Stories - 05 August 2024

Turki dan Bangladesh Kompak Blokir Instagram

Pemerintah Turki marah karena platform Meta mencegah warganya mengunggah pesan duka bagi pemimpin Hamas mendiang Ismail Haniyeh


Ilustrasi Blokir/Buzzoid.com

Context.id, JAKARTA - Pemimpin tertinggi kelompok militan Palestina Hamas, yaitu Ismail Haniyeh tewas dalam sebuah serangan di Teheran, Iran. Melansir Reuters, Haniyeh terbunuh pada Rabu (31/7/2024) sekitar pukul dua dini hari waktu Iran.

Haniyeh terbunuh kediaman khusus untuk veteran perang di Utara Teheran, Iran, yang ditinggali Haniyeh dihantam rudal. Belum jelas siapa pelaku penyerangan yang menewaskan Haniyeh. 

Hamas dan Iran menuduh Israel sebagai dalang pembunuhan. Namun Perdana Menteri israel Benjamin Netanyahu mengklaim tidak bertanggung jawab atas insiden tersebut.

Tewasnya Haniyeh menggemparkan dunia internasional terutama pihak-pihak yang selama ini mendukung kemerdekaan Palestina. Berbagai ucapan bela sungkawa ditujukan kepada Ismail Haniyeh baik secara langsung maupun di media sosial.

Melansir Bisnis, bahkan mantan Wakil Presiden Indonesia ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla menghadiri pemakaman dan takziyah untuk Ismail Haniyeh di Jelailah Street, Duhail Doha. Dalam media sosial, ucapan belasungkawa pada Ismail Haniyeh juga dilakukan oleh warga turki melalui Instagram.



Namun ucapan belasungkawa ini tidak diindahkan oleh Instagram. Seperti yang ditulis ABC News, Otoritas Komunikasi Turki melakukan pemblokiran media sosial Instagram pada Jumat (02/8/2024) meskipun tidak menyertakan alasan pemblokiran tersebut. 

Pemblokiran Instagram ini sebagai reaksi terhadap Instagram yang menghapus unggahan penggunanya yang berasal dari Turki terkait ucapan duka cita atas tewasnya pemimpin Hamas Ismail Haniyeh. 

Sebelumnya, melansir AP News, Direktur Komunikasi Kepresidenan dan Ajudan Presiden Recep Tayyip Erdoğan, Fahrettin Altun mengkritik keras platform Meta karena berusaha mencegah warga Turki untuk mengunggah pesan duka cita untuk Haniyeh. 

Selain itu, Menteri Transportasi dan Infrastruktur Turki Abdulkadir Uraloğlu menegaskan bahwa Instagram tidak peka terhadap pelanggaran kejahatan serius seperti hasutan untuk bunuh diri, penyiksaan, kecabulan, kejahatan terhadap keamanan negara, pelecehan seksual pada anak, dan lain-lain. 

Mengutip Al Jazeera, pengguna Instagram di Turki mencapai lebih dari 50 juta orang dari populasi 85 juta jiwa. Para pengguna Instagram di Turki mengeluh lewat platform X  soal fitur feed instagramnya yang tidak dapat diperbarui. 

Seperti yang ditulis Sky, Turki tidak menganggap Hamas sebagai organisasi teroris seperti klaim sekutunya di Barat. Sebagai pihak yang menentang genosida Israel di Palestina, Presiden Recep Tayyip Erdoğan menyebut Hamas sebagai “Pejuang Kemerdekaan”.

Turki mempunyai catatan dalam memblokir media sosial dan situs web. Menurut Freedom of Expression Association, Turki telah memblokir 712.558 domain pada akhir 2022, sekitar 500.000 pemblokiran tersebut dilakukan oleh Otoritas Teknologi Informasi dan Komunikasi (BTK) Turki. YouTube juga sempat diblokir di negara tersebut dari tahun 2007 hingga 2010.

Tak hanya Turki, pemblokiran Instagram juga terjadi di Bangladesh. Protes yang tak kunjung usai terhadap pemerintahan Sheikh Hasina di Bangladesh, memicu pemblokiran beberapa platform media sosial seperti Instagram, Facebook, TikTok, Youtube, dan lain sebagainya. 

Pemblokiran ini terjadi pada 2 Agustus 2024 untuk membatasi pengguna dalam mengakses situs media sosial tersebut di seantero Bangladesh. 

Kontributor: Fadlan Priatna


Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

MORE  STORIES

Inovasi Kesehatan Mental: Mengobati Depresi Melalui Aplikasi Digital

Aplikasi Rejoyn menawarkan solusi inovatif untuk mengobati depresi dengan latihan emosional yang \"mereset\" sirkuit otak

Context.id | 30-10-2024

Lewat Pertukaran Pelajar, Hubungan Indonesia-Kazakhstan Makin Erat

Hubungan Indonesia-Kazakhstan semakin erat melalui acara \"Kazakhstan-Indonesia Friendship Society\" dan program pertukaran pelajar untuk generasi ...

Helen Angelia | 30-10-2024

Jam Kerja Rendah Tapi Produktivitas Tinggi, Berkaca dari Jerman

Data OECD menunjukkan bmeskipun orang Jerman hanya bekerja rata-rata 1.340 jam per tahun, partisipasi perempuan yang tinggi dan regulasi bagus mem ...

Context.id | 29-10-2024

Konsep Adrenal Fatigue Hanyalah Mitos dan Bukan Diagnosis yang Sahih

Konsep adrenal fatigue adalah mitos tanpa dasar ilmiah dan bukan diagnosis medis sah yang hanyalah trik marketing dari pendengung

Context.id | 29-10-2024