Deteksi Megathrust di Indonesia, Wilayah Mana Saja yang Pernah Mengalaminya
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi potensi gempa megathrust di Indonesia usai terjadinya gempa di Jepang
Context.id, JAKARTA - Jepang dilanda gempa bumi berkekuatan 7,1 skala richter pada Kamis (8/8/2024). Sumber gempa bumi berpusat di lepas pantai prefektur Miyazaki, Pulau Kyushu, dengan kedalaman sekitar 18 mil.
Pascagempa, ahli seismolog di Badan Meteorologi Jepang mengidentifikasi guncangan gempa tersebut terhadap pergerakan lempeng di Palung Nankai, sumber gempa besar atau megathrust yang terjadi pada 1946
Melansir Bisnis, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) juga memprediksi potensi gempa megathrust di Indonesia usai terjadinya gempa di Jepang.
Sebelumnya BMKG sempat mengatakan gempa di dua wilayah megathrust tinggal menunggu waktu.
BMKG mengungkapkan megathrust Nankai merupakan salah satu zona seismic gap, sumber potensi gempa tetapi belum pernah menyebabkann gempa besar selama ratusan tahun.
BACA JUGA
BMKG melihat kemiripan pola megathrust Nankai dengan seismic gap megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut.
Seismic gap Selat Sunda terjadi pada tahun 1757 dan berusia 267 tahun Sementara Mentawai-Siberut terjadi pada 1797 dengan usia seismic gap 227 tahun.
BMKG menyebut kedua zona megathrust tersebut mengalami kekosongan seismic gap selama ratusan tahun.
Oleh karena itu, BMKG menyebut potensi gempa di dua wilayah megathrust tersebut tinggal menunggu waktu.
Seperti yang tertulis dalam situs Pemerintah Kanada, megathrust merupakan zona pertemuan antar lempeng tektonik di zona subduksi yang terdorong di bawah lempengan lainnya. Kedua lempengan itu akan terus bergerak mendekati satu sama lain.
Namun, keduanya akan terjebak di lokasi kedua lempengan itu bersentuhan. Pada akhirnya, akan terjadi tumpukan regangan yang melebihi gesekan antar dua lempeng tadi dan menyebabkan gempa besar.
Waktu terjadinya megathrust bervariasi tergantung zona subduksinya. Rata-rata dapat terjadi setiap 500–600 tahun sekali.
Namun, megathrust juga dapat terjadi secara tiba-tiba. Beberapa terjadi dalam rentang yang berdekatan sekitar 200 tahun. Kekuatan maksimalnya bisa mencapai 9.2 skala richter.
Megathrust di Indonesia dapat dipicu oleh zona subduksi di beberapa wilayah seperti subduksi Sunda–mencakup Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, dan Sumba–, subduksi Banda, subduksi lempeng Laut Maluku, subduksi Sulawesi, subduksi lempeng Laut Filipina, dan subduksi Utara Papua.
Beberapa wilayah di Indonesia pernah mengalami guncangan gempa bumi yang sangat besar. Salah satu yang paling dikenang adalah gempa bumi yang menyebabkan tsunami di Aceh.
Melansir Museum Tsunami Aceh, gempa bumi yang terjadi pada 26 Desember 2004 itu berkekuatan 9.2 skala richter, yang kemudian disusul deretan tsunami di daratan yang berbatasan dengan samudera Hindia. Bencana ini menelan korban sekitar 220.000 jiwa.
Tak jauh dari Aceh, Pulau Nias dihantam gempa sebesar 8,7 skala richter pada 28 Maret 2005. Pusat gempa berada di sebelah utara Pulau Nias dengan kedalaman 30 km.
Bencana gempa ini adalah pelepasan kumpulan energi megathrust pada zona subduksi akibat keseimbangan yang terganggu pasca gempa bumi Aceh 2004.
Bagian wilayah Sumatera kembali dilanda gempa bumi pada 12 September 2007 di Pulau Bengkulu dengan kekuatan 7,9 skala richter. Posisi pusat gempa berada 10 km di bawah permukaan, sekitar 105 km di lepas pantai Bengkulu Utara.
Menurut Jurnal Teknik Sipil Inersia, Bengkulu sendiri terletak di antara dua jalur gempa yaitu pusat gempa sesar Mentawai di Samudera Hindia yang terletak di lempeng Indo-Australia dan pusat gempa di darat sepanjang sesar Sumatera di Bukit Barisan.
Kontributor: Fadlan Priatna
RELATED ARTICLES
Deteksi Megathrust di Indonesia, Wilayah Mana Saja yang Pernah Mengalaminya
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi potensi gempa megathrust di Indonesia usai terjadinya gempa di Jepang
Context.id, JAKARTA - Jepang dilanda gempa bumi berkekuatan 7,1 skala richter pada Kamis (8/8/2024). Sumber gempa bumi berpusat di lepas pantai prefektur Miyazaki, Pulau Kyushu, dengan kedalaman sekitar 18 mil.
Pascagempa, ahli seismolog di Badan Meteorologi Jepang mengidentifikasi guncangan gempa tersebut terhadap pergerakan lempeng di Palung Nankai, sumber gempa besar atau megathrust yang terjadi pada 1946
Melansir Bisnis, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) juga memprediksi potensi gempa megathrust di Indonesia usai terjadinya gempa di Jepang.
Sebelumnya BMKG sempat mengatakan gempa di dua wilayah megathrust tinggal menunggu waktu.
BMKG mengungkapkan megathrust Nankai merupakan salah satu zona seismic gap, sumber potensi gempa tetapi belum pernah menyebabkann gempa besar selama ratusan tahun.
BACA JUGA
BMKG melihat kemiripan pola megathrust Nankai dengan seismic gap megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut.
Seismic gap Selat Sunda terjadi pada tahun 1757 dan berusia 267 tahun Sementara Mentawai-Siberut terjadi pada 1797 dengan usia seismic gap 227 tahun.
BMKG menyebut kedua zona megathrust tersebut mengalami kekosongan seismic gap selama ratusan tahun.
Oleh karena itu, BMKG menyebut potensi gempa di dua wilayah megathrust tersebut tinggal menunggu waktu.
Seperti yang tertulis dalam situs Pemerintah Kanada, megathrust merupakan zona pertemuan antar lempeng tektonik di zona subduksi yang terdorong di bawah lempengan lainnya. Kedua lempengan itu akan terus bergerak mendekati satu sama lain.
Namun, keduanya akan terjebak di lokasi kedua lempengan itu bersentuhan. Pada akhirnya, akan terjadi tumpukan regangan yang melebihi gesekan antar dua lempeng tadi dan menyebabkan gempa besar.
Waktu terjadinya megathrust bervariasi tergantung zona subduksinya. Rata-rata dapat terjadi setiap 500–600 tahun sekali.
Namun, megathrust juga dapat terjadi secara tiba-tiba. Beberapa terjadi dalam rentang yang berdekatan sekitar 200 tahun. Kekuatan maksimalnya bisa mencapai 9.2 skala richter.
Megathrust di Indonesia dapat dipicu oleh zona subduksi di beberapa wilayah seperti subduksi Sunda–mencakup Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, dan Sumba–, subduksi Banda, subduksi lempeng Laut Maluku, subduksi Sulawesi, subduksi lempeng Laut Filipina, dan subduksi Utara Papua.
Beberapa wilayah di Indonesia pernah mengalami guncangan gempa bumi yang sangat besar. Salah satu yang paling dikenang adalah gempa bumi yang menyebabkan tsunami di Aceh.
Melansir Museum Tsunami Aceh, gempa bumi yang terjadi pada 26 Desember 2004 itu berkekuatan 9.2 skala richter, yang kemudian disusul deretan tsunami di daratan yang berbatasan dengan samudera Hindia. Bencana ini menelan korban sekitar 220.000 jiwa.
Tak jauh dari Aceh, Pulau Nias dihantam gempa sebesar 8,7 skala richter pada 28 Maret 2005. Pusat gempa berada di sebelah utara Pulau Nias dengan kedalaman 30 km.
Bencana gempa ini adalah pelepasan kumpulan energi megathrust pada zona subduksi akibat keseimbangan yang terganggu pasca gempa bumi Aceh 2004.
Bagian wilayah Sumatera kembali dilanda gempa bumi pada 12 September 2007 di Pulau Bengkulu dengan kekuatan 7,9 skala richter. Posisi pusat gempa berada 10 km di bawah permukaan, sekitar 105 km di lepas pantai Bengkulu Utara.
Menurut Jurnal Teknik Sipil Inersia, Bengkulu sendiri terletak di antara dua jalur gempa yaitu pusat gempa sesar Mentawai di Samudera Hindia yang terletak di lempeng Indo-Australia dan pusat gempa di darat sepanjang sesar Sumatera di Bukit Barisan.
Kontributor: Fadlan Priatna
POPULAR
RELATED ARTICLES