, Telegram berada di persimpangan jalan. 

Apakah ketergantungan pada Toncoin dan ekosistem kripto akan membawa keberhasilan finansial yang langgeng, atau justru membebani masa depan perusahaan ini? 



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Konidin X Nobrands Luncurkan Sepatu Kekinian untuk Generasi Aktif

Konidin gandeng Nobrands luncurkan sepatu edisi terbatas \"The Unstoppable Step \" 14 April 2025, dorong semangat generasi muda terus maju tanpa batas

Media Digital . 17 April 2025

Bagaimana Efek Tarif Trump ke Pekerja Muda?

Tarif resiprokal atau tarif Trump tidak hanya berdampak pada pengusaha, namun juga pekerja muda. Seperti apa?

Renita Sukma . 16 April 2025

Trump Mau AI Ditenagai Batu Bara Indah dan Bersih, Apa Bisa?

Di mata Trump dan Amerika, batu bara adalah energi bersih yang ramah lingkungan

Noviarizal Fernandez . 15 April 2025

Google Gemini Kini Bisa Ubah Dokumen Jadi Podcast

Gemini bakal membacakan isi artikel atau laporan kamu, lengkap dengan intonasi ala penyiar podcast

Noviarizal Fernandez . 14 April 2025