Share

Home Stories

Stories 29 April 2024

Dipaksa Jual Saham, TikTok Pilih Opsi Tutup Aplikasinya di AS

Para senior eksekutif ByteDance memilih aplikasi dimatikan di AS ketimbang menjualnya kepada calon pembeli

TikTok/Istimewa

Context.id, JAKARTA - ByteDance, induk media asal China TikTok dikabarkan lebih memilih menutup aplikasi itu di Amerika Serikat ketimbang harus melakukan divestasi sahamnya. 

Melansir Reuters, alasan ByteDance memilih menutup TikTok di Amerika Serikat karena penggunaan Algoritma TikTok merupakan inti dari operasi ByteDance.

Apabila melakukan divestasi dengan algoritma bagi perseroan itu sangat tidak mungkin.

“TikTok menyumbang sebagian kecil dari total pendapatan ByteDance dan pengguna aktif harian, jadi para senior lebih suka aplikasi dimatikan di AS dalam skenario terburuk daripada menjualnya kepada calon pembeli Amerika” jelas Sumber, seperti dikutip, Senin, (29/4).

Tak hanya itu, sumber lain juga mengungkapkan jika penutupan memang akan berdampak terbatas pada bisnis ByteDance, tetapi perusahaan tidak harus melepaskan algoritma intinya karena lisensi kekayaan intelektual mereka terdaftar di bawah ByteDance di China.



Selain itu, memisahkan algoritma dari aset TikTok AS akan menjadi prosedur yang sangat rumit dan ByteDance tidak mungkin mempertimbangkan opsi itu.

Pasalnya, beberapa sumber mengatakan jika algoritma TikTok yang terafiliasi dengan Douyin, aplikasi video pendek China dianggap lebih baik dari saingan ByteDance seperti Tencent dan Xiaohongshu.

TikTok juga dikenal memiliki algoritma rahasia yang bisa memilih dan merekomendasikan tontonan kepada miliaran pengguna di seluruh dunia. 

Adapun CEO TikTok Shou Zi Chew mengatakan pada hari Rabu (24/4) bahwa mereka mengharapkan untuk memenangkan tantangan hukum yang diberikan oleh pemerintahan Biden untuk memblokir UU tersebut.

“Yakinlah, kami tidak akan kemana-mana. Kami yakin dan akan terus memperjuangkan hak-hak di pengadilan. Fakta dan Konstitusi ada di pihak kami dan kami berharap dapat menang lagi.” jelas Chew, seperti dikutip dari Bisnis, Senin, (29/4).

Tak hanya itu, Juru Bicara Kementerian Perdagangan China pada konferensi pers di Beijing menyatakan jika Beijing dengan tegas akan menentang penjualan paksa TikTok.

“Penjualan atau divestasi TikTok melibatkan ekspor teknologi dan harus melalui prosedur perizinan administratif sesuai dengan hukum dan peraturan China.” jelas Juru Bicara Kemendag China, seperti dikutip, Senin, (29/4).

Seperti diketahui, pemerintah AS memaksa TikTok melakukan divestasi di AS atau melarang aktivitas media sosial itu di Paman Sam.

Bagi pemerintah AS, TikTok membahayakan karena berpotensi mengancam keamanan data pemerintah dan warga AS. 

Penulis: Candra Sumirat



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 29 April 2024

Dipaksa Jual Saham, TikTok Pilih Opsi Tutup Aplikasinya di AS

Para senior eksekutif ByteDance memilih aplikasi dimatikan di AS ketimbang menjualnya kepada calon pembeli

TikTok/Istimewa

Context.id, JAKARTA - ByteDance, induk media asal China TikTok dikabarkan lebih memilih menutup aplikasi itu di Amerika Serikat ketimbang harus melakukan divestasi sahamnya. 

Melansir Reuters, alasan ByteDance memilih menutup TikTok di Amerika Serikat karena penggunaan Algoritma TikTok merupakan inti dari operasi ByteDance.

Apabila melakukan divestasi dengan algoritma bagi perseroan itu sangat tidak mungkin.

“TikTok menyumbang sebagian kecil dari total pendapatan ByteDance dan pengguna aktif harian, jadi para senior lebih suka aplikasi dimatikan di AS dalam skenario terburuk daripada menjualnya kepada calon pembeli Amerika” jelas Sumber, seperti dikutip, Senin, (29/4).

Tak hanya itu, sumber lain juga mengungkapkan jika penutupan memang akan berdampak terbatas pada bisnis ByteDance, tetapi perusahaan tidak harus melepaskan algoritma intinya karena lisensi kekayaan intelektual mereka terdaftar di bawah ByteDance di China.



Selain itu, memisahkan algoritma dari aset TikTok AS akan menjadi prosedur yang sangat rumit dan ByteDance tidak mungkin mempertimbangkan opsi itu.

Pasalnya, beberapa sumber mengatakan jika algoritma TikTok yang terafiliasi dengan Douyin, aplikasi video pendek China dianggap lebih baik dari saingan ByteDance seperti Tencent dan Xiaohongshu.

TikTok juga dikenal memiliki algoritma rahasia yang bisa memilih dan merekomendasikan tontonan kepada miliaran pengguna di seluruh dunia. 

Adapun CEO TikTok Shou Zi Chew mengatakan pada hari Rabu (24/4) bahwa mereka mengharapkan untuk memenangkan tantangan hukum yang diberikan oleh pemerintahan Biden untuk memblokir UU tersebut.

“Yakinlah, kami tidak akan kemana-mana. Kami yakin dan akan terus memperjuangkan hak-hak di pengadilan. Fakta dan Konstitusi ada di pihak kami dan kami berharap dapat menang lagi.” jelas Chew, seperti dikutip dari Bisnis, Senin, (29/4).

Tak hanya itu, Juru Bicara Kementerian Perdagangan China pada konferensi pers di Beijing menyatakan jika Beijing dengan tegas akan menentang penjualan paksa TikTok.

“Penjualan atau divestasi TikTok melibatkan ekspor teknologi dan harus melalui prosedur perizinan administratif sesuai dengan hukum dan peraturan China.” jelas Juru Bicara Kemendag China, seperti dikutip, Senin, (29/4).

Seperti diketahui, pemerintah AS memaksa TikTok melakukan divestasi di AS atau melarang aktivitas media sosial itu di Paman Sam.

Bagi pemerintah AS, TikTok membahayakan karena berpotensi mengancam keamanan data pemerintah dan warga AS. 

Penulis: Candra Sumirat



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Bobby Kertanegara Dapat Hadiah Spesial dari Pendiri Microsoft

Dari boneka paus untuk kucing presiden, hingga keris untuk sang filantropis. Momen yang memperlihatkan diplomasi tak selalu kaku.

Noviarizal Fernandez . 07 May 2025

Siap-siap, Sampah Antariksa Era Soviet Pulang Kampung ke Bumi

Diluncurkan Uni Soviet pada 1972, sayangnya wahana ini gagal menuju Venus karena roket pengangkutnya gagal total

Noviarizal Fernandez . 06 May 2025

Ketika Lampu Padam, Mengapa Blackout Masih Membayangi Indonesia?

Blackout di Indonesia bukanlah kejutan, melainkan semacam ritual yang kembali menghantui setiap dekade

Context.id . 05 May 2025

Indonesia dan Perjudian, Sejarah Lama yang Berulang

Sejarah perjalanan Indonesia tidak pernah lepas dari dunia perjudian. Ada masa-masa bulan madu, namun seringkali judi dipandnag sebagai musuh bersama

Noviarizal Fernandez . 02 May 2025