Share

Home Stories

Stories 05 Oktober 2024

Mantan Menteri Singapura Dipenjara, Alarm Korupsi di Negeri Bersih

Mantan Menteri Singapura dipenjara, menjadi peringatan tentang korupsi di negara yang dikenal bersih.

Mantan menteri Singapura, S Iswaran/CNA

Context.id, JAKARTA  — Kasus korupsi yang menjerat mantan Menteri Transportasi Singapura S Iswaran mengejutkan publik di Negeri Singapura. Pasalnya, Singapura adalah salah satu negara dengan angka  kasus korupsi terkecil di dunia.

Iswaran yang telah menjabat menteri selama 13 tahun akhirnya dijatuhi vonis 12 bulan oleh pengadilan tinggi Singapura pada Kamis, 3 Oktober 2024. 

Di tengah citra gemerlapnya sebagai salah satu negara terbersih di dunia, kasus ini mengungkap sisi kelam di balik kebijakan anti-korupsi yang ketat, menunjukkan tidak ada tempat bagi pelanggaran hukum, bahkan bagi pejabat tinggi.

Ketika hakim mengetuk palu dan menyatakan vonis, keheningan menggelayuti ruang sidang. Iswaran, yang selama ini dikenal sebagai sosok berintegritas, kini harus menghadapi konsekuensi dari tindakannya.

Dia terbukti menerima gratifikasi dari beberapa perusahaan swasta selama masa jabatannya. Melansir The Straits Times, Otoritas Antikorupsi Singapura (CPIB) tidak tinggal diam terhadap korupsi dan mereka  akan terus melakukan penyelidikan yang mendalam kasus-kasus korupsi lainnya. 



Masyarakat Singapura, yang umumnya memiliki kepercayaan tinggi terhadap pemerintah, merasa terkejut. Namun, banyak yang sepakat bahwa langkah tegas ini justru memperkuat kepercayaan tersebut.

"Ini adalah pengingat bahwa semua orang, tidak peduli seberapa tinggi jabatan mereka, harus bertanggung jawab," ujar seorang warga yang ditemui di sebuah kafe di pusat kota.

Sejak meraih kemerdekaan pada tahun 1965, Singapura telah berjuang melawan korupsi dengan gigih. Melansir CNA, di bawah kepemimpinan Lee Kuan Yew, negara ini mengembangkan sistem hukum yang tegas dan transparan.  Sngapura tidak hanya berbicara tentang anti-korupsi, tetapi juga menerapkannya secara nyata. 

Mengapa Singapura berhasil?
Dengan berbagai program pendidikan dan kesadaran publik, Singapura berhasil membangun budaya anti-korupsi yang kuat. Rakyat dididik untuk memahami pentingnya integritas, dan mereka dilatih untuk melaporkan praktik korupsi tanpa rasa takut.

Selain itu, gaji yang kompetitif bagi pejabat publik juga berperan penting dalam menekan peluang korupsi. Mereka percaya orang yang berkualitas tidak hanya ingin melayani negara, tetapi juga dihargai secara layak.

Transparansi adalah kunci. Singapura mengedepankan kebijakan terbuka, dengan informasi mengenai anggaran dan pengeluaran pemerintah dapat diakses oleh publik. Ini bukan sekadar jargon, melainkan praktik yang dijalankan sehari-hari.

Perjalanan Singapura dalam memberantas korupsi bukanlah hal yang mudah. Dalam dekade-dekade awal setelah kemerdekaan, praktik korupsi merajalela. Namun, dengan tekad yang kuat, pemerintah mengubah keadaan.

Pembentukan CPIB pada tahun 1952 dan pengesahan Undang-Undang Pemberantasan Korupsi pada tahun 1960 adalah langkah awal yang menentukan.

Sejak saat itu, Singapura berkomitmen untuk terus memperbaiki sistemnya, menciptakan lingkungan yang tidak hanya bersih tetapi juga transparan.

Dan hasilnya? Singapura kini dianggap sebagai salah satu negara dengan tingkat korupsi terendah di dunia, dengan posisi yang selalu tinggi dalam Indeks Persepsi Korupsi oleh Transparency International.

Kasus S. Iswaran adalah sebuah pengingat meski Singapura dikenal sebagai model pemerintahan bersih, tantangan selalu ada.

Tentunya vonis penjara terhadap Iswaran ini, masyarakat semakin yakin setiap tindakan salah akan mendapat ganjaran yang setimpal.

Singapura mungkin masih memiliki jalan panjang, tetapi komitmen untuk menjaga integritas pemerintahan tetap tak tergoyahkan.

Di tengah sorotan, negara ini terus melangkah maju, bertekad untuk menjaga kepercayaan publik dan memerangi korupsi dengan cara yang tegas dan konsisten. 

Bagaimana dengan Indonesia? 



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 05 Oktober 2024

Mantan Menteri Singapura Dipenjara, Alarm Korupsi di Negeri Bersih

Mantan Menteri Singapura dipenjara, menjadi peringatan tentang korupsi di negara yang dikenal bersih.

Mantan menteri Singapura, S Iswaran/CNA

Context.id, JAKARTA  — Kasus korupsi yang menjerat mantan Menteri Transportasi Singapura S Iswaran mengejutkan publik di Negeri Singapura. Pasalnya, Singapura adalah salah satu negara dengan angka  kasus korupsi terkecil di dunia.

Iswaran yang telah menjabat menteri selama 13 tahun akhirnya dijatuhi vonis 12 bulan oleh pengadilan tinggi Singapura pada Kamis, 3 Oktober 2024. 

Di tengah citra gemerlapnya sebagai salah satu negara terbersih di dunia, kasus ini mengungkap sisi kelam di balik kebijakan anti-korupsi yang ketat, menunjukkan tidak ada tempat bagi pelanggaran hukum, bahkan bagi pejabat tinggi.

Ketika hakim mengetuk palu dan menyatakan vonis, keheningan menggelayuti ruang sidang. Iswaran, yang selama ini dikenal sebagai sosok berintegritas, kini harus menghadapi konsekuensi dari tindakannya.

Dia terbukti menerima gratifikasi dari beberapa perusahaan swasta selama masa jabatannya. Melansir The Straits Times, Otoritas Antikorupsi Singapura (CPIB) tidak tinggal diam terhadap korupsi dan mereka  akan terus melakukan penyelidikan yang mendalam kasus-kasus korupsi lainnya. 



Masyarakat Singapura, yang umumnya memiliki kepercayaan tinggi terhadap pemerintah, merasa terkejut. Namun, banyak yang sepakat bahwa langkah tegas ini justru memperkuat kepercayaan tersebut.

"Ini adalah pengingat bahwa semua orang, tidak peduli seberapa tinggi jabatan mereka, harus bertanggung jawab," ujar seorang warga yang ditemui di sebuah kafe di pusat kota.

Sejak meraih kemerdekaan pada tahun 1965, Singapura telah berjuang melawan korupsi dengan gigih. Melansir CNA, di bawah kepemimpinan Lee Kuan Yew, negara ini mengembangkan sistem hukum yang tegas dan transparan.  Sngapura tidak hanya berbicara tentang anti-korupsi, tetapi juga menerapkannya secara nyata. 

Mengapa Singapura berhasil?
Dengan berbagai program pendidikan dan kesadaran publik, Singapura berhasil membangun budaya anti-korupsi yang kuat. Rakyat dididik untuk memahami pentingnya integritas, dan mereka dilatih untuk melaporkan praktik korupsi tanpa rasa takut.

Selain itu, gaji yang kompetitif bagi pejabat publik juga berperan penting dalam menekan peluang korupsi. Mereka percaya orang yang berkualitas tidak hanya ingin melayani negara, tetapi juga dihargai secara layak.

Transparansi adalah kunci. Singapura mengedepankan kebijakan terbuka, dengan informasi mengenai anggaran dan pengeluaran pemerintah dapat diakses oleh publik. Ini bukan sekadar jargon, melainkan praktik yang dijalankan sehari-hari.

Perjalanan Singapura dalam memberantas korupsi bukanlah hal yang mudah. Dalam dekade-dekade awal setelah kemerdekaan, praktik korupsi merajalela. Namun, dengan tekad yang kuat, pemerintah mengubah keadaan.

Pembentukan CPIB pada tahun 1952 dan pengesahan Undang-Undang Pemberantasan Korupsi pada tahun 1960 adalah langkah awal yang menentukan.

Sejak saat itu, Singapura berkomitmen untuk terus memperbaiki sistemnya, menciptakan lingkungan yang tidak hanya bersih tetapi juga transparan.

Dan hasilnya? Singapura kini dianggap sebagai salah satu negara dengan tingkat korupsi terendah di dunia, dengan posisi yang selalu tinggi dalam Indeks Persepsi Korupsi oleh Transparency International.

Kasus S. Iswaran adalah sebuah pengingat meski Singapura dikenal sebagai model pemerintahan bersih, tantangan selalu ada.

Tentunya vonis penjara terhadap Iswaran ini, masyarakat semakin yakin setiap tindakan salah akan mendapat ganjaran yang setimpal.

Singapura mungkin masih memiliki jalan panjang, tetapi komitmen untuk menjaga integritas pemerintahan tetap tak tergoyahkan.

Di tengah sorotan, negara ini terus melangkah maju, bertekad untuk menjaga kepercayaan publik dan memerangi korupsi dengan cara yang tegas dan konsisten. 

Bagaimana dengan Indonesia? 



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Hitungan Prabowo Soal Uang Kasus CPO Rp13,2 Triliun, Bisa Buat Apa Saja?

Presiden Prabowo Subianto melakukan perhitungan terkait uang kasus korupsi CPO Rp13,2 triliun yang ia sebut bisa digunakan untuk membangun desa ne ...

Renita Sukma . 20 October 2025

Polemik IKN Sebagai Ibu Kota Politik, Ini Kata Kemendagri dan Pengamat

Terminologi ibu kota politik yang melekat kepada IKN dianggap rancu karena bertentangan dengan UU IKN. r n r n

Renita Sukma . 18 October 2025

Dilema Kebijakan Rokok: Penerimaan Negara Vs Kesehatan Indonesia

Menkeu Purbaya ingin menggairahkan kembali industri rokok dengan mengerem cukai, sementara menteri sebelumnya Sri Mulyani gencar menaikkan cukai d ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 15 October 2025

Di Tengah Ketidakpastian Global, Emas Justru Terus Mengkilap

Meskipun secara historis dianggap sebagai aset lindung nilai paling aman, emas kerap ikut tertekan ketika terjadi aksi jual besar-besaran di pasar ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 13 October 2025