Share

Stories 29 Mei 2024

Jepang, Korea Selatan dan China Bersatu di Semenanjung Korea, Ada Apa?

Komitmen tiga negara Asia Timur terjadi setelah Pyongyang berencana meluncurkan roket luar angkasa satelit mata-mata militer

Sebuah roket yang membawa satelit mata-mata Malligyong-1 milik Korut diluncurkan/ Reuters

Context.id, JAKARTA - Tiga negara di kawasan Asia Timur yang selama ini bersaing belum lama ini mengadakan kesepakatan kerja sama di Semenanjung Korea.  

KTT Trilateral antara Korea Selatan yang dipimpin Yoon Suk Yeol, Jepang PM Fumio Kishida dan PM China Li Qiang pada Senin (28/4) di Seoul berkomitmen untuk menghadirkan perdamaian dan stabilitas di kawasan tersebut. 

Melansir Yonhap, komitmen tiga negara Asia Timur itu terjadi setelah Pyongyang memberitahu Tokyo akan rencananya untuk meluncurkan roket luar angkasa yang berisikan satelit mata-mata militer sebelum 4 Juni.

“Kami menegaskan kembali bahwa menjaga perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran di Semenanjung Korea dan di Asia Timur Laut melayani kepentingan bersama kami dan merupakan tanggung jawab bersama kami,” kata deklarasi bersama mereka, seperti dikutip dari Yonhap, Selasa, (28/5).

Bahkan ketiganya sepakat tentang untuk terus melakukan upaya yang positif bagi perdamaian dan stabilitas regional.



Tak hanya itu, Tokyo dan Seoul juga bersuara mengenai pentingnya upaya denuklirisasi kawasan Semenanjung Korea dan mengecam rencana peluncuran satelit yang akan dilakukan oleh Korea Utara pada 4 Juni.

Pasalnya menurut kedua pemimpin itu, rencana aktivitas Korea Utara tersebut merupakan sebuah pelanggaran terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB yang melarang penggunaan rudal balistik.

“Jika itu berlanjut, itu akan menjadi pelanggaran terhadap PBB. Resolusi Dewan Keamanan. Kami sangat mendesak Korea Utara untuk menghentikan aktivitas ini,” kata Kishida.

Kendati demikian, utusan China PM Li Qiang tidak membahas denuklirisasi secara langsung dan masalah Korea Utara secara vokal, hal ini tentunya kontras dengan pernyataan Beijing pada 2019 silam dan hanya mendesak pihak-pihak untuk menahan diri.

“China secara konsisten bekerja untuk mempromosikan perdamaian dan stabilitas serta mendorong resolusi politik untuk masalah Semenanjung Korea. Pihak yang relevan harus menahan diri dan mencegah situasi memburuk dan menjadi lebih rumit,” jelas Li. 

Tak hanya itu, pejabat nomor 2 di China itu juga menyerukan upaya antara Tokyo, Beijing dan Seoul untuk saling percaya dan menghormati negara lain.

“Korea, Jepang, dan Cina harus menangani masalah dan konflik sensitif dengan benar, mempertimbangkan kepentingan inti satu sama lain dan kekhawatiran signifikan, dan mempraktikkan multilateralisme untuk menjaga stabilitas di wilayah Asia Timur,” ucap Li.

Selain itu, pertemuan KTT Trilateral itu juga membahas kerja sama di enam bidang seperti ekonomi dan perdagangan, pembangunan berkelanjutan, kesehatan, sains dan teknologi, manajemen bencana, dan migrasi.

Para pemimpin Asia Timur itu juga sepakat untuk membangun kerjasama trilateral yang intim dengan rutin mengadakan pertemuan trilateral dan pertemuan tingkat menteri. 

Penulis: Candra Soemirat



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 29 Mei 2024

Jepang, Korea Selatan dan China Bersatu di Semenanjung Korea, Ada Apa?

Komitmen tiga negara Asia Timur terjadi setelah Pyongyang berencana meluncurkan roket luar angkasa satelit mata-mata militer

Sebuah roket yang membawa satelit mata-mata Malligyong-1 milik Korut diluncurkan/ Reuters

Context.id, JAKARTA - Tiga negara di kawasan Asia Timur yang selama ini bersaing belum lama ini mengadakan kesepakatan kerja sama di Semenanjung Korea.  

KTT Trilateral antara Korea Selatan yang dipimpin Yoon Suk Yeol, Jepang PM Fumio Kishida dan PM China Li Qiang pada Senin (28/4) di Seoul berkomitmen untuk menghadirkan perdamaian dan stabilitas di kawasan tersebut. 

Melansir Yonhap, komitmen tiga negara Asia Timur itu terjadi setelah Pyongyang memberitahu Tokyo akan rencananya untuk meluncurkan roket luar angkasa yang berisikan satelit mata-mata militer sebelum 4 Juni.

“Kami menegaskan kembali bahwa menjaga perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran di Semenanjung Korea dan di Asia Timur Laut melayani kepentingan bersama kami dan merupakan tanggung jawab bersama kami,” kata deklarasi bersama mereka, seperti dikutip dari Yonhap, Selasa, (28/5).

Bahkan ketiganya sepakat tentang untuk terus melakukan upaya yang positif bagi perdamaian dan stabilitas regional.



Tak hanya itu, Tokyo dan Seoul juga bersuara mengenai pentingnya upaya denuklirisasi kawasan Semenanjung Korea dan mengecam rencana peluncuran satelit yang akan dilakukan oleh Korea Utara pada 4 Juni.

Pasalnya menurut kedua pemimpin itu, rencana aktivitas Korea Utara tersebut merupakan sebuah pelanggaran terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB yang melarang penggunaan rudal balistik.

“Jika itu berlanjut, itu akan menjadi pelanggaran terhadap PBB. Resolusi Dewan Keamanan. Kami sangat mendesak Korea Utara untuk menghentikan aktivitas ini,” kata Kishida.

Kendati demikian, utusan China PM Li Qiang tidak membahas denuklirisasi secara langsung dan masalah Korea Utara secara vokal, hal ini tentunya kontras dengan pernyataan Beijing pada 2019 silam dan hanya mendesak pihak-pihak untuk menahan diri.

“China secara konsisten bekerja untuk mempromosikan perdamaian dan stabilitas serta mendorong resolusi politik untuk masalah Semenanjung Korea. Pihak yang relevan harus menahan diri dan mencegah situasi memburuk dan menjadi lebih rumit,” jelas Li. 

Tak hanya itu, pejabat nomor 2 di China itu juga menyerukan upaya antara Tokyo, Beijing dan Seoul untuk saling percaya dan menghormati negara lain.

“Korea, Jepang, dan Cina harus menangani masalah dan konflik sensitif dengan benar, mempertimbangkan kepentingan inti satu sama lain dan kekhawatiran signifikan, dan mempraktikkan multilateralisme untuk menjaga stabilitas di wilayah Asia Timur,” ucap Li.

Selain itu, pertemuan KTT Trilateral itu juga membahas kerja sama di enam bidang seperti ekonomi dan perdagangan, pembangunan berkelanjutan, kesehatan, sains dan teknologi, manajemen bencana, dan migrasi.

Para pemimpin Asia Timur itu juga sepakat untuk membangun kerjasama trilateral yang intim dengan rutin mengadakan pertemuan trilateral dan pertemuan tingkat menteri. 

Penulis: Candra Soemirat



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Apakah Curhat Membantu atau Justru Memperburuk Amarah?

Penelitian menunjukkan mengeluh atau curhat malah tidak baik bagi kesehatan mental

Context.id . 08 November 2024

Donald Trump Menang, Harga Bitcoin Melambung

Kemenangan Donald Trump di Pilpres AS 2024 disambut positif oleh pasar kripto, dengan harga Bitcoin yang melambung hingga US 75 ribu atau sekitar ...

Context.id . 08 November 2024

Jaga Kesehatan Sopir, Jepang Siapkan Jalan Otomatis untuk Logistik

Jepang merancang jalur transportasi otomatis antara Tokyo dan Osaka untuk mengantisipasi krisis pengemudi truk serta lonjakan kebutuhan logistik.

Context.id . 07 November 2024

Kolaborasi Manusia dan Kecerdasan Buatan Mengubah Metode Perawatan Kanker

Teknologi AI merevolusi deteksi, diagnosis, dan perawatan kanker dengan meningkatkan akurasi dan kecepatan, namun perlu kehati-hatian dan keputusa ...

Context.id . 06 November 2024