Stories - 18 September 2024

Ini Rahasia Sukses Norwegia Mengganti Mobil Bensin dengan Listrik!

Norwegia, salah satu negara Nordik yang juga penghasil minyak dan gas terbesar di Eropa justru memimpin penggunaan mobil listrik


Ilustrasi mobil listrik di norwegia/Electrek

Context.id, JAKARTA - Meskipun dikenal sebagai salah satu negara penghasil minyak bumi dan gas alam terbesar di Eropa, Norwegia justru sangat membatasi penggunaan bahan bakar fosil. 

Bahkan, dari catatan Federasi Jalan Raya Norwegia (OFV), seperti dilansir Guardian, dari 2,8 juta mobil pribadi yang terdaftar di negara Nordik itu, 754.303 di antaranya bertenaga listrik (EV), dibandingkan 753.905 yang menggunakan bensin. 

Catatan itu menjadikan mobil listrik untuk pertama kalinya melebihi mobil berbahan bakar bensin di Norwegia. Hal ini menjadikan negara Nordik ini sebagai negara pertama di dunia yang sangat pro pada kendaraan listrik. 

Meskipun begitu, model diesel tetap yang paling banyak jumlahnya dan penjualannya terus menurun setiap tahunnya. 

Direktur OFV Øyvind Solberg Thorsen mengatakan kenaikan angka kepemilikan EV ini merupakan peristiwa bersejarah dan sekitar 10 tahun lalu hanya sedikit orang yang optimistis akan capaian itu. 

“Elektrifikasi armada mobil penumpang berjalan cepat, dan Norwegia dengan cepat bergerak maju untuk menjadi negara pertama di dunia dengan armada mobil penumpang yang didominasi oleh mobil listrik,” ujarnya seperti kutip dari Guardian, Rabu (18/9). 

Norwegia telah menetapkan target agar semua mobil baru yang dijual pada 2025 menjadi kendaraan dengan emisi nol atau sebagian besar adalah kendaraan listrik. Ini 10 tahun lebih cepat dari target Uni Eropa.

Pada bulan Agustus, kendaraan listrik menyumbang rekor 94,3% dari pendaftaran mobil baru di Norwegia, didorong oleh penjualan Tesla Model Y.

Dalam upaya untuk melistriki transportasi jalan guna membantu memenuhi komitmen iklim Norwegia, pemerintah menawarkan potongan pajak yang besar pada kendaraan listrik  sehingga harganya kompetitif dibandingkan dengan mobil berbahan bakar fosil. 

Mengapa Norwergia berhasil? 

Pertanyaan ini tentunya sangat menggelitik. Norwegia menjadi yang terdepan di dunia dalam penggunaan mobil listrik. Pada 2023, 82,4% kendaraan pribadi yang dijual di negara itu adalah kendaraan listrik. Lalu Januari 2024, angkanya adalah 92,1%. Targetnya mencapai 100% tahun depan.

Sebelum mencapai angka yang signifikan ini, Norwegia sudah melakukan uji coba bus listrik sejak 1994 dan pada 1998 di beberapa kotanya juga menjadi bagian dari uji coba EV Eropa untuk distribusi barang. 

Namun jauh sebelum itu, ada seorang profesor emeritus perencanaan kota dan regional di Universitas Stavanger bernama  Harald Nils Røstvik yang punya peran penting dalam ekosistem kendaraan listrik Norwegia.

Harald yang juga seorang arsitek bersama rekan-rekannya pernah mengimpor mobil listrik, yang mungkin merupakan mobil pertama di negara itu. Mobil itu adalah Fiat Panda yang dimodifikasi, dengan kursi belakang dilepas untuk menampung sejumlah besar baterai. 

Mobil itu butuh waktu beberapa hari untuk mengisi daya dan hanya mampu menempuh jarak 20 hingga 25 mil. Bersama rekannya Harald menggunakan mobil itu masuk ke dalam tol dan menolak membayar pajak. 

Mereka memulai kampanye pembangkangan sipil, karena merasa mobil listriknya tidak menimbulkan polusi jadi tidak seharusnya membayar apapun. 

Mereka justru punya daftar tuntutan, untuk memberi insentif penggunaan mobil listrik: penggunaan jalan tol gratis, tidak ada pajak impor atau PPN, parkir gratis, stasiun pengisian daya umum, akses ke jalur bus.

Denda terus menumpuk; mereka menolak membayar. Mobil itu diderek, dijual di pelelangan umum – dan dibeli kembali. “Bukan oleh kami; oleh orang-orang di ruangan itu, para pendukung. Harganya murah, karena tidak ada yang menginginkannya,” katanya. 

Kini apa yang dilakukan Harald berdampak. Norwegia memimpin sebagai negara dengan penggunaan mobil listrik terbanyak. 

Namun, selain peran Harald, kebijakan pajak yang baik adalah kunci dari transformasi transportasi ramah lingkungan Norwegia. Bagaimana tidak, Norwegia selalu mengenakan pajak yang tinggi untuk mobil baru – pajak akuisisi yang tinggi, ditambah PPN sebesar 25%. 

Pada periode 90-an, di bawah tekanan dari para pencinta lingkungan pemerintah Norwegia menghapus pajak ini untuk kendaraan listrik sehingga membuatnya menjadi lebih kompetitif, meskipun hampir tidak ada di pasaran.

Keberhasilan kendaraan listrik Norwegia ada hubungannya dengan jumlah penduduk dan politiknya. Sebagai negara kecil, ada  interaksi yang intens antara masyarakat sipil dan sistem politik. 

Christina Bu, Ketua Asosiasi Kendaraan Listrik Norwegia mengatakan negaranya belum benar-benar memiliki industri mobil seperti di Inggris atau negara Eropa lainnya. 

Namun, saat mereka mengadopsi sistem mobil listrik, selama 10 tahun terakhir justru berhasil menciptakan lapangan pekerjaan mulai dari industri pengisian daya, industri baterai, perangkat lunak, dan lain sebagainya.

Sebenarnya kata Bu, sama seperti warga negara lain, orang-orang Norwegia juga tidak terlalu peduli dengan perubahan iklim. Pasalnya, mereka juga menikmati kesejahteraan dari hasil tambang fosil seperti minyak dan gas. 

Sektor perminyakan menyumbang 24% PDB dan 52% ekspor. Norwegia adalah pengekspor gas alam terbesar ketiga dan telah menggantikan Rusia sebagai pemasok terbesar ke pasar Eropa. 

Hanya saja, argumen untuk transportasi tanpa emisi mungkin sedikit lebih mudah dikomunikasikan di Norwegia, karena mereka sudah mengandalkan energi terbarukan. Lihat saja, listrik yang diproduksi di Norwegia seluruhnya berasal dari sumber terbarukan, yang sekitar 10%-nya adalah angin. Sisanya berasal dari pembangkit listrik tenaga air

Ditambah lagi, mereka menggunakan listrik untuk memanaskan rumah, yang semakin banyak menggunakan pompa panas. Melalui jaringan dan infrastruktur listrik yang kuat, Norwegia lebih siap untuk memenuhi permintaan pengisian daya kendaraan listrik. 

Norwegia juga sudah memiliki feri penumpang listrik, yang beroperasi antara Stavanger, Byøyene, dan Hommersåk, dan pengisi daya perahu di dermaga.

Eropa melesu

Keberhasilan EV Norwegia sangat kontras dengan perjuangan yang terlihat di tempat lain di Eropa.  Penjualan mobil listrik mulai turun pada akhir tahun 2023.  

Ya, setelah tiga tahun bertumbuh, penjualan kendaraan listrik turun tahun ini dan hanya mewakili 14% dari penjualan mobil baru di Eropa pada paruh pertama 2024.

Penjualan yang lebih tinggi di Belanda, Spanyol, dan Italia belum menutupi penurunan di Jerman, pasar terbesar Eropa, setelah pemotongan subsidi publik yang mengejutkan di sana.

Bahkan di Jerman, beberapa pabrikan seperti Mercedes Benz menurunkan produksinya dan VW berencana menutup pabriknya. Kebijakan pemerintah Jerman yang mencabut subsidi EV membuat konsumen tidak tertarik membeli mobil ramah lingkungan ini.  

Di Inggris, larangan mobil baru berbahan bakar bensin dan diesel baru-baru ini diundur dari tahun 2030 ke tahun 2035. Hanya 14,7% mobil baru yang terdaftar pada bulan Januari adalah mobil listrik. 

Dilansir dari Carscoops, sepanjang Juli 2024 hanya 10.705 mobil listrik terjual di Eropa. Penurunan terbesar terjadi di Jerman yang hanya mampu melepas 30.762 pada bulan Juli 2024, drop 36,8 persen dari periode serupa tahun lalu sebanyak 48.682 unit.

Jumlah penjualan kendaraan listrik lain juga mengalami penurunan signifikan seperti Finlandia (- 21,3 persen), Irlandia (- 14,9 persen) dan Austria (-11,7 persen).

Namun, hasil riset T&E memprediksi pada tahun depan pangsa mobil listrik Eropa bisa mencapai 24% di Eropa. Penyebabnya, para produsen mobil mulai merilis model yang lebih murah untuk menyatakan kemerosotan permintaan mobil listrik. 

Dalam laporan yang dirilis Selasa (17/9/2024), grup ini menuliskan memperkirakan "pertumbuhan yang cepat" dari penjualan mobil listrik. Hal ini mengutip analisis mereka sendiri mengenai penjualan mobil semester pertama dan perkiraannya.

Industri otomotif Eropa sedang berjuang untuk mengatasi penurunan tajam permintaan kendaraan listrik setelah pemerintah mengurangi insentif dan produsen mobil China mulai berekspansi di wilayah tersebut.


Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

MORE  STORIES

Peran Penting Internet untuk Pendidikan di Sudut Lain Indonesia

Kehadiran internet di kota-kota besar mungkin sudah menjadi kebutuhan primer. Tapi, bagaimana di desa atau daerah terpencil yang belum terjamah?

Context.id | 19-09-2024

Industri Antariksa Asia Mulai Menyaingi AS dan Eropa

China, India dan Jepang membuka pintu bagi negara-negara Asia ikut dalam persaingan antariksa

Context.id | 19-09-2024

Lepas Tanggung Jawab Iklim, Perusahaan Energi Fosil Jadi Sponsor Olahraga

Lembaga penelitian iklim menemukan aliran dana besar perusahaan migas ke acara olahraga untuk mengelabui masyarakat soal krisis iklim\r\n

Context.id | 18-09-2024

Ini Rahasia Sukses Norwegia Mengganti Mobil Bensin dengan Listrik!

Norwegia, salah satu negara Nordik yang juga penghasil minyak dan gas terbesar di Eropa justru memimpin penggunaan mobil listrik

Context.id | 18-09-2024