Kondisi Gaza dan Peristiwa Apokaliptik
Kondisi pengungsi atau warga Palestina di Gaza atau Rafah, sudah menggambarkan kehancuran dan kerusakan besar yang juga bagian dari peristiwa apokaliptik
Context.id, JAKARTA - Kondisi pengungsi dan warga Palestina yang semakin memburuk, terutama di Rafah akibat kekurangan bantuan pangan dan air bersih disesalkan kepala kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Menurut wakil sekretaris jenderal PBB untuk urusan kemanusiaan dan koordinator bantuan darurat, Martin Griffiths, brutalnya serangan militer Israel di Rafah dan kurangnya akses bantuan kemanusiaan membuat wilayah itu seperti neraka.
"Jika bahan bakar habis, makanan tidak akan sampai ke masyarakat yang membutuhkannya. Kelaparan itu, yang telah lama kita bicarakan, dan yang sudah di depan mata, tidak akan terjadi lagi. Kelaparan akan tetap ada dan konsekuensinya akan sangat berat. Keras, sulit, dan apokaliptik," jelas Martin seperti dkutip dari Guardian.
Griffith mengatakan 50 truk bantuan per hari dapat menjangkau orang-orang yang paling terdampak di utara Gaza melalui penyeberangan Erez yang dibuka kembali di perbatasan utara.
Namun, ia menambahkan, pertempuran di dekat penyeberangan Rafah dan Kerem Shalom di selatan Gaza menyebabkan rute-rute penting tersebut diblokir secara efektif.
BACA JUGA
Lembaga bantuan kemanusiaan dunia telah berulang kali mengeluh bahwa operasional bantuan yang dijalankan mereka sering dihambat oleh pemerintah Israel.
Lalu, apa sebenarnya kondisi apokaliptik yang ditakutkan terjadi di Palestina?
Peristiwa Kehancuran
Jika merujuk pada Cambridge Dictionary, apokaliptik adalah kata sifat yang menunjukkan atau menggambarkan kehancuran total dan akhir dunia, atau peristiwa masa depan yang sangat buruk.
Lalu menurut Britannica, apokaliptik adalah sesuatu yang berkaitan dengan, atau melibatkan kekerasan dan perusakan yang mengerikan. Sementara menurut Merriam Webster apokaliptik itu menyerupai kiamat atau berhubungan dengan kehancuran besar.
Kata apokaliptik biasanya juga disandingkan dengan kata sastra, yang mengacu pada jenis karya sastra, yakni sastra apokaliptik. Sastra apokaliptik adalah genre tulisan kenabian atau messias.
Jika mengacu penjelasan di atas, Apokaliptik yang merupakan bentuk kata sifat dari kata benda apokalips dan berasal dari bahasa Yunani "apokalyptein," bisa dipahami sebagai gambaran tentang kehancuran atau kerusakan dunia di akhir zaman yang akan mengacu pada kiamat.
Lalu, benarkah kondisi di Palestina ini mengacu pada apokaliptik?
Mungkin, jika bicara apokaliptik secara sepenuhnya tidak. Namun, bisa dibilang kondisi pengungsi atau warga Palestina di Gaza, sudah menggambarkan kehancuran dan kerusakan besar yang juga bagian dari peristiwa apokaliptik.
Bagaimana tidak, hingga saat ini sudah hampir 40 ribu warga Palestina yang tewas akibat kebrutalan militer Israel. Belum lagi bencana kelaparan yang mengintai para pengungsi.
Kondisi seperti itu sudah seperti neraka dan mungkin juga jadi tragedi kemanusiaan abad modern yang sangat parah seperti halnya perang dunia. Seluruh infrastruktur di Rafah sudah hancur lebur dan tidak layak ditempati sebagai sebuah kota yang punya nilai sejarah sangat luar biasa.
Sebagai informasi, Rafah Rafah adalah satu kota kuno bersejarah di Gaza. Firaun, Asyura, Yunani, dan Romawi sudah pernah menaklukkan kota ini.Sejak 1917 sampai 1948, Rafah berada di bawah kekuasaan Inggris dan kemudian negara Israel dideklarasikan.
Awalnya Rafah berada di bawah kendali Mesir. Namun sesudah perang 1967 – alias Perang Enam Hari – Israel mengambil kendali atas Rafah seiring pendudukannya atas Gaza dan Semenanjung Sinai Mesir, juga Tepi Barat, Dataran Tinggi Golan, dan Yerusalem Timur.
Pada tahun 1979, Mesir dan Israel mencapai kesepakatan perdamaian. Semenanjung Sinai dikembalikan ke Mesir, dan Rafah dibagi dua, sebagian di Mesir dan sebagian di Gaza.
RELATED ARTICLES
Kondisi Gaza dan Peristiwa Apokaliptik
Kondisi pengungsi atau warga Palestina di Gaza atau Rafah, sudah menggambarkan kehancuran dan kerusakan besar yang juga bagian dari peristiwa apokaliptik
Context.id, JAKARTA - Kondisi pengungsi dan warga Palestina yang semakin memburuk, terutama di Rafah akibat kekurangan bantuan pangan dan air bersih disesalkan kepala kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Menurut wakil sekretaris jenderal PBB untuk urusan kemanusiaan dan koordinator bantuan darurat, Martin Griffiths, brutalnya serangan militer Israel di Rafah dan kurangnya akses bantuan kemanusiaan membuat wilayah itu seperti neraka.
"Jika bahan bakar habis, makanan tidak akan sampai ke masyarakat yang membutuhkannya. Kelaparan itu, yang telah lama kita bicarakan, dan yang sudah di depan mata, tidak akan terjadi lagi. Kelaparan akan tetap ada dan konsekuensinya akan sangat berat. Keras, sulit, dan apokaliptik," jelas Martin seperti dkutip dari Guardian.
Griffith mengatakan 50 truk bantuan per hari dapat menjangkau orang-orang yang paling terdampak di utara Gaza melalui penyeberangan Erez yang dibuka kembali di perbatasan utara.
Namun, ia menambahkan, pertempuran di dekat penyeberangan Rafah dan Kerem Shalom di selatan Gaza menyebabkan rute-rute penting tersebut diblokir secara efektif.
BACA JUGA
Lembaga bantuan kemanusiaan dunia telah berulang kali mengeluh bahwa operasional bantuan yang dijalankan mereka sering dihambat oleh pemerintah Israel.
Lalu, apa sebenarnya kondisi apokaliptik yang ditakutkan terjadi di Palestina?
Peristiwa Kehancuran
Jika merujuk pada Cambridge Dictionary, apokaliptik adalah kata sifat yang menunjukkan atau menggambarkan kehancuran total dan akhir dunia, atau peristiwa masa depan yang sangat buruk.
Lalu menurut Britannica, apokaliptik adalah sesuatu yang berkaitan dengan, atau melibatkan kekerasan dan perusakan yang mengerikan. Sementara menurut Merriam Webster apokaliptik itu menyerupai kiamat atau berhubungan dengan kehancuran besar.
Kata apokaliptik biasanya juga disandingkan dengan kata sastra, yang mengacu pada jenis karya sastra, yakni sastra apokaliptik. Sastra apokaliptik adalah genre tulisan kenabian atau messias.
Jika mengacu penjelasan di atas, Apokaliptik yang merupakan bentuk kata sifat dari kata benda apokalips dan berasal dari bahasa Yunani "apokalyptein," bisa dipahami sebagai gambaran tentang kehancuran atau kerusakan dunia di akhir zaman yang akan mengacu pada kiamat.
Lalu, benarkah kondisi di Palestina ini mengacu pada apokaliptik?
Mungkin, jika bicara apokaliptik secara sepenuhnya tidak. Namun, bisa dibilang kondisi pengungsi atau warga Palestina di Gaza, sudah menggambarkan kehancuran dan kerusakan besar yang juga bagian dari peristiwa apokaliptik.
Bagaimana tidak, hingga saat ini sudah hampir 40 ribu warga Palestina yang tewas akibat kebrutalan militer Israel. Belum lagi bencana kelaparan yang mengintai para pengungsi.
Kondisi seperti itu sudah seperti neraka dan mungkin juga jadi tragedi kemanusiaan abad modern yang sangat parah seperti halnya perang dunia. Seluruh infrastruktur di Rafah sudah hancur lebur dan tidak layak ditempati sebagai sebuah kota yang punya nilai sejarah sangat luar biasa.
Sebagai informasi, Rafah Rafah adalah satu kota kuno bersejarah di Gaza. Firaun, Asyura, Yunani, dan Romawi sudah pernah menaklukkan kota ini.Sejak 1917 sampai 1948, Rafah berada di bawah kekuasaan Inggris dan kemudian negara Israel dideklarasikan.
Awalnya Rafah berada di bawah kendali Mesir. Namun sesudah perang 1967 – alias Perang Enam Hari – Israel mengambil kendali atas Rafah seiring pendudukannya atas Gaza dan Semenanjung Sinai Mesir, juga Tepi Barat, Dataran Tinggi Golan, dan Yerusalem Timur.
Pada tahun 1979, Mesir dan Israel mencapai kesepakatan perdamaian. Semenanjung Sinai dikembalikan ke Mesir, dan Rafah dibagi dua, sebagian di Mesir dan sebagian di Gaza.
POPULAR
RELATED ARTICLES