Share

Stories 29 Mei 2024

Pendakian Gunung Fuji Dibatasi Akibat Kerusakan Lingkungan dan Sampah

Kerumunan warga, gunungan sampah dan cepatnya pergerakan pendaki ke puncak menyebabkan masalah di gunung indah tersebut

Pemandangan Gunung Fuji/Japan Up Close

Context.id, JAKARTA - Kementerian Lingkungan Hidup Jepang serta Prefektur Yamanashi dan Shizuoka melakukan pembatasan kepada para wisatawan yang ingin mendaki Gunung paling populer di Jepang yaitu Gunung Fuji.

Pasalnya menurut mereka kerumunan warga, sampah sembarangan, dan cepatnya pergerakan pendaki ke puncak menyebabkan masalah keamanan dan konservasi di gunung tipe stratovolcano yang indah itu.

Di jalur menuju Gunung Fuji, tepatnya di Jalur Yoshida terdapat situs Warisan Budaya Dunia UNESCO yang menjadi kotor karena berton-ton sampah mulai dari botol plastik, sisa makanan bahkan pakaian bekas yang ditinggalkan pengunjung. 

Melansir beberapa sumber, aturan baru itu akan diterapkan saat musim pendaki 1 Juli hingga 10 September itu akan membuat para pendaki harus memesan slot dan membayar biaya perjalanan terutama bagi mereka yang mendaki di Jalur Yoshida sisi Yamanashi.

“Hanya 4.000 pendaki yang diizinkan memasuki jalur per hari dengan biaya hiking 2.000 yen. Slotnya ada 3.000 untuk pemesanan online dan sisanya dapat dipesan langsung pada hari pendakian” jelas Prefektur Yamanashi, seperti dikutip, Rabu, (29/5).



Selain akan dikenakan biaya pendakian, kementerian dan prefektur yang terlibat juga mengajak pengunjung menyumbangkan dana tambahan sebesar 1.000 yen untuk membantu konservasi kawasan Gunung tersebut.

Peraturan baru ini juga mewajibkan para pendaki untuk memilih antara pendakian sehari atau bermalam di beberapa gubuk yang tersedia di sepanjang jalan setapak. 

Selain itu, sistem baru ini juga tidak mengizinkan pendakian antara pukul 4 sore dan 3 pagi agar dapat menghentikan ‘pendakian peluru’ atau pendakian tanpa istirahat yang sangat membahayakan nyawa.

Oleh karena itu saat hari pendakian, mereka akan diberi kode QR untuk dipindai di stasiun ke-5 yang berada di tengah-tengah gunung dari berbagai jalur seperti jalur Yoshida, Fujinomiya, Subashiri, dan Gotemba.

Jepang sedang dilanda ‘overtourism’ di beberapa tujuan wisata populer sehingga membuat pemerintah mempertimbangkan berbagai cara untuk menyeimbangkan pariwisata dan dengan pelestarian lingkungan.

Penulis: Candra Soemirat



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 29 Mei 2024

Pendakian Gunung Fuji Dibatasi Akibat Kerusakan Lingkungan dan Sampah

Kerumunan warga, gunungan sampah dan cepatnya pergerakan pendaki ke puncak menyebabkan masalah di gunung indah tersebut

Pemandangan Gunung Fuji/Japan Up Close

Context.id, JAKARTA - Kementerian Lingkungan Hidup Jepang serta Prefektur Yamanashi dan Shizuoka melakukan pembatasan kepada para wisatawan yang ingin mendaki Gunung paling populer di Jepang yaitu Gunung Fuji.

Pasalnya menurut mereka kerumunan warga, sampah sembarangan, dan cepatnya pergerakan pendaki ke puncak menyebabkan masalah keamanan dan konservasi di gunung tipe stratovolcano yang indah itu.

Di jalur menuju Gunung Fuji, tepatnya di Jalur Yoshida terdapat situs Warisan Budaya Dunia UNESCO yang menjadi kotor karena berton-ton sampah mulai dari botol plastik, sisa makanan bahkan pakaian bekas yang ditinggalkan pengunjung. 

Melansir beberapa sumber, aturan baru itu akan diterapkan saat musim pendaki 1 Juli hingga 10 September itu akan membuat para pendaki harus memesan slot dan membayar biaya perjalanan terutama bagi mereka yang mendaki di Jalur Yoshida sisi Yamanashi.

“Hanya 4.000 pendaki yang diizinkan memasuki jalur per hari dengan biaya hiking 2.000 yen. Slotnya ada 3.000 untuk pemesanan online dan sisanya dapat dipesan langsung pada hari pendakian” jelas Prefektur Yamanashi, seperti dikutip, Rabu, (29/5).



Selain akan dikenakan biaya pendakian, kementerian dan prefektur yang terlibat juga mengajak pengunjung menyumbangkan dana tambahan sebesar 1.000 yen untuk membantu konservasi kawasan Gunung tersebut.

Peraturan baru ini juga mewajibkan para pendaki untuk memilih antara pendakian sehari atau bermalam di beberapa gubuk yang tersedia di sepanjang jalan setapak. 

Selain itu, sistem baru ini juga tidak mengizinkan pendakian antara pukul 4 sore dan 3 pagi agar dapat menghentikan ‘pendakian peluru’ atau pendakian tanpa istirahat yang sangat membahayakan nyawa.

Oleh karena itu saat hari pendakian, mereka akan diberi kode QR untuk dipindai di stasiun ke-5 yang berada di tengah-tengah gunung dari berbagai jalur seperti jalur Yoshida, Fujinomiya, Subashiri, dan Gotemba.

Jepang sedang dilanda ‘overtourism’ di beberapa tujuan wisata populer sehingga membuat pemerintah mempertimbangkan berbagai cara untuk menyeimbangkan pariwisata dan dengan pelestarian lingkungan.

Penulis: Candra Soemirat



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Apakah Curhat Membantu atau Justru Memperburuk Amarah?

Penelitian menunjukkan mengeluh atau curhat malah tidak baik bagi kesehatan mental

Context.id . 08 November 2024

Donald Trump Menang, Harga Bitcoin Melambung

Kemenangan Donald Trump di Pilpres AS 2024 disambut positif oleh pasar kripto, dengan harga Bitcoin yang melambung hingga US 75 ribu atau sekitar ...

Context.id . 08 November 2024

Jaga Kesehatan Sopir, Jepang Siapkan Jalan Otomatis untuk Logistik

Jepang merancang jalur transportasi otomatis antara Tokyo dan Osaka untuk mengantisipasi krisis pengemudi truk serta lonjakan kebutuhan logistik.

Context.id . 07 November 2024

Kolaborasi Manusia dan Kecerdasan Buatan Mengubah Metode Perawatan Kanker

Teknologi AI merevolusi deteksi, diagnosis, dan perawatan kanker dengan meningkatkan akurasi dan kecepatan, namun perlu kehati-hatian dan keputusa ...

Context.id . 06 November 2024