Share

Stories 15 Mei 2024

Direktur Pelaksana IMF: AI Jadi Ancaman Pasar Tenaga Kerja

AI akan berdampak pada 60% pekerjaan di negara maju dan 40% pekerjaan di seluruh dunia dalam jangka waktu dekat

Ilustrasi robot gantikan manusia/LinkedIn

Context.id, JAKARTA - Pesatnya perkembangan kecerdasan buatan (AI) saat ini bukan hanya mencemaskan para ahli di semua bidang, tapi juga para pekerja. Ada kekhawatiran mendalam di kaum pekerja mereka akan tergantikan oleh AI. 

Saat ini, sudah menjadi tumpuan beberapa perusahaan teknologi dunia dan juga mulai dilirik sebagai masa depan teknologi militer. Tak dapat dinafikan, ada kemungkinan pengaruh AI akan lebih permanen di masa mendatang. 

Melansir Fortune, Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva mengatakan AI ini akan menghantam pasar tenaga kerja layaknya tsunami.

Prediksinya, transformasi apik dari AI akan berdampak pada 60% pekerjaan di negara maju dan 40% pekerjaan di seluruh dunia dalam jangka waktu dua tahun ke depan.

Meskipun dalam laporan awal tahunnya Georgieva sangat optimistis era teknologi AI dapat membawa kemakmuran bagi semua orang, namun saat ini dia menyangsikannya. 



“Itu bisa membawa peningkatan produktivitas yang luar biasa jika kita mengelolanya dengan baik, tetapi juga dapat menyebabkan banyak informasi yang salah dan, tentu saja, lebih banyak ketidaksetaraan dalam masyarakat,” jelas Georgieva, seperti dikutip, Rabu, (15/5).

Tak hanya itu, wanita kelahiran 1953 itu juga mengatakan dunia seperti memiliki waktu yang sangat sedikit untuk membuat semua orang dan juga bisnis untuk siap menghadapi AI.

Georgieva menilai bidang pekerjaan yang terpengaruh AI dapat menurunkan permintaan tenaga kerja secara signifikan, mempengaruhi upah tenaga kerja dan dapat menghilangkan lapangan kerja bagi manusia.

Terpisah, penelitian yang dilakukan Goldman Sachs pada April 2023 juga menyatakan hal yang sama. Laporan itu menunjukkan sebanyak 300 juta pekerjaan di Amerika Serikat dan Eropa akan digantikan dengan sistem otomatisasi dan komputerisasi.

Bahkan laporan Goldman Sach itu juga mengungkapkan pekerjaan kerah putih akan lebih terdampak dari era AI ini dibandingkan dengan pekerja kerah biru yang lebih banyak berada di lapangan dan membutuhkan kekuataan fisik.

“Kemampuan AI untuk mereplikasi tugas-tugas biasa dan rutin membuatnya sangat cocok untuk melakukan jenis tugas administratif yang terdiri dari pekerjaan kantor tertentu,” tulis penelitian tersebut.

Penulis: Candra Sumirat



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 15 Mei 2024

Direktur Pelaksana IMF: AI Jadi Ancaman Pasar Tenaga Kerja

AI akan berdampak pada 60% pekerjaan di negara maju dan 40% pekerjaan di seluruh dunia dalam jangka waktu dekat

Ilustrasi robot gantikan manusia/LinkedIn

Context.id, JAKARTA - Pesatnya perkembangan kecerdasan buatan (AI) saat ini bukan hanya mencemaskan para ahli di semua bidang, tapi juga para pekerja. Ada kekhawatiran mendalam di kaum pekerja mereka akan tergantikan oleh AI. 

Saat ini, sudah menjadi tumpuan beberapa perusahaan teknologi dunia dan juga mulai dilirik sebagai masa depan teknologi militer. Tak dapat dinafikan, ada kemungkinan pengaruh AI akan lebih permanen di masa mendatang. 

Melansir Fortune, Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva mengatakan AI ini akan menghantam pasar tenaga kerja layaknya tsunami.

Prediksinya, transformasi apik dari AI akan berdampak pada 60% pekerjaan di negara maju dan 40% pekerjaan di seluruh dunia dalam jangka waktu dua tahun ke depan.

Meskipun dalam laporan awal tahunnya Georgieva sangat optimistis era teknologi AI dapat membawa kemakmuran bagi semua orang, namun saat ini dia menyangsikannya. 



“Itu bisa membawa peningkatan produktivitas yang luar biasa jika kita mengelolanya dengan baik, tetapi juga dapat menyebabkan banyak informasi yang salah dan, tentu saja, lebih banyak ketidaksetaraan dalam masyarakat,” jelas Georgieva, seperti dikutip, Rabu, (15/5).

Tak hanya itu, wanita kelahiran 1953 itu juga mengatakan dunia seperti memiliki waktu yang sangat sedikit untuk membuat semua orang dan juga bisnis untuk siap menghadapi AI.

Georgieva menilai bidang pekerjaan yang terpengaruh AI dapat menurunkan permintaan tenaga kerja secara signifikan, mempengaruhi upah tenaga kerja dan dapat menghilangkan lapangan kerja bagi manusia.

Terpisah, penelitian yang dilakukan Goldman Sachs pada April 2023 juga menyatakan hal yang sama. Laporan itu menunjukkan sebanyak 300 juta pekerjaan di Amerika Serikat dan Eropa akan digantikan dengan sistem otomatisasi dan komputerisasi.

Bahkan laporan Goldman Sach itu juga mengungkapkan pekerjaan kerah putih akan lebih terdampak dari era AI ini dibandingkan dengan pekerja kerah biru yang lebih banyak berada di lapangan dan membutuhkan kekuataan fisik.

“Kemampuan AI untuk mereplikasi tugas-tugas biasa dan rutin membuatnya sangat cocok untuk melakukan jenis tugas administratif yang terdiri dari pekerjaan kantor tertentu,” tulis penelitian tersebut.

Penulis: Candra Sumirat



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Apakah Minyak dari Biji-bijian Tidak Sehat Bagi Tubuh?

Selama beberapa tahun terakhir, ketakutan mengenai minyak dari biji-bijian yang tidak baik bagi tubuh dan bersifat inflamasi telah menyebar di int ...

Context.id . 26 November 2024

Ini Alasan yang Membuat Lithuania Diminati Perusahaan Tekfin Dunia

Lithuania menjadi salah satu pusat startup dan tekfin yang tumbuh paling cepat di Eropa, dengan sejumlah calon unicorn atau soonicorn.

Context.id . 26 November 2024

Harapan Wicked dan Gladiator II Alias Glicked Menjadi Barbeheimer Gagal

Dalam industri film, Barbenheimer adalah fenomena yang mungkin sulit untuk terulang kembali. Hal itu terbukti tidak terjadi fenomena Glicked

Context.id . 26 November 2024

Hal yang Paling Ditakutkan Astronaut, Kembali ke Bumi!

Memasuki kembali atmosfer Bumi adalah saat yang menakutkan bagi para astronaut yang bermukim lama di luar angkasa.

Context.id . 26 November 2024