Studi Terbaru, Manusia Lebih Banyak Menularkan Virus ke Hewan
Studi terbaru menemukan jika 64% kasus penularan virus yang terjadi di dunia, lebih banyak manusia menginfeksi hewan, bukan sebaliknya
Context.id, JAKARTA - Analis Genom Virus dari Universitas College London, Cedric Tan dalam penelitian terbarunya menemukan manusia lebih sering menyebarkan virus kepada hewan.
Melansir New Scientist, studi terbaru menemukan jika 64% kasus penularan virus yang terjadi di dunia, manusia lebih banyak menginfeksi hewan, bukan sebaliknya.
“Kita menularkan lebih banyak virus ke hewan daripada yang mereka berikan kepada kita,” kata Cedric Tan peneliti di Universitas College London, seperti dikutip, Kamis (4/4).
Adapun dalam penelitiannya, Tan telah menguji dan menggunakan database global dari rangkaian virus untuk mempelajari bagaimana mereka berpindah antar spesies.
BACA JUGA
Terdapat 12 juta rangkaian dalam database yang tersedia, namun para peneliti mempersempit rangkaian virus tersebut menjadi sekitar 60.000 sekuens dengan alasan banyak data dari virus yang ada tidak lengkap.
Tak hanya itu, para peneliti kemudian juga membuat pohon keluarga untuk mengidentifikasi garis keturunan dari rangkaian virus tersebut, hasilnya terdapat hampir 13.000 garis keturunan virus dan 3.000 silangan antar spesies virus ditemukan.
Kendati demikian, Tan menyatakan jika para peneliti tidak mengharapkan jumlah garis keturunan virus yang cukup banyak ini, namun jika ditinjau kembali, dia menekankan jika hal ini masuk akal.
“Ukuran populasi kita sangat besar dan distribusi global kami pada dasarnya ada di mana-mana.” ucap Cedric Tan.
Tan juga mengatakan jika virus yang menyebar di antara manusia lebih memiliki banyak peluang untuk berpindah ke banyak spesies lain di seluruh dunia, sedangkan jika menyebar di spesies non-manusia akan terbatas pada wilayah dan peluangnya kecil.
Adapun hasil penelitiannya juga menunjukkan jika SARS-CoV-2, MERS-CoV dan Flu telah menyebar dari manusia ke hewan peliharaan, hewan di kebun binatang, hewan ternak dan hewan liar.
Tak hanya itu, tim penelitian juga menyatakan jika 54% penularan dari 64% kasus yang ada di dunia terjadi dari manusia ke spesies non-manusia lainnya.
”Penyebaran virus dari manusia ke spesies lain merupakan ancaman bagi hewan yang terancam punah” jelas Tan, seperti dikutip, Senin, (1/4).
Tan juga menjelaskan jika hewan sudah tertular virus dari manusia, tidak hanya membahayakan hewan tersebut dan berpotensi menimbulkan ancaman terhadap spesies tersebut, tetapi juga dapat menimbulkan masalah baru bagi manusia dan pangan.
Pasalnya ketika virus-virus ini telah berpindah ke manusia, mereka dapat menyebabkan wabah penyakit, epidemi, dan pandemi baru dan tantangan kehidupan lainnya lainnya.
“Ketika hewan tertular virus dari manusia, hal ini tidak hanya membahayakan hewan dan berpotensi menimbulkan ancaman konservasi terhadap spesies tersebut, tetapi juga dapat membahayakan. juga menimbulkan masalah baru bagi manusia karena berdampak pada ketahanan pangan jika sejumlah besar ternak harus dimusnahkan untuk mencegah epidemi, seperti yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir pada strain flu burung H5N1.” jelas Tan, seperti dikutip dari University of Minnesota, Kamis, (4/4).
Penulis: Candra Soemirat
RELATED ARTICLES
Studi Terbaru, Manusia Lebih Banyak Menularkan Virus ke Hewan
Studi terbaru menemukan jika 64% kasus penularan virus yang terjadi di dunia, lebih banyak manusia menginfeksi hewan, bukan sebaliknya
Context.id, JAKARTA - Analis Genom Virus dari Universitas College London, Cedric Tan dalam penelitian terbarunya menemukan manusia lebih sering menyebarkan virus kepada hewan.
Melansir New Scientist, studi terbaru menemukan jika 64% kasus penularan virus yang terjadi di dunia, manusia lebih banyak menginfeksi hewan, bukan sebaliknya.
“Kita menularkan lebih banyak virus ke hewan daripada yang mereka berikan kepada kita,” kata Cedric Tan peneliti di Universitas College London, seperti dikutip, Kamis (4/4).
Adapun dalam penelitiannya, Tan telah menguji dan menggunakan database global dari rangkaian virus untuk mempelajari bagaimana mereka berpindah antar spesies.
BACA JUGA
Terdapat 12 juta rangkaian dalam database yang tersedia, namun para peneliti mempersempit rangkaian virus tersebut menjadi sekitar 60.000 sekuens dengan alasan banyak data dari virus yang ada tidak lengkap.
Tak hanya itu, para peneliti kemudian juga membuat pohon keluarga untuk mengidentifikasi garis keturunan dari rangkaian virus tersebut, hasilnya terdapat hampir 13.000 garis keturunan virus dan 3.000 silangan antar spesies virus ditemukan.
Kendati demikian, Tan menyatakan jika para peneliti tidak mengharapkan jumlah garis keturunan virus yang cukup banyak ini, namun jika ditinjau kembali, dia menekankan jika hal ini masuk akal.
“Ukuran populasi kita sangat besar dan distribusi global kami pada dasarnya ada di mana-mana.” ucap Cedric Tan.
Tan juga mengatakan jika virus yang menyebar di antara manusia lebih memiliki banyak peluang untuk berpindah ke banyak spesies lain di seluruh dunia, sedangkan jika menyebar di spesies non-manusia akan terbatas pada wilayah dan peluangnya kecil.
Adapun hasil penelitiannya juga menunjukkan jika SARS-CoV-2, MERS-CoV dan Flu telah menyebar dari manusia ke hewan peliharaan, hewan di kebun binatang, hewan ternak dan hewan liar.
Tak hanya itu, tim penelitian juga menyatakan jika 54% penularan dari 64% kasus yang ada di dunia terjadi dari manusia ke spesies non-manusia lainnya.
”Penyebaran virus dari manusia ke spesies lain merupakan ancaman bagi hewan yang terancam punah” jelas Tan, seperti dikutip, Senin, (1/4).
Tan juga menjelaskan jika hewan sudah tertular virus dari manusia, tidak hanya membahayakan hewan tersebut dan berpotensi menimbulkan ancaman terhadap spesies tersebut, tetapi juga dapat menimbulkan masalah baru bagi manusia dan pangan.
Pasalnya ketika virus-virus ini telah berpindah ke manusia, mereka dapat menyebabkan wabah penyakit, epidemi, dan pandemi baru dan tantangan kehidupan lainnya lainnya.
“Ketika hewan tertular virus dari manusia, hal ini tidak hanya membahayakan hewan dan berpotensi menimbulkan ancaman konservasi terhadap spesies tersebut, tetapi juga dapat membahayakan. juga menimbulkan masalah baru bagi manusia karena berdampak pada ketahanan pangan jika sejumlah besar ternak harus dimusnahkan untuk mencegah epidemi, seperti yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir pada strain flu burung H5N1.” jelas Tan, seperti dikutip dari University of Minnesota, Kamis, (4/4).
Penulis: Candra Soemirat
POPULAR
RELATED ARTICLES