Pendakian Gunung Fuji Dibatasi Akibat Kerusakan Lingkungan dan Sampah
Kerumunan warga, gunungan sampah dan cepatnya pergerakan pendaki ke puncak menyebabkan masalah di gunung indah tersebut
Context.id, JAKARTA - Kementerian Lingkungan Hidup Jepang serta Prefektur Yamanashi dan Shizuoka melakukan pembatasan kepada para wisatawan yang ingin mendaki Gunung paling populer di Jepang yaitu Gunung Fuji.
Pasalnya menurut mereka kerumunan warga, sampah sembarangan, dan cepatnya pergerakan pendaki ke puncak menyebabkan masalah keamanan dan konservasi di gunung tipe stratovolcano yang indah itu.
Di jalur menuju Gunung Fuji, tepatnya di Jalur Yoshida terdapat situs Warisan Budaya Dunia UNESCO yang menjadi kotor karena berton-ton sampah mulai dari botol plastik, sisa makanan bahkan pakaian bekas yang ditinggalkan pengunjung.
Melansir beberapa sumber, aturan baru itu akan diterapkan saat musim pendaki 1 Juli hingga 10 September itu akan membuat para pendaki harus memesan slot dan membayar biaya perjalanan terutama bagi mereka yang mendaki di Jalur Yoshida sisi Yamanashi.
“Hanya 4.000 pendaki yang diizinkan memasuki jalur per hari dengan biaya hiking 2.000 yen. Slotnya ada 3.000 untuk pemesanan online dan sisanya dapat dipesan langsung pada hari pendakian” jelas Prefektur Yamanashi, seperti dikutip, Rabu, (29/5).
BACA JUGA
Selain akan dikenakan biaya pendakian, kementerian dan prefektur yang terlibat juga mengajak pengunjung menyumbangkan dana tambahan sebesar 1.000 yen untuk membantu konservasi kawasan Gunung tersebut.
Peraturan baru ini juga mewajibkan para pendaki untuk memilih antara pendakian sehari atau bermalam di beberapa gubuk yang tersedia di sepanjang jalan setapak.
Selain itu, sistem baru ini juga tidak mengizinkan pendakian antara pukul 4 sore dan 3 pagi agar dapat menghentikan ‘pendakian peluru’ atau pendakian tanpa istirahat yang sangat membahayakan nyawa.
Oleh karena itu saat hari pendakian, mereka akan diberi kode QR untuk dipindai di stasiun ke-5 yang berada di tengah-tengah gunung dari berbagai jalur seperti jalur Yoshida, Fujinomiya, Subashiri, dan Gotemba.
Jepang sedang dilanda ‘overtourism’ di beberapa tujuan wisata populer sehingga membuat pemerintah mempertimbangkan berbagai cara untuk menyeimbangkan pariwisata dan dengan pelestarian lingkungan.
Penulis: Candra Soemirat
RELATED ARTICLES
Pendakian Gunung Fuji Dibatasi Akibat Kerusakan Lingkungan dan Sampah
Kerumunan warga, gunungan sampah dan cepatnya pergerakan pendaki ke puncak menyebabkan masalah di gunung indah tersebut
Context.id, JAKARTA - Kementerian Lingkungan Hidup Jepang serta Prefektur Yamanashi dan Shizuoka melakukan pembatasan kepada para wisatawan yang ingin mendaki Gunung paling populer di Jepang yaitu Gunung Fuji.
Pasalnya menurut mereka kerumunan warga, sampah sembarangan, dan cepatnya pergerakan pendaki ke puncak menyebabkan masalah keamanan dan konservasi di gunung tipe stratovolcano yang indah itu.
Di jalur menuju Gunung Fuji, tepatnya di Jalur Yoshida terdapat situs Warisan Budaya Dunia UNESCO yang menjadi kotor karena berton-ton sampah mulai dari botol plastik, sisa makanan bahkan pakaian bekas yang ditinggalkan pengunjung.
Melansir beberapa sumber, aturan baru itu akan diterapkan saat musim pendaki 1 Juli hingga 10 September itu akan membuat para pendaki harus memesan slot dan membayar biaya perjalanan terutama bagi mereka yang mendaki di Jalur Yoshida sisi Yamanashi.
“Hanya 4.000 pendaki yang diizinkan memasuki jalur per hari dengan biaya hiking 2.000 yen. Slotnya ada 3.000 untuk pemesanan online dan sisanya dapat dipesan langsung pada hari pendakian” jelas Prefektur Yamanashi, seperti dikutip, Rabu, (29/5).
BACA JUGA
Selain akan dikenakan biaya pendakian, kementerian dan prefektur yang terlibat juga mengajak pengunjung menyumbangkan dana tambahan sebesar 1.000 yen untuk membantu konservasi kawasan Gunung tersebut.
Peraturan baru ini juga mewajibkan para pendaki untuk memilih antara pendakian sehari atau bermalam di beberapa gubuk yang tersedia di sepanjang jalan setapak.
Selain itu, sistem baru ini juga tidak mengizinkan pendakian antara pukul 4 sore dan 3 pagi agar dapat menghentikan ‘pendakian peluru’ atau pendakian tanpa istirahat yang sangat membahayakan nyawa.
Oleh karena itu saat hari pendakian, mereka akan diberi kode QR untuk dipindai di stasiun ke-5 yang berada di tengah-tengah gunung dari berbagai jalur seperti jalur Yoshida, Fujinomiya, Subashiri, dan Gotemba.
Jepang sedang dilanda ‘overtourism’ di beberapa tujuan wisata populer sehingga membuat pemerintah mempertimbangkan berbagai cara untuk menyeimbangkan pariwisata dan dengan pelestarian lingkungan.
Penulis: Candra Soemirat
POPULAR
RELATED ARTICLES