Share

Home Stories

Stories 10 Juni 2024

Gema Persaudaraan dari Tepi Jakarta

Peringatan 150 Tahun Gereja Kristen Pasundan Kampung Sawah

Jalan santai lintas iman yang diselenggarakan oleh Gereja Kristen Pasundan (GKP) Kampung Sawah, Sabtu (8/6/2024).

Context.id, JAKARTA - Kampung Sawah di Kecamatan Pondok Melati, Kota Bekasi terkenal sebagai daerah majemuk yang warganya hidup berdampingan secara damai.

Semangat itu pula turut yang turut mewarnai rangkaian peringatan ke 150 tahun berdirinya Gereja Kristen Pasundan (GKP) Jemaat Kampung Sawah. Kali ini, umat di sana mengusung tema Sinergi Kuat, Persaudaraan Erat.

Pendeta Yoga Willy Pratama, pimpinan jemaat setempat menjelaskan bahwa pemilihan tema itu berangkat dari situasi Kampung Sawah yang mendapat warisan dari leluhur yaitu hidup berdampingan, besaudara, rukun dan guyub.

“Tapi untuk generasi muda nilai-nilai kearifan lokal itu sudah mulai dilupakan. Jadi kami sepakat bagaimana caranya yang sudah diwariskan bagi generasi saat ini bisa berlanjut ke generasi seterusnya. Dengan tema sinergi kuat diingatkan bahwa kita beragam, punya banyak potensi tapi kalau tidak bersinergi, tidak ada kerja sama, gotong royong itu, akan sia-sia. Jadi perlu bersinergi kerja sama gotong royong, karena yang besar akan menjadi ringan kalau kita tanggung bersama-sama.,” ujarnya saat ditemui Context, Sabtu (8/5/2024).

Dia melanjutkan, di tempat lain, mungkin masih bicara tentang toleransi, berangkat dari keadaan di mana orang mengedepankan perbedaan sehingga harus toleran. Tapi, katanya, di Kampung Sawah justru warga setempat menghayati kesamaan.



“Kita sama-sama orang Kampung Sawah mau asli mau pendatang, sudah sampai di sini harus jadi orang Kampung Sawah. Minum air, hirup udara dan tinggal di tanah Kampung Sawah harus hidup bersaudara rukun. Itu sudah jadi ciri khas Kampung Sawah. Jadi itulah latar belakangnya tema yang kami pilih ini,” ucapnya.

Menurutnya, momentum peringatan 150 tahun GKP Kampung Sawah, juga memberikan pesan bahwa Indonesia, termasuk di Kampung Sawah, dianugerahi dengan berbagai kebeeragaman yang tidak semua negara memiliki hal itu.

“Kita dan bersyukur di Kampung Sawah keragaman itu juga hadir. Sudah berabad-abad lamanya bahkan sebelum adanya NKRI dan Pancasila dicetuskan sebagai ideologi negara,” tuturnya.

Generasi pendahulu, tuturnya, sudah mempraktikkan kerukunan dalam seluruh aspek kehidupan. Tugas generasi saat ini, tuturnya, adalah memiliki kepedulian yang sama, empati, untuk melihat sesamanya yang berbeda itu sebagai saudara, bukan sebagai lawan atau musuh.

Persaudaraan itu harus ada keterbukaan, dan keberanian untuk saling mengenal dan memahami. Hanya dengan hal itu, dia yakin potensi konflik horizontal yang ada bisa diredam bahkan bisa dihilangkan sepenuhnya agar Indonesia khususnya Kampung Sawah menjadi tempat yang rukun, kampung yang selalu bertolong dan berbagi.

“Kekuatan yang bisa kita galang untuk menolak paham tertentu yang mudah sekali memecah belah bangsa ini. Dengan gerakan dari bawah kita berharap bahwa semua lapisan elemen masyarakat bisa diingatkan bahwa tidak ada cara lain untuk merawat bangsa kita selain hidup berdampingan, rukun saling menghargai, menghormati dalam persaudaraan,” pungkasnya.

Dalam memeriahkan peringatan itu, jemaat setempat menggelar berbagai kegiatan mulai dari jalan sehat lintas iman, pesta budaya rakyat, ibadat syukur dialog persaudaraan yang menghadirkan Habib Husein bin Ja’far Al Hadar dan malam puji-pujian sepanjaang Juni-Juli 2024.

 



Penulis : Noviarizal Fernandez

Editor   : Wahyu Arifin

Home Stories

Stories 10 Juni 2024

Gema Persaudaraan dari Tepi Jakarta

Peringatan 150 Tahun Gereja Kristen Pasundan Kampung Sawah

Jalan santai lintas iman yang diselenggarakan oleh Gereja Kristen Pasundan (GKP) Kampung Sawah, Sabtu (8/6/2024).

Context.id, JAKARTA - Kampung Sawah di Kecamatan Pondok Melati, Kota Bekasi terkenal sebagai daerah majemuk yang warganya hidup berdampingan secara damai.

Semangat itu pula turut yang turut mewarnai rangkaian peringatan ke 150 tahun berdirinya Gereja Kristen Pasundan (GKP) Jemaat Kampung Sawah. Kali ini, umat di sana mengusung tema Sinergi Kuat, Persaudaraan Erat.

Pendeta Yoga Willy Pratama, pimpinan jemaat setempat menjelaskan bahwa pemilihan tema itu berangkat dari situasi Kampung Sawah yang mendapat warisan dari leluhur yaitu hidup berdampingan, besaudara, rukun dan guyub.

“Tapi untuk generasi muda nilai-nilai kearifan lokal itu sudah mulai dilupakan. Jadi kami sepakat bagaimana caranya yang sudah diwariskan bagi generasi saat ini bisa berlanjut ke generasi seterusnya. Dengan tema sinergi kuat diingatkan bahwa kita beragam, punya banyak potensi tapi kalau tidak bersinergi, tidak ada kerja sama, gotong royong itu, akan sia-sia. Jadi perlu bersinergi kerja sama gotong royong, karena yang besar akan menjadi ringan kalau kita tanggung bersama-sama.,” ujarnya saat ditemui Context, Sabtu (8/5/2024).

Dia melanjutkan, di tempat lain, mungkin masih bicara tentang toleransi, berangkat dari keadaan di mana orang mengedepankan perbedaan sehingga harus toleran. Tapi, katanya, di Kampung Sawah justru warga setempat menghayati kesamaan.



“Kita sama-sama orang Kampung Sawah mau asli mau pendatang, sudah sampai di sini harus jadi orang Kampung Sawah. Minum air, hirup udara dan tinggal di tanah Kampung Sawah harus hidup bersaudara rukun. Itu sudah jadi ciri khas Kampung Sawah. Jadi itulah latar belakangnya tema yang kami pilih ini,” ucapnya.

Menurutnya, momentum peringatan 150 tahun GKP Kampung Sawah, juga memberikan pesan bahwa Indonesia, termasuk di Kampung Sawah, dianugerahi dengan berbagai kebeeragaman yang tidak semua negara memiliki hal itu.

“Kita dan bersyukur di Kampung Sawah keragaman itu juga hadir. Sudah berabad-abad lamanya bahkan sebelum adanya NKRI dan Pancasila dicetuskan sebagai ideologi negara,” tuturnya.

Generasi pendahulu, tuturnya, sudah mempraktikkan kerukunan dalam seluruh aspek kehidupan. Tugas generasi saat ini, tuturnya, adalah memiliki kepedulian yang sama, empati, untuk melihat sesamanya yang berbeda itu sebagai saudara, bukan sebagai lawan atau musuh.

Persaudaraan itu harus ada keterbukaan, dan keberanian untuk saling mengenal dan memahami. Hanya dengan hal itu, dia yakin potensi konflik horizontal yang ada bisa diredam bahkan bisa dihilangkan sepenuhnya agar Indonesia khususnya Kampung Sawah menjadi tempat yang rukun, kampung yang selalu bertolong dan berbagi.

“Kekuatan yang bisa kita galang untuk menolak paham tertentu yang mudah sekali memecah belah bangsa ini. Dengan gerakan dari bawah kita berharap bahwa semua lapisan elemen masyarakat bisa diingatkan bahwa tidak ada cara lain untuk merawat bangsa kita selain hidup berdampingan, rukun saling menghargai, menghormati dalam persaudaraan,” pungkasnya.

Dalam memeriahkan peringatan itu, jemaat setempat menggelar berbagai kegiatan mulai dari jalan sehat lintas iman, pesta budaya rakyat, ibadat syukur dialog persaudaraan yang menghadirkan Habib Husein bin Ja’far Al Hadar dan malam puji-pujian sepanjaang Juni-Juli 2024.

 



Penulis : Noviarizal Fernandez

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Gelombang Hijau Irlandia Kuasai Budaya Pop dan Mode

Irlandia semakin menancapkan pengaruhnya di dunia hiburan, mode, dan budaya pop global

Noviarizal Fernandez . 21 March 2025

Dengarkan dan Pahami Tubuh Anda, Cara Memulai Lari yang Tepat

Kesalahan umum pemula adalah berlari terlalu cepat, terengah-engah, lalu berpikir mereka tidak mampu r n r n

Noviarizal Fernandez . 21 March 2025

Ramadan 2025, Perbedaan Waktu Sahur dan Berbuka di Seluruh Dunia

Bagaimana setiap kota di dunia, terpisah oleh zona waktu, menjalani ibadah puasa dalam waktu yang berbeda

Noviarizal Fernandez . 19 March 2025

Aplikasi Android Milik Intelijen Korut Ditemukan di Google Play

Aplikasi-aplikasi ini mengumpulkan informasi sensitif pengguna dan mengirimkannya ke kelompok intelijen Korea Utara r n r n

Noviarizal Fernandez . 19 March 2025