Stories - 12 August 2024

Kiprah Yahya Sinwar, Pemimpin Baru Hamas

Yahya Sinwar ikut membentuk sayap militer Hamas yang belakangan menjadi Brigade Qassam


Yahya Sinwar, pemimpin baru Hamas/newarab

Context.id, JAKARTA - Pemimpin tertinggi kelompok militan Palestina Hamas, Ismail Haniyeh tewas dalam sebuah serangan rudal di Teheran, Iran.

Saat itu, Haniyeh sedang berada di kediaman khusus veteran perang di wilayah utara Ibu Kota Iran.

Hamas dan Iran menuduh Israel sebagai dalang pembunuhan. Namun Perdana Menteri israel Benjamin Netanyahu mengklaim tidak bertanggung jawab atas insiden tersebut.

Tewasnya Haniyeh meninggalkan kursi pemimpin tertinggi Hamas dalam kekosongan. 

Kursi pemimpin tertinggi kelompok militan Palestina ini akhirnya diisi oleh Yahya Sinwar. Hamas menunjuk Yahya Sinwar sebagai Kepala Biro Politik. 

Israel menganggap Sinwar sebagai otak dalam serangan 7 Oktober oleh Hamas di wilayah Israel, yang menewaskan lebih dari 1.100 orang dan 200 orang lainnya ditawan.

Aksi Hamas ini dibalas oleh Israel dengan menewaskan hampir 40.000 warga Palestina yang mayoritasnya adalah anak-anak dan wanita

Sebelum menduduki posisinya saat ini, Yahya Sinwar sudah mencicipi asam garam dalam mempertahankan kemerdekaan Palestina.

Kiprah dan sepak terjangnya bahkan membuat Israel menjadikannya sebagai sosok yang menakutkan. 

Yahya Sinwar lahir di Kamp Pengungsi Khan Younis, Gaza Selatan pada 1962. Seperti yang ditulis Middle East Eye, Sinwar dikenal dekat dengan pendiri Hamas Sheikh Ahmed Yassin.

Pada awal 80-an, Sinwar berulang kali ditangkap oleh Israel karena upaya aktivisme antipendudukan di Universitas Islam di Gaza.

Setelah lulus, Sinwar ikut campur tangan dalam mendirikan jaringan untuk melakukan perlawanan bersenjata terhadap Israel. Kelompok tersebut kemudian menjadi Brigade Qassam, sayap militer Hamas.

Hingga pada pembentukan Hamas pada 1987, Sinwar bergabung dengan mendirikan badan keamanan internal Hamas.

Pada akhir 80-an, Sinwar dijatuhi hukuman penjara selama 23 tahun oleh Israel. Hukuman ini diduga terkait dengan perannya dalam pembunuhan warga Palestina yang bekerja sama dengan militer Israel.

Melansir Al Jazeera, selama di penjara, Sinwar mempelajari bahasa Ibrani dan mahir dalam urusan Israel serta politik dalam negeri. 

Sinwar dibebaskan pada tahun 2011 bersama 1.047 tahanan Palestina lainnya sebagai ganti tentara Israel Gilad Shalit, yang diculik pejuang Palestina dalam serangan tahun 2006. Tak butuh waktu lama bagi Sinwar untuk merangsek naik ke posisi tinggi di Hamas

Tahun 2012, Sinwar terpilih menjadi biro politik hamas dan bertugas untuk mengoordinasikan sayap militer kelompok militan Palestina tersebut, Brigade Al Qassam.

Sepak terjangnya semakin mumpuni saat Sinwar ikut andil dalam aspek politik dan militer dalam serangan tujuh minggu Israel di Gaza tahun 2014. 

Imbasnya, Amerika Serikat melabeli Yahya Sinwar sebagai teroris setahun berikutnya. 

Yahya Sinwar semakin mengokohkan posisinya sebagai tokoh penting di Hamas dengan terpilih menjadi kepala kantor politik Hamas di Gaza tahun 2017.

Sinwar menggantikan Ismail Haniyeh yang naik pangkat sebagai kepala biro politik kelompok tersebut. 

Kelompok militan dari Lebanon Hizbullah menyambut baik penunjukan Yahwa Sinwar sebagai pemimpin baru Hamas.

Mereka menganggap bahwa ini merupakan pesan yang kuat bagi Israel dan Amerika Serikat dan menunjukkan Hamas tetap bersatu. 

Di sisi lain, mantan pejabat Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat Javed Ali menilai bahwa terpilihnya Sinwar dapat menghambat gencatan senjata dan pembebasan sandera karena sikap Sinwar yang sulit diajak berunding. 

Melansir Reuters, Israel menegaskan penunjukan Sinwar sebagai pemimpin baru Hamas menjadi simbol kuat permusuhan di antara keduanya.

Hal ini juga ditengarai akan mendesak Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk meneruskan serangan di Palestina. 

Kontributor: Fadlan Priatna


Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

MORE  STORIES

Lepas Tanggung Jawab Iklim, Perusahaan Energi Fosil Jadi Sponsor Olahraga

Lembaga penelitian iklim menemukan aliran dana besar perusahaan migas ke acara olahraga untuk mengelabui masyarakat soal krisis iklim\r\n

Context.id | 18-09-2024

Ini Rahasia Sukses Norwegia Mengganti Mobil Bensin dengan Listrik!

Norwegia, salah satu negara Nordik yang juga penghasil minyak dan gas terbesar di Eropa justru memimpin penggunaan mobil listrik

Context.id | 18-09-2024

Riset IDEA Temukan Kemunduran Demokrasi Dunia Selama 8 Tahun Beruntun

Kredibilitas pemilu dunia terancam oleh menurunnya jumlah pemilih dan hasil pemilu yang digugat serta diragukan.

Fahri N. Muharom | 18-09-2024

Warga Amerika Sebut Kuliah Tidak Lagi Bermanfaat, Kenapa?

Biaya yang semakin tinggi sehingga membuat mahasiswa terjerat utang pinjaman kuliah membuat warga AS banyak yang tidak ingin kuliah

Naufal Jauhar Nazhif | 17-09-2024