Share

Stories 14 Agustus 2024

Kisah di Balik Penemuan Hobbit di Flores

Homo Floresiensis ini hidup sekitar 50.000 100.000 tahun yang lalu

Homo Floresiensis/AEON

Context.id, JAKARTA - Salah satu spesies manusia purba ditemukan di Indonesia oleh para peneliti. Spesies manusia purba tersebut bernama Homo Floresiensis.

Melansir Natural History Museum, manusia purba ini hidup sekitar 50.000 – 100.000 tahun yang lalu. 

Keberadaan spesies purba ini dapat ditemui di Pulau Flores, Indonesia. Homo Floresiensis mempunyai ciri-ciri tubuh yang pendek dengan tinggi hanya 1–1,1 meter dan berat sekitar 25 kg.

Selain itu, makhluk purba ini mempunyai tengkorak yang kecil dan kaki yang pendek. 

Awal mula penemuan spesies Homo Floresiensi dilakukan seorang pastor dari Belanda. Seperti yang ditulis Smithsonian National Museum of Natural History, pada tahun 1950 sampai 1960-an, pastor katolik Belanda bernama Theodor Verhoeven menetap dan bekerja di Flores. 



Saat di sana, Verhoeven yang mempelajari arkeologi saat kuliah, menggali lusinan situs arkeologi, termasuk situs Liang Bua yang dikenal sebagai tempat penemuan Homo Floresiensis

Dalam temuannya, Verhoeven berpendapat bahwa Homo Erectus dari Jawa kemungkinan besar sebagai pembuat peralatan batu yang ditemukan di Flores sekitar 750.000 tahun lalu.

Namun para paleoantropolog tidak terlalu begitu memperhatikan temuan Verhoeven tersebut. 

Hingga 30 tahun kemudian, tim peneliti Indonesia dan Belanda menemukan bukti yang menyatakan temuan awal Verhoeven.

Tim tersebut secara lebih jauh menentukan usia peralatan batu dan fosil menggunakan paleomagnetisme–metode penentuan usia sedimen purba–dan mengungkap bahwa usianya sekitar 700.000 tahun. 

Lalu pada 2001, tim peneliti Indonesia-Australia menggali situs Liang Bua, gua batu kapur di Mata Menge, Flores.

Tujuan tim peneliti kali ini untuk menggali lebih dalam lapisan batu gua untuk mengeksplorasi apakah ada manusia modern atau pra-modern yang tinggal di Liang Bua. 

Saat melakukan penggalian di sektor 7 Liang Bua, ditemukan sebuah tengkorak, enam meter di bawah permukaan gua.

Beberapa hari kemudian, ditemukan tengkorak yang lain dengan ciri-ciri mempunyai gigi permanen seperti orang dewasa. 

Para peneliti memutuskan penemuan ini sebagai spesies Homo Floresiensis, mengacu pada kerangka dari sedimen akhir di Liang Bua. Tim peneliti memaparkan hasil temuannya pada 2004 dan 2005.

Dalam temuan tersebut, disebut bahwa spesies Homo Floresiensis mempunyai tinggi sekitar 106 cm dan berat 30–40 kg. 

Namun terdapat sebuah penelitian baru yang menemukan tinggi Homo Floresiensis atau manusia kerdil ini lebih pendek dari perkiraan sebelumnya. Temuan ini dipublikasikan dalam Jurnal Nature Communications pada Selasa (6/8/2024). 

Dalam temuan terbaru ini, Homo Floresiensis mempunyai tinggi sekitar 3,2 kaki (1 meter). Sebelumnya, tinggi spesies hominin ini sekitar 106 cm. Artinya, studi terbaru ini memperkirakan Homo Floresiensis lebih pendek 6 cm dari temuan awal. 

Selain itu, temuan baru mengungkapkan, lingkar tulang lengan atas mempunyai ukuran 4,6 cm, di mana temuan sebelumnya berukuran sekitar 4,7–5,2 cm.

Lalu, panjang batang distal dengan ukuran 5,8 cm ternyata lebih pendek dari temuan sebelumnya dengan panjang 6,4 mm. 

Lebih lanjut, tulang lengan atas Homo Floresiensis diperkirakan lebih pendek 9–16 persen dari penelitian sebelumnya. 

Kontributor: Fadlan Priatna



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 14 Agustus 2024

Kisah di Balik Penemuan Hobbit di Flores

Homo Floresiensis ini hidup sekitar 50.000 100.000 tahun yang lalu

Homo Floresiensis/AEON

Context.id, JAKARTA - Salah satu spesies manusia purba ditemukan di Indonesia oleh para peneliti. Spesies manusia purba tersebut bernama Homo Floresiensis.

Melansir Natural History Museum, manusia purba ini hidup sekitar 50.000 – 100.000 tahun yang lalu. 

Keberadaan spesies purba ini dapat ditemui di Pulau Flores, Indonesia. Homo Floresiensis mempunyai ciri-ciri tubuh yang pendek dengan tinggi hanya 1–1,1 meter dan berat sekitar 25 kg.

Selain itu, makhluk purba ini mempunyai tengkorak yang kecil dan kaki yang pendek. 

Awal mula penemuan spesies Homo Floresiensi dilakukan seorang pastor dari Belanda. Seperti yang ditulis Smithsonian National Museum of Natural History, pada tahun 1950 sampai 1960-an, pastor katolik Belanda bernama Theodor Verhoeven menetap dan bekerja di Flores. 



Saat di sana, Verhoeven yang mempelajari arkeologi saat kuliah, menggali lusinan situs arkeologi, termasuk situs Liang Bua yang dikenal sebagai tempat penemuan Homo Floresiensis

Dalam temuannya, Verhoeven berpendapat bahwa Homo Erectus dari Jawa kemungkinan besar sebagai pembuat peralatan batu yang ditemukan di Flores sekitar 750.000 tahun lalu.

Namun para paleoantropolog tidak terlalu begitu memperhatikan temuan Verhoeven tersebut. 

Hingga 30 tahun kemudian, tim peneliti Indonesia dan Belanda menemukan bukti yang menyatakan temuan awal Verhoeven.

Tim tersebut secara lebih jauh menentukan usia peralatan batu dan fosil menggunakan paleomagnetisme–metode penentuan usia sedimen purba–dan mengungkap bahwa usianya sekitar 700.000 tahun. 

Lalu pada 2001, tim peneliti Indonesia-Australia menggali situs Liang Bua, gua batu kapur di Mata Menge, Flores.

Tujuan tim peneliti kali ini untuk menggali lebih dalam lapisan batu gua untuk mengeksplorasi apakah ada manusia modern atau pra-modern yang tinggal di Liang Bua. 

Saat melakukan penggalian di sektor 7 Liang Bua, ditemukan sebuah tengkorak, enam meter di bawah permukaan gua.

Beberapa hari kemudian, ditemukan tengkorak yang lain dengan ciri-ciri mempunyai gigi permanen seperti orang dewasa. 

Para peneliti memutuskan penemuan ini sebagai spesies Homo Floresiensis, mengacu pada kerangka dari sedimen akhir di Liang Bua. Tim peneliti memaparkan hasil temuannya pada 2004 dan 2005.

Dalam temuan tersebut, disebut bahwa spesies Homo Floresiensis mempunyai tinggi sekitar 106 cm dan berat 30–40 kg. 

Namun terdapat sebuah penelitian baru yang menemukan tinggi Homo Floresiensis atau manusia kerdil ini lebih pendek dari perkiraan sebelumnya. Temuan ini dipublikasikan dalam Jurnal Nature Communications pada Selasa (6/8/2024). 

Dalam temuan terbaru ini, Homo Floresiensis mempunyai tinggi sekitar 3,2 kaki (1 meter). Sebelumnya, tinggi spesies hominin ini sekitar 106 cm. Artinya, studi terbaru ini memperkirakan Homo Floresiensis lebih pendek 6 cm dari temuan awal. 

Selain itu, temuan baru mengungkapkan, lingkar tulang lengan atas mempunyai ukuran 4,6 cm, di mana temuan sebelumnya berukuran sekitar 4,7–5,2 cm.

Lalu, panjang batang distal dengan ukuran 5,8 cm ternyata lebih pendek dari temuan sebelumnya dengan panjang 6,4 mm. 

Lebih lanjut, tulang lengan atas Homo Floresiensis diperkirakan lebih pendek 9–16 persen dari penelitian sebelumnya. 

Kontributor: Fadlan Priatna



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Haruskah Tetap Belajar Coding di Dunia AI?

Kamp pelatihan coding dulunya tampak seperti tiket emas menuju masa depan yang aman secara ekonomi. Namun, saat janji itu memudar, apa yang harus ...

Context.id . 25 November 2024

Menuju Pemulihan: Dua Ilmuwan Harvard Mencari Jalan Cepat Atasi Depresi

Depresi menjadi musuh yang sulit ditaklukkan karena pengobatannya butuh waktu panjang

Context.id . 24 November 2024

Hati-hati! Terlalu Banyak Duduk Rentan Terkena Serangan Jantung

Menurut penelitian terbaru meskipun kita rajin olahraga yang rutin jika tubuh tidak banyak bergerak dapat meningkatkan risiko gagal jantung hingga 60%

Context.id . 24 November 2024

Klaster AI Kempner Raih Predikat Superkomputer Hijau Tercepat di Dunia

Melalui peningkatan daya komputasi ini, kita dapat mempelajari lebih dalam bagaimana model generatif belajar untuk bernalar dan menyelesaikan tuga ...

Context.id . 23 November 2024