Radiasi Luar Angkasa Sebabkan Tubuh Astronaut Rentan Sakit
Saat masih di angkasa astronaut menjadi lebih muda tapi saat kembali ke Bumi mereka justru menua dan gampang terserang penyakit parah
Context.id, JAKARTA - Wahana milik SpaceX sudah diterbangkan untuk menjemput astronaut Butch Wilmore dan Suni Williams yang terdampar di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Jika tidak rintangan, mereka akan kembali ke Bumi pada Februari 2025 nanti.
Wilmore dan Williams yang terdampar karena pesawat Boeing yang mereka tumpangi rusak akan segera kembali ketemu keluarga dengan membawa satu keuntungan dari petualangan panjang mereka di orbit.
Ya, pasangan ini akan kembali sedikit lebih muda daripada usia mereka jika mereka tetap tinggal di Bumi. Itu karena Badan Antariksa Eropa mengatakan bahwa enam bulan di ISS menghemat 0,005 detik penuaan.
Kendati hanya memangkas sepersekian detik dari usia Bumi mereka, konsep itu tetap sangat menarik.
Seperti dijelaskan teori relativitas Albert Einstein, semakin dekat seseorang bergerak menuju kecepatan cahaya (hampir 300 juta meter per detik), semakin cepat waktu berlalu dan semakin lambat usia berjalan. ISS mengorbit Bumi dengan kecepatan 27.500 kilometer per jam, menurut .
BACA JUGA
Selain itu, teori Einstein juga menjelaskan penuaan akan berjalan lebih lambat jika seseorang semakin jauh dari inti Bumi karena gravitasi yang lebih lemah dan kelengkungan planet.
Perubahan waktu yang halus akibat padatnya lintasan gravitasi di permukaan Bumi adalah alasan utama mengapa para ahli meminta agar bulan diberi zona waktunya sendiri karena bahkan jam atom terbaik di planet ini akan meleset sepersekian detik dalam waktu angkasa.
Melansir New York Post, para peneliti di Texas A&M menemukan kelambatan kecil ini bahkan memengaruhi orang-orang yang berada di puncak gedung dan gedung pencakar langit.
Mengenai perubahan usia manusia, NASA sebelumnya mempelajari dampak luar angkasa dengan meneliti perubahan biologis pada astronaut kembar Mark dan Scott Kelly.
Scott menghabiskan waktu sekitar sepuluh kali lebih lama di luar angkasa dibandingkan dengan saudaranya Mark, yang lahir enam menit lebih awal dari Scott.
Penelitian mendapati Mark menjadi lebih tua lima milidetik daripada kakaknya karena Scott menghabiskan waktu lebih lama di luar angkasa dengan kecepatan orbit yang lebih tinggi, di antara faktor-faktor lainnya.
Kesehatan menurun
Walau dalam pengertian astrofisika, astronaut dapat berkurang beberapa milidetik usianya, di luar angkasa kesehatan tulang mereka dapat berkurang bertahun-tahun, bahkan satu dekade, setelah kembali ke Bumi.
“Periode yang panjang di luar angkasa merusak struktur tulang secara tidak dapat diperbaiki dalam beberapa kasus dan dapat membuat bagian kerangka manusia menua sebelum waktunya hingga 10 tahun,” menurut sebuah makalah tahun 2022 dari Universitas Erlangen-Nuremberg, Jerman.
Penelitian itu mengambil sampel terhadap 17 astronot, sembilan dari mereka belum pulih sepenuhnya setahun setelah misi mereka dan menunjukkan penurunan kekuatan tulang dan penurunan kepadatan mineral tulang hingga 2%.
“Ini mungkin kedengarannya tidak banyak, tetapi ini sesuai dengan hilangnya massa tulang akibat usia, yang berlangsung setidaknya satu dekade,” kata peneliti Anna-Maria Liphardt.
Bagi mereka yang mengalami itu artinya mereka harus mengantisipasi gejala munculnya osteoporosis lebih awal dan kerentanan terhadap patah tulang.
Selain itu, tinggal lama di luar angkasa membuat astronaut menghadapi risiko lebih besar dalam menyerap dosis radiasi, yang membuat mereka berisiko terkena kanker, demikian peringatan Badan Eksplorasi Dirgantara Jepang .
Hal itu terjadi karena lingkungan luar angkasa memengaruhi DNA manusia. Jadi, efek usia lebih muda itu bukan berlangsung secara permanen, melainkan hanya sebentar.
Melansir Space, peneliti NASA mengamati penanda yang menunjukkan penuaan DNA menurun di luar angkasa. Penanda tersebut atau yang dikenal sebagai telomer, adalah lapisan pelindung kromosom yang diketahui memendek seiring bertambahnya usia dan karena faktor lingkungan serta stres.
Para peneliti berpendapat pemanjangan telomer dipicu sebagai respons perlindungan akibat paparan radiasi lingkungan luar angkasa yang lebih tinggi. Efek serupa telah diukur pada pendaki gunung setelah mereka mendaki puncak tertinggi di dunia.
Namun peneliti menemukan setelah para astronaut kembali ke Bumi, telomer menyusut hampir seketika dan menjadi lebih pendek daripada sebelum kel luar angkasa.
Para peneliti tidak mengerti apa yang memicu pemendekan tersebut, tetapi berharap mereka dapat mengendalikan respons tersebut di masa mendatang.
Pemendekan telomer pelindung menyebabkan kerusakan DNA dan membuat individu rentan terhadap berbagai penyakit termasuk kanker, penyakit jantung, atau defisiensi sistem imun.
RELATED ARTICLES
Radiasi Luar Angkasa Sebabkan Tubuh Astronaut Rentan Sakit
Saat masih di angkasa astronaut menjadi lebih muda tapi saat kembali ke Bumi mereka justru menua dan gampang terserang penyakit parah
Context.id, JAKARTA - Wahana milik SpaceX sudah diterbangkan untuk menjemput astronaut Butch Wilmore dan Suni Williams yang terdampar di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Jika tidak rintangan, mereka akan kembali ke Bumi pada Februari 2025 nanti.
Wilmore dan Williams yang terdampar karena pesawat Boeing yang mereka tumpangi rusak akan segera kembali ketemu keluarga dengan membawa satu keuntungan dari petualangan panjang mereka di orbit.
Ya, pasangan ini akan kembali sedikit lebih muda daripada usia mereka jika mereka tetap tinggal di Bumi. Itu karena Badan Antariksa Eropa mengatakan bahwa enam bulan di ISS menghemat 0,005 detik penuaan.
Kendati hanya memangkas sepersekian detik dari usia Bumi mereka, konsep itu tetap sangat menarik.
Seperti dijelaskan teori relativitas Albert Einstein, semakin dekat seseorang bergerak menuju kecepatan cahaya (hampir 300 juta meter per detik), semakin cepat waktu berlalu dan semakin lambat usia berjalan. ISS mengorbit Bumi dengan kecepatan 27.500 kilometer per jam, menurut .
BACA JUGA
Selain itu, teori Einstein juga menjelaskan penuaan akan berjalan lebih lambat jika seseorang semakin jauh dari inti Bumi karena gravitasi yang lebih lemah dan kelengkungan planet.
Perubahan waktu yang halus akibat padatnya lintasan gravitasi di permukaan Bumi adalah alasan utama mengapa para ahli meminta agar bulan diberi zona waktunya sendiri karena bahkan jam atom terbaik di planet ini akan meleset sepersekian detik dalam waktu angkasa.
Melansir New York Post, para peneliti di Texas A&M menemukan kelambatan kecil ini bahkan memengaruhi orang-orang yang berada di puncak gedung dan gedung pencakar langit.
Mengenai perubahan usia manusia, NASA sebelumnya mempelajari dampak luar angkasa dengan meneliti perubahan biologis pada astronaut kembar Mark dan Scott Kelly.
Scott menghabiskan waktu sekitar sepuluh kali lebih lama di luar angkasa dibandingkan dengan saudaranya Mark, yang lahir enam menit lebih awal dari Scott.
Penelitian mendapati Mark menjadi lebih tua lima milidetik daripada kakaknya karena Scott menghabiskan waktu lebih lama di luar angkasa dengan kecepatan orbit yang lebih tinggi, di antara faktor-faktor lainnya.
Kesehatan menurun
Walau dalam pengertian astrofisika, astronaut dapat berkurang beberapa milidetik usianya, di luar angkasa kesehatan tulang mereka dapat berkurang bertahun-tahun, bahkan satu dekade, setelah kembali ke Bumi.
“Periode yang panjang di luar angkasa merusak struktur tulang secara tidak dapat diperbaiki dalam beberapa kasus dan dapat membuat bagian kerangka manusia menua sebelum waktunya hingga 10 tahun,” menurut sebuah makalah tahun 2022 dari Universitas Erlangen-Nuremberg, Jerman.
Penelitian itu mengambil sampel terhadap 17 astronot, sembilan dari mereka belum pulih sepenuhnya setahun setelah misi mereka dan menunjukkan penurunan kekuatan tulang dan penurunan kepadatan mineral tulang hingga 2%.
“Ini mungkin kedengarannya tidak banyak, tetapi ini sesuai dengan hilangnya massa tulang akibat usia, yang berlangsung setidaknya satu dekade,” kata peneliti Anna-Maria Liphardt.
Bagi mereka yang mengalami itu artinya mereka harus mengantisipasi gejala munculnya osteoporosis lebih awal dan kerentanan terhadap patah tulang.
Selain itu, tinggal lama di luar angkasa membuat astronaut menghadapi risiko lebih besar dalam menyerap dosis radiasi, yang membuat mereka berisiko terkena kanker, demikian peringatan Badan Eksplorasi Dirgantara Jepang .
Hal itu terjadi karena lingkungan luar angkasa memengaruhi DNA manusia. Jadi, efek usia lebih muda itu bukan berlangsung secara permanen, melainkan hanya sebentar.
Melansir Space, peneliti NASA mengamati penanda yang menunjukkan penuaan DNA menurun di luar angkasa. Penanda tersebut atau yang dikenal sebagai telomer, adalah lapisan pelindung kromosom yang diketahui memendek seiring bertambahnya usia dan karena faktor lingkungan serta stres.
Para peneliti berpendapat pemanjangan telomer dipicu sebagai respons perlindungan akibat paparan radiasi lingkungan luar angkasa yang lebih tinggi. Efek serupa telah diukur pada pendaki gunung setelah mereka mendaki puncak tertinggi di dunia.
Namun peneliti menemukan setelah para astronaut kembali ke Bumi, telomer menyusut hampir seketika dan menjadi lebih pendek daripada sebelum kel luar angkasa.
Para peneliti tidak mengerti apa yang memicu pemendekan tersebut, tetapi berharap mereka dapat mengendalikan respons tersebut di masa mendatang.
Pemendekan telomer pelindung menyebabkan kerusakan DNA dan membuat individu rentan terhadap berbagai penyakit termasuk kanker, penyakit jantung, atau defisiensi sistem imun.
POPULAR
RELATED ARTICLES