Share

Home Stories

Stories 19 November 2024

Sunscreen Bisa Menyebabkan Kanker Kulit, Bagaimana Pendapat Ahli?

Meskipun sunscreen dikenal luas sebagai pelindung dari kanker kulit, beberapa mitos yang beredar menyebutkan produk itu malah bisa menyebabkan kanker.

Ilustrasi sunscreen/MD ANderson Cancer Center

Context.id, JAKARTA - Di tengah maraknya penemuan bahan kimia berbahaya dalam produk kecantikan, satu isu yang selalu menjadi sorotan adalah apakah sunscreen (pelindung matahari) dapat menyebabkan kanker kulit?  

Kekhawatiran ini muncul karena adanya kandungan benzena, bahan kimia yang, meskipun sering ditemukan sebagai kontaminan dalam beberapa produk, hanya ada dalam jumlah yang sangat kecil dan tidak cukup berbahaya untuk menyebabkan kanker. 

The Guardian merangkum pendapat para ahli terkait kekhawatiran pelindung matahari atau sunscreen bisa menjadi penyebab kanker kulit. 

Deshan Sebaratnam, seorang dermatologis yang mengatakan sering mendapat pertanyaan tentang hal ini dari pasien dan di media sosial. 

Menurutnya, pandangan sunscreen bisa menyebabkan kanker muncul setelah produk pelindung sinar matahari yang terkontaminasi benzena mengalami penarikan di pasar Inggris pada tahun 2022. 



Menurut Michelle Wong, seorang ahli kimia, sebenarnya paparan benzena dalam sunscreen yang terkontaminasi sangat rendah. 

Justru benzena lebih banyak ditemukan dalam polusi udara dari cemaran bahan bakar fosil dibandingkan dari produk kecantikan.

Menurut para ahli, penggunaan sunscreen yang tepat tidak hanya mengurangi risiko kanker kulit, tetapi juga telah terbukti menurunkan angka kejadian kanker kulit secara signifikan. 

David Whiteman, ahli epidemiologi kanker, menyatakan semakin banyak orang yang memakai sunscreen dan terkena kanker itu penyebab utamanya karena mereka lebih sering terpapar sinar matahari.

Lalu seberapa aman Benzena?
Benzena memang dikenal sebagai karsinogen, namun jumlahnya dalam produk sunscreen yang terkontaminasi sangat kecil dan tidak cukup untuk menimbulkan risiko kesehatan yang signifikan. 

Anne Cust peneliti dari Cancer Council Australia menyebutkan produk sunscreen yang ditarik dari peredaran dilakukan sebagai tindakan pencegahan, dan bukan karena adanya bahaya yang nyata.

Para ahli di atas mengatakan sunscreen tetap menjadi salah satu cara paling efektif untuk mencegah kanker kulit, terutama melanoma. 

Mereka mengatakan penggunaan sunscreen dengan SPF50 atau lebih tinggi, mengoleskannya dengan jumlah yang cukup misalnya setelah berenang atau berkeringat sangat efektif melindungi kulit.

Bukti ilmiah menunjukkan risiko dari tidak menggunakan sunscreen jauh lebih besar daripada potensi bahaya dari bahan kimia dalam pelindung kulit itu. 

Untuk itu, disarankan agar kita tetap melindungi kulit dari paparan sinar matahari yang berlebihan dengan menggunakan sunscreen yang terdaftar dan aman.



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

Home Stories

Stories 19 November 2024

Sunscreen Bisa Menyebabkan Kanker Kulit, Bagaimana Pendapat Ahli?

Meskipun sunscreen dikenal luas sebagai pelindung dari kanker kulit, beberapa mitos yang beredar menyebutkan produk itu malah bisa menyebabkan kanker.

Ilustrasi sunscreen/MD ANderson Cancer Center

Context.id, JAKARTA - Di tengah maraknya penemuan bahan kimia berbahaya dalam produk kecantikan, satu isu yang selalu menjadi sorotan adalah apakah sunscreen (pelindung matahari) dapat menyebabkan kanker kulit?  

Kekhawatiran ini muncul karena adanya kandungan benzena, bahan kimia yang, meskipun sering ditemukan sebagai kontaminan dalam beberapa produk, hanya ada dalam jumlah yang sangat kecil dan tidak cukup berbahaya untuk menyebabkan kanker. 

The Guardian merangkum pendapat para ahli terkait kekhawatiran pelindung matahari atau sunscreen bisa menjadi penyebab kanker kulit. 

Deshan Sebaratnam, seorang dermatologis yang mengatakan sering mendapat pertanyaan tentang hal ini dari pasien dan di media sosial. 

Menurutnya, pandangan sunscreen bisa menyebabkan kanker muncul setelah produk pelindung sinar matahari yang terkontaminasi benzena mengalami penarikan di pasar Inggris pada tahun 2022. 



Menurut Michelle Wong, seorang ahli kimia, sebenarnya paparan benzena dalam sunscreen yang terkontaminasi sangat rendah. 

Justru benzena lebih banyak ditemukan dalam polusi udara dari cemaran bahan bakar fosil dibandingkan dari produk kecantikan.

Menurut para ahli, penggunaan sunscreen yang tepat tidak hanya mengurangi risiko kanker kulit, tetapi juga telah terbukti menurunkan angka kejadian kanker kulit secara signifikan. 

David Whiteman, ahli epidemiologi kanker, menyatakan semakin banyak orang yang memakai sunscreen dan terkena kanker itu penyebab utamanya karena mereka lebih sering terpapar sinar matahari.

Lalu seberapa aman Benzena?
Benzena memang dikenal sebagai karsinogen, namun jumlahnya dalam produk sunscreen yang terkontaminasi sangat kecil dan tidak cukup untuk menimbulkan risiko kesehatan yang signifikan. 

Anne Cust peneliti dari Cancer Council Australia menyebutkan produk sunscreen yang ditarik dari peredaran dilakukan sebagai tindakan pencegahan, dan bukan karena adanya bahaya yang nyata.

Para ahli di atas mengatakan sunscreen tetap menjadi salah satu cara paling efektif untuk mencegah kanker kulit, terutama melanoma. 

Mereka mengatakan penggunaan sunscreen dengan SPF50 atau lebih tinggi, mengoleskannya dengan jumlah yang cukup misalnya setelah berenang atau berkeringat sangat efektif melindungi kulit.

Bukti ilmiah menunjukkan risiko dari tidak menggunakan sunscreen jauh lebih besar daripada potensi bahaya dari bahan kimia dalam pelindung kulit itu. 

Untuk itu, disarankan agar kita tetap melindungi kulit dari paparan sinar matahari yang berlebihan dengan menggunakan sunscreen yang terdaftar dan aman.



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Bank Digital Bantu Gen Z Menabung atau Justru Makin Boros?

Bank digital mempermudah transaksi, tapi tanpa disiplin finansial, kemudahan itu bisa jadi jebakan konsumtif.

Renita Sukma . 30 March 2025

Darah Buatan: Berapa Lama Lagi Terwujud?

Di lab canggih dari Inggris hingga Jepang, para ilmuwan berupaya menciptakan yang selama ini hanya ada dalam fiksi ilmiah darah buatan. r n

Noviarizal Fernandez . 25 March 2025

Negara Penghasil Kurma Terbesar di Dunia dan Kontroversi di Baliknya

Kurma tumbuh subur di wilayah beriklim panas dengan musim kering yang panjang sehingga banyak ditemui di Timur Tengah dan Afrika Utara

Noviarizal Fernandez . 25 March 2025

Push-up Ternyata Bisa Mempengaruhi Hidup Pegiatnya

Push-up lebih dari sekadar memperkuat tubuh, tetapi juga membangun disiplin dan kepercayaan diri

Noviarizal Fernandez . 24 March 2025