Share

Home Stories

Stories 29 November 2022

John McFall, Astronot Disabilitas Pertama di Dunia

Atlet paralimpiade, John McFall berkesempatan menjadi astronot penyandang disabilitas pertama di dunia.

Atlet paralimpiade, John McFall berkesempatan menjadi astronot penyandang disabilitas pertama di dunia. - ESA -

Context.id, JAKARTA - Seorang atlet paralimpiade dari Inggris, John McFall terpilih oleh European Space Agency (ESA) untuk mengikuti program pelatihan dan berkesempatan menjadi astronot penyandang disabilitas pertama. Adapun ia menjadi salah satu dari 17 orang yang terpilih menjadi kandidat astronot. 

Diketahui, McFall yang juga merupakan ahli bedah ini berhasil mengalahkan sekitar 22.500 kandidat dan sekitar 200 penyandang disabilitas lainnya yang melamar posisi yang sama. Adapun dikutip dari laman resmi ESA, McFall akan menjabat sebagai anggota studi kelayakan parastronot. 

Adapun ia akan bertugas untuk meningkatkan pemahaman untuk mengatasi hambatan yang dihadirkan penerbangan luar angkasa bagi astronot penyandang disabilitas fisik.

“Dengan latar belakang ilmiah saya yang luas dan berbagai pengalaman, saya merasa terdorong untuk mencoba dan membantu ESA menjawab pertanyaan ini. Bisakah kita meminta seseorang dengan keterbatasan fisik untuk melakukan pekerjaan yang berarti di luar angkasa?” ujar McFall dikutip dari Sky News

Diketahui, McFall kehilangan kaki kanannya pada saat kecelakaan sepeda motor ketika ia berusia 19 tahun. Namun, hal tersebut tidak mematahkan harapannya karena ia setelah itu, ia belajar berlari lagi.

Usahanya pun membuahkan hasil. Ia menjadi atlet lintasan dan lapangan professional pada 2005 dan berhasil mewakili Inggris Raya dan Irlandia Utara sebagai sprinter Paralimpiade dengan kelas T42. Ia pun sempat mendapatkan medali perak dan perunggu di Paralimpiade 2005, 2006, 2007, dan 2008. 

Selain itu, ia juga mengambil sekolah kedokteran dan sempat bekerja sebagai asisten perawat di Marie Curie Hospice di Cardiff, Inggris selama tiga tahun. Lalu di bidang medis, ia pernah mendapatkan hadiah di dalam bidang anoomi dan pembedahan di Fakultas Kedokteran.

Lebih lanjut, ia juga pernah dianugerahi gelar John Charnley Trust Research Bursary, yakni runner-up untuk Queen Alexandra Hospital Junior Doctor Awards 2018.


 

Gelar Parastronot Tidak Menjamin Terbang ke Luar Angkasa

Pada pendaftaran ini, sekitar 257 lamaran diterima oleh ESA. Adapun parastronot ini terbatas pada orang dengan disabilitas fisik anggota tubuh bagian bawah atau kekurangan kaki tunggal atau ganda.

Namun, peran parastronot tidak menjamin mereka langsung terbang ke luar angkasa, melainkan mereka akan berkontribusi untuk proyek kelayakan. 



Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Putri Dewi

Stories 29 November 2022

John McFall, Astronot Disabilitas Pertama di Dunia

Atlet paralimpiade, John McFall berkesempatan menjadi astronot penyandang disabilitas pertama di dunia.

Atlet paralimpiade, John McFall berkesempatan menjadi astronot penyandang disabilitas pertama di dunia. - ESA -

Context.id, JAKARTA - Seorang atlet paralimpiade dari Inggris, John McFall terpilih oleh European Space Agency (ESA) untuk mengikuti program pelatihan dan berkesempatan menjadi astronot penyandang disabilitas pertama. Adapun ia menjadi salah satu dari 17 orang yang terpilih menjadi kandidat astronot. 

Diketahui, McFall yang juga merupakan ahli bedah ini berhasil mengalahkan sekitar 22.500 kandidat dan sekitar 200 penyandang disabilitas lainnya yang melamar posisi yang sama. Adapun dikutip dari laman resmi ESA, McFall akan menjabat sebagai anggota studi kelayakan parastronot. 

Adapun ia akan bertugas untuk meningkatkan pemahaman untuk mengatasi hambatan yang dihadirkan penerbangan luar angkasa bagi astronot penyandang disabilitas fisik.

“Dengan latar belakang ilmiah saya yang luas dan berbagai pengalaman, saya merasa terdorong untuk mencoba dan membantu ESA menjawab pertanyaan ini. Bisakah kita meminta seseorang dengan keterbatasan fisik untuk melakukan pekerjaan yang berarti di luar angkasa?” ujar McFall dikutip dari Sky News

Diketahui, McFall kehilangan kaki kanannya pada saat kecelakaan sepeda motor ketika ia berusia 19 tahun. Namun, hal tersebut tidak mematahkan harapannya karena ia setelah itu, ia belajar berlari lagi.

Usahanya pun membuahkan hasil. Ia menjadi atlet lintasan dan lapangan professional pada 2005 dan berhasil mewakili Inggris Raya dan Irlandia Utara sebagai sprinter Paralimpiade dengan kelas T42. Ia pun sempat mendapatkan medali perak dan perunggu di Paralimpiade 2005, 2006, 2007, dan 2008. 

Selain itu, ia juga mengambil sekolah kedokteran dan sempat bekerja sebagai asisten perawat di Marie Curie Hospice di Cardiff, Inggris selama tiga tahun. Lalu di bidang medis, ia pernah mendapatkan hadiah di dalam bidang anoomi dan pembedahan di Fakultas Kedokteran.

Lebih lanjut, ia juga pernah dianugerahi gelar John Charnley Trust Research Bursary, yakni runner-up untuk Queen Alexandra Hospital Junior Doctor Awards 2018.


 

Gelar Parastronot Tidak Menjamin Terbang ke Luar Angkasa

Pada pendaftaran ini, sekitar 257 lamaran diterima oleh ESA. Adapun parastronot ini terbatas pada orang dengan disabilitas fisik anggota tubuh bagian bawah atau kekurangan kaki tunggal atau ganda.

Namun, peran parastronot tidak menjamin mereka langsung terbang ke luar angkasa, melainkan mereka akan berkontribusi untuk proyek kelayakan. 



Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Putri Dewi


RELATED ARTICLES

China Mulai Menyerap Sinar Matahari dengan Skala Raksasa

Pada 2030, kompleks panel surya milik China ini diperkirakan akan merentang sejauh 250 mil atau lebih panjang dari jarak Jakarta ke Semarang

Renita Sukma . 15 July 2025

Muncul Joki dan Pemalsuan, Strava Berubah jadi Ajang Validasi?

Aktivitas olahraga lari makin diminati oleh banyak orang, begitu pun para joki yang melihat ini sebagai sebuah peluang.

Context.id . 15 July 2025

Negosiasi RI-AS Mandek Tapi Vietnam Berhasil, Kok Bisa?

Menilai paket negosiasi yang ditawarkan Vietnam kepada AS secara signifikan mengurangi defisit neraca perdagangan AS

Renita Sukma . 11 July 2025

Ditekan Tarif Trump, Indonesia Bisa Perluas Pasar Tekstil ke Eropa

Di tengah tekanan tarif Trump 32%, Indonesia memiliki peluang untuk memperluas pasar ke Uni Eropa

Renita Sukma . 11 July 2025