Share

Home Stories

Stories 13 Agustus 2024

Melihat Potensi Pemanfaatan Nuklir di Sektor Transportasi Laut

Teknologi propulsi nuklir menawarkan berbagai keuntungan, seperti efisiensi energi dan pengurangan emisi

Ilustrasi kapal bertenaga nuklir/gCaptain

Context.id, JAKARTA - Pertemuan antara Prabowo Subianto dan Presiden Rusia Vladimir Putin akhir Juli lalu, mencerminkan strategi Indonesia memanfaatkan teknologi nuklir termasuk di sektor transportasi laut.

Pengamat maritim dari Ikatan Keluarga Besar Alumni Lemhannas Strategic Center Marcellus Hakeng Jayawibawa menjelaskan Indonesia mempunyai peluang untuk memperluas penggunaan energi nuklir dalam sektor transportasi laut.

“Teknologi propulsi nuklir menawarkan berbagai keuntungan, seperti efisiensi energi dan pengurangan emisi, yang sejalan dengan upaya global untuk mengatasi perubahan iklim dan mengejar target nasional Net Zero Emission 2060,” jelasnya, Selasa (13/8/2024).

Menurutnya, kapal berpropulsi nuklir tidak hanya menawarkan efisiensi, tetapi juga mendukung pengurangan emisi gas rumah kaca.

Sektor maritim, yang menyumbang 2-3% dari total emisi karbon dioksida dunia, membutuhkan teknologi yang lebih bersih dan efisien.



Melalui pengurangan ketergantungan pada bahan bakar fosil, kapal nuklir dapat membantu Indonesia mencapai target pengurangan emisi sesuai Perjanjian Paris.

Ditambahkan olehnya kapal berbahan bakar nuklir memiliki kemampuan berlayar dalam jangka waktu lama.

“Kapal-kapal Ini akan berlayar tanpa perlu pengisian bahan bakar, maka sangat relevan bagi kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau. Kendati demikian, pengoperasian kapal nuklir memerlukan infrastruktur canggih, termasuk fasilitas untuk penanganan bahan bakar dan pengelolaan limbah radioaktif,” paparnya.

Saat ini di Indonesia, tuturnya, masih terbatas dalam infrastruktur yang mendukung teknologi ini, dan investasi besar diperlukan untuk pembangunannya.

“Tantangan selanjutnya adalah regulasi yang ketat. Regulasi ketat dan jelas sangat diperlukan untuk memastikan keamanan operasional dan perlindungan lingkungan. Indonesia perlu mengembangkan regulasi standar internasional dan bekerja sama dengan Badan Tenaga Atom Internasional,” jelasnya

Selain infrastruktur dan regulasi, pelatihan sumber daya manusia juga menjadi tantangan. Teknologi propulsi nuklir memerlukan tenaga kerja yang kompeten dan tersertifikasi untuk menangani bahan bakar nuklir dan sistem propulsi yang kompleks.

“Indonesia masih berada pada tahap awal dalam pelatihan tenaga kerja di bidang ini, dan pelatihan serta pengembangan profesional yang lebih lanjut sangat diperlukan,” ujarnya.

Meski demikian, dia mengingatkan penggunaan teknologi ini dapat mempengaruhi dinamika regional, terutama di Asia Tenggara yang sensitif terhadap isu-isu nuklir.

Indonesia perlu mengelola dengan hati-hati aspek politik dan diplomatik yang terkait, dengan memastikan bahwa teknologi ini diterima secara luas dan tidak menimbulkan ketegangan geopolitik.

“Strategi diplomatik yang bijaksana dan koordinasi internasional akan menjadi kunci dalam mengoptimalkan potensi teknologi propulsi nuklir sambil mengatasi hambatan yang ada,” jelasnya.

Pengembangan teknologi propulsi nuklir juga membuka peluang bagi Indonesia untuk memperkuat posisi strategisnya di kancah internasional.

Melalui teknologi canggih ini, Indonesia dapat meningkatkan kapabilitas maritimnya, baik itu untuk perdagangan global maupun keamanan dan kedaulatan wilayah lautnya.



Penulis : Noviarizal Fernandez

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 13 Agustus 2024

Melihat Potensi Pemanfaatan Nuklir di Sektor Transportasi Laut

Teknologi propulsi nuklir menawarkan berbagai keuntungan, seperti efisiensi energi dan pengurangan emisi

Ilustrasi kapal bertenaga nuklir/gCaptain

Context.id, JAKARTA - Pertemuan antara Prabowo Subianto dan Presiden Rusia Vladimir Putin akhir Juli lalu, mencerminkan strategi Indonesia memanfaatkan teknologi nuklir termasuk di sektor transportasi laut.

Pengamat maritim dari Ikatan Keluarga Besar Alumni Lemhannas Strategic Center Marcellus Hakeng Jayawibawa menjelaskan Indonesia mempunyai peluang untuk memperluas penggunaan energi nuklir dalam sektor transportasi laut.

“Teknologi propulsi nuklir menawarkan berbagai keuntungan, seperti efisiensi energi dan pengurangan emisi, yang sejalan dengan upaya global untuk mengatasi perubahan iklim dan mengejar target nasional Net Zero Emission 2060,” jelasnya, Selasa (13/8/2024).

Menurutnya, kapal berpropulsi nuklir tidak hanya menawarkan efisiensi, tetapi juga mendukung pengurangan emisi gas rumah kaca.

Sektor maritim, yang menyumbang 2-3% dari total emisi karbon dioksida dunia, membutuhkan teknologi yang lebih bersih dan efisien.



Melalui pengurangan ketergantungan pada bahan bakar fosil, kapal nuklir dapat membantu Indonesia mencapai target pengurangan emisi sesuai Perjanjian Paris.

Ditambahkan olehnya kapal berbahan bakar nuklir memiliki kemampuan berlayar dalam jangka waktu lama.

“Kapal-kapal Ini akan berlayar tanpa perlu pengisian bahan bakar, maka sangat relevan bagi kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau. Kendati demikian, pengoperasian kapal nuklir memerlukan infrastruktur canggih, termasuk fasilitas untuk penanganan bahan bakar dan pengelolaan limbah radioaktif,” paparnya.

Saat ini di Indonesia, tuturnya, masih terbatas dalam infrastruktur yang mendukung teknologi ini, dan investasi besar diperlukan untuk pembangunannya.

“Tantangan selanjutnya adalah regulasi yang ketat. Regulasi ketat dan jelas sangat diperlukan untuk memastikan keamanan operasional dan perlindungan lingkungan. Indonesia perlu mengembangkan regulasi standar internasional dan bekerja sama dengan Badan Tenaga Atom Internasional,” jelasnya

Selain infrastruktur dan regulasi, pelatihan sumber daya manusia juga menjadi tantangan. Teknologi propulsi nuklir memerlukan tenaga kerja yang kompeten dan tersertifikasi untuk menangani bahan bakar nuklir dan sistem propulsi yang kompleks.

“Indonesia masih berada pada tahap awal dalam pelatihan tenaga kerja di bidang ini, dan pelatihan serta pengembangan profesional yang lebih lanjut sangat diperlukan,” ujarnya.

Meski demikian, dia mengingatkan penggunaan teknologi ini dapat mempengaruhi dinamika regional, terutama di Asia Tenggara yang sensitif terhadap isu-isu nuklir.

Indonesia perlu mengelola dengan hati-hati aspek politik dan diplomatik yang terkait, dengan memastikan bahwa teknologi ini diterima secara luas dan tidak menimbulkan ketegangan geopolitik.

“Strategi diplomatik yang bijaksana dan koordinasi internasional akan menjadi kunci dalam mengoptimalkan potensi teknologi propulsi nuklir sambil mengatasi hambatan yang ada,” jelasnya.

Pengembangan teknologi propulsi nuklir juga membuka peluang bagi Indonesia untuk memperkuat posisi strategisnya di kancah internasional.

Melalui teknologi canggih ini, Indonesia dapat meningkatkan kapabilitas maritimnya, baik itu untuk perdagangan global maupun keamanan dan kedaulatan wilayah lautnya.



Penulis : Noviarizal Fernandez

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Manggarai Jaksel, Nama dari Tangisan Budak yang Rindu Pulang

Manggarai bukan hanya soal transit dan padatnya penumpang, tapi juga tentang memori perbudakan dan akar budaya dari Timur Indonesia

Renita Sukma . 31 July 2025

Pasar Jatinegara atau Pasar Mester? Ini Asal-Usul Nama Jatinegara

Nama Jatinegara menyimpan jejak panjang dari masa kolonial, ketika wilayah ini masih disebut Meester Cornelis

Renita Sukma . 31 July 2025

Onomatoplay Retail: Pengalaman Belanja yang ‘Disajikan’ Bak Hidangan

Pernahkah kamu melihat toko/merek non-makanan menyajikan produk bak hidangan? Mereka tak sekadar menjual, tapi menawarkan pengalaman personal yang ...

Context.id . 30 July 2025

Beras Bisa Bikin Bir Non-Alkohol Lebih Enak?

Bir yang dibuat dengan beras memiliki rasa worty yang lebih rendah, karena kadar aldehida yang lebih sedikit

Renita Sukma . 25 July 2025