Originals - 24 September 2024
Mengenal Susu Ikan, Pengganti Susu Sapi yang Katanya Bergizi
Rencana mengganti susu sapi dengan susu ikan dalam program Susu Gratis Prabowo -Gibran menyedot perhatian publik
Context.id, JAKARTA - Susu ikan direncanakan bakal menjadi pengganti susu sapi untuk memenuhi kebutuhan gizi anak. Tapi, beda dengan susu sapi, susu ikan ternyata tidak berasal dari kelenjar susu ikan karena hewan ini memang tidak menghasilkan susu.
Tapi mengapa disebut susu ikan ya? Oh iya, belakangan ini ramai orang memperbincangkan soal susu ikan. Ya, program minum susu gratis yang jadi andalan capres dan cawapres terpilih, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming itu awalnya ingin menggunakan susu sapi, tapi sepertinya sulit. Jadi muncul wacana susu ikan.
Jadi, susu ikan sendiri adalah produk berbasis protein ikan, yang diolah menyerupai susu. Susu ikan ini dikembangkan sebagai alternatif susu berbasis hewan darat, seperti susu sapi.
Tujuannya, demi memberikan sumber nutrisi yang tinggi, khususnya protein. Untuk membuat susu ikan ini ada beberapa tahapnya, mulai dari memilih ikan yang tepat, ekstraksi protein, pengolahan lanjutan, hingga penyaringan dan sterilisasi.
Biasanya, ikan yang dipilih adalah ikan laut dengan kandungan protein tinggi dan cenderung punya nilai gizi yang lebih baik dari ikan air tawar, terutama pada kandungan vitamin dan mineral.
Nah, salah satu ikan yang bisa diolah jadi susu ikan adalah ikan tenggiri. Jika dibandingin sama susu sapi, susu ikan lebih banyak keunggulannya. Susu ikan punya kandungan protein yang lebih mudah dicerna, dan mengandung asam amino esensial yang dibutuhkan tubuh. Kemudian, kandungan asam lemak omega-3 nya juga lebih tinggi.
Omega-3 sendiri bermanfaat banget buat kesehatan jantung, otak, dan sistem saraf. Lalu bagi kamu yang punya alergi atau intoleransi laktosa, susu ikan aman buat kamu. Soalnya, susu ikan sama sekali tidak mengandung laktosa.
Namun, penggunaan susu ikan juga mendapatkan kritik. CISDI, LSM yang fokus untuk memajukan pembangunan sektor kesehatan, mengatakan produk ultra proses cenderung tinggi kandungan gula, garam dan lemak, yang dikaitkan erat dengan peningkatan tren prevalensi penyakit tidak menular secara global.
Kandungan tinggi gula itu karena ada banyak zat tambahan seperti perisa entah itu coklat, stroberi dan rasa lainnya serta zat tambahan maltodekstrin yang dikenal sebagai zat pengental atau pengawet.
MORE ORIGINALS VIDEOS