Share

Stories 15 Maret 2024

Raksasa Dirgantara Boeing Terbelit Masalah

Pabrikan pesawat Boeing mengalami banyak masalah, mulai dari rentetan kecelakaan hingga gagal uji pemeriksaan Badan Keamanan Penerbangan AS

Context.id, JAKARTA - Perusahaan dirgantara asal Amerika Serikat, Boeing memiliki rekaman kelam di industri penerbangan global selama beberapa tahun ini.

Pasalnya audit yang dilakukan selama kurang lebih enam minggu oleh Federal Aviation (FAA) terhadap produk Boeing 737 Max menemukan berbagai permasalahan selama proses produksi dalam perusahaan.

Melansir The New York Times, regulator keselamatan udara Amerika Serikat memulai pemeriksaan setelah sebuah panel pintu terlepas dari sebuah 737 Max 9 dalam penerbangan Alaska Airlines pada awal Januari. 

Pada pekan lalu, badan penerbangan tersebut mengumumkan bahwa mereka menemukan beberapa bukti di mana Boeing dan pemasoknya, Spirit AeroSystems, gagal mematuhi persyaratan kontrol kualitas penerbangan.

Adapun sejak kejadian Alaska Airlines Januari lalu, Boeing berada di bawah pengawasan ketat atas praktik kontrol kualitasnya, dan temuan-temuan FAA menambah bukti tentang penyimpangan manufaktur di perusahaan tersebut.



FAA melakukan 89 audit produk Boeing yang melihat aspek-aspek proses produksi. Produsen pesawat ini lulus 56 audit dan gagal dalam 33 audit, dengan total 97 kasus dugaan ketidakpatuhan.

Tak hanya itu, FAA juga melakukan 13 audit produk untuk bagian penyelidikan yang berfokus pada Spirit AeroSystems, yang membuat bodi 737 Max. 

Hasilnya sebanyak enam dari tiga belas audit tersebut menghasilkan nilai lulus, dan tujuh audit diantaranya menghasilkan nilai tidak lulus.

Kendati demikian, FAA juga menyatakan jika audit Produsen Boeing sangat luas, mencakup banyak bagian dari 737 Max, termasuk sayap dan berbagai sistem lainnya yang harus ditingkatkan.

FAA akhirnya memberikan waktu 90 hari pada akhir Februari lalu kepada perusahaan penerbanagan tersebut untuk mengembangkan rencana peningkatan kontrol kualitas produk transportasi ini. 

“Kami memiliki gambaran yang jelas tentang apa yang perlu dilakukan perusahaan,” ucap Kepala Eksekutif FAA Dave Calhoun, seperti dikutip, Rabu, (13/3).

Menurut FAA audit ini menimbulkan kekhawatiran yang akan membuat masalah kepada perusahaan dan teknisi Spirit yang melakukan pekerjaan tersebut, karena perusahaan gagal untuk menentukan pengetahuan yang diperlukan dalam pengoperasian dan prosesnya.

Melansir Bisnis, adapun beberapa daftar masalah yang menimpa Perusahaan Boeing asal Amerika dalam beberapa waktu terakhir, yaitu:

1. Maskapai Lion kode JT 610 dengan rute Jakarta - Pangkal Pinang jatuh di perairan Karawang jatuh pada 29 Oktober 2018 silam.

Kecelakaan pesawat jenis Boeing 737-8 MAX ini menewaskan setidaknya 189 orang yang terdiri dari 179 penumpang dewasa, 1 penumpang anak, 2 bayi, 2 pilot, 5 kru pesawat. 

Pada insiden ini, Komite Keselamatan Transportasi Nasional (KNKT) menemukan adanya ketidakjelasan informasi teknis yang diberikan kepada pilot terkait sistem dalam pesawat Boeing 737 MAX dan kesalahan dalam melakukan perawatan pesawat.  

2. Maskapai Ethiopian Airlines dengan jenis Boeing 737-8 MAX kembali mengalami kecelakaan pada 10 Maret 2019 silam.  

Maskapai ini jatuh di daerah Bishoftu, Ethiopia dengan rute Addis Ababa, Ethiopia ke Nairobi, Kenya. Musibah ini setidaknya telah menewaskan 157 orang yang terdiri dari 149 penumpang dewasa dan 8 awak penerbangan. 

Adapun CEO Boeing Dennis Muilenburg mengatakan jika dua kecelakaan yang melibatkan 737 MAX diakibatkan adanya kesalahan aktivasi fungsi Maneuvering Characteristics Augmentation System (MCAS) atau sistem anti-stall.

3. Jendela Pesawat milik Maskapai Alaska Airlines Copot yang melibatkan kembali seri Boeing 737 MAX 5 Januari 2024 lalu.

Penerbangan Alaska Airlines 1282 yang membawa 171 penumpang dan 6 kru dari Portland ke Ontario, California dikabarkan mengalami masalah tekanan udara yang diakibatkan lepasnya bagian depan badan pesawat saat sedang mengudara di ketinggian 16.000 kaki.

Penulis: Candra Soemirat



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 15 Maret 2024

Raksasa Dirgantara Boeing Terbelit Masalah

Pabrikan pesawat Boeing mengalami banyak masalah, mulai dari rentetan kecelakaan hingga gagal uji pemeriksaan Badan Keamanan Penerbangan AS

Context.id, JAKARTA - Perusahaan dirgantara asal Amerika Serikat, Boeing memiliki rekaman kelam di industri penerbangan global selama beberapa tahun ini.

Pasalnya audit yang dilakukan selama kurang lebih enam minggu oleh Federal Aviation (FAA) terhadap produk Boeing 737 Max menemukan berbagai permasalahan selama proses produksi dalam perusahaan.

Melansir The New York Times, regulator keselamatan udara Amerika Serikat memulai pemeriksaan setelah sebuah panel pintu terlepas dari sebuah 737 Max 9 dalam penerbangan Alaska Airlines pada awal Januari. 

Pada pekan lalu, badan penerbangan tersebut mengumumkan bahwa mereka menemukan beberapa bukti di mana Boeing dan pemasoknya, Spirit AeroSystems, gagal mematuhi persyaratan kontrol kualitas penerbangan.

Adapun sejak kejadian Alaska Airlines Januari lalu, Boeing berada di bawah pengawasan ketat atas praktik kontrol kualitasnya, dan temuan-temuan FAA menambah bukti tentang penyimpangan manufaktur di perusahaan tersebut.



FAA melakukan 89 audit produk Boeing yang melihat aspek-aspek proses produksi. Produsen pesawat ini lulus 56 audit dan gagal dalam 33 audit, dengan total 97 kasus dugaan ketidakpatuhan.

Tak hanya itu, FAA juga melakukan 13 audit produk untuk bagian penyelidikan yang berfokus pada Spirit AeroSystems, yang membuat bodi 737 Max. 

Hasilnya sebanyak enam dari tiga belas audit tersebut menghasilkan nilai lulus, dan tujuh audit diantaranya menghasilkan nilai tidak lulus.

Kendati demikian, FAA juga menyatakan jika audit Produsen Boeing sangat luas, mencakup banyak bagian dari 737 Max, termasuk sayap dan berbagai sistem lainnya yang harus ditingkatkan.

FAA akhirnya memberikan waktu 90 hari pada akhir Februari lalu kepada perusahaan penerbanagan tersebut untuk mengembangkan rencana peningkatan kontrol kualitas produk transportasi ini. 

“Kami memiliki gambaran yang jelas tentang apa yang perlu dilakukan perusahaan,” ucap Kepala Eksekutif FAA Dave Calhoun, seperti dikutip, Rabu, (13/3).

Menurut FAA audit ini menimbulkan kekhawatiran yang akan membuat masalah kepada perusahaan dan teknisi Spirit yang melakukan pekerjaan tersebut, karena perusahaan gagal untuk menentukan pengetahuan yang diperlukan dalam pengoperasian dan prosesnya.

Melansir Bisnis, adapun beberapa daftar masalah yang menimpa Perusahaan Boeing asal Amerika dalam beberapa waktu terakhir, yaitu:

1. Maskapai Lion kode JT 610 dengan rute Jakarta - Pangkal Pinang jatuh di perairan Karawang jatuh pada 29 Oktober 2018 silam.

Kecelakaan pesawat jenis Boeing 737-8 MAX ini menewaskan setidaknya 189 orang yang terdiri dari 179 penumpang dewasa, 1 penumpang anak, 2 bayi, 2 pilot, 5 kru pesawat. 

Pada insiden ini, Komite Keselamatan Transportasi Nasional (KNKT) menemukan adanya ketidakjelasan informasi teknis yang diberikan kepada pilot terkait sistem dalam pesawat Boeing 737 MAX dan kesalahan dalam melakukan perawatan pesawat.  

2. Maskapai Ethiopian Airlines dengan jenis Boeing 737-8 MAX kembali mengalami kecelakaan pada 10 Maret 2019 silam.  

Maskapai ini jatuh di daerah Bishoftu, Ethiopia dengan rute Addis Ababa, Ethiopia ke Nairobi, Kenya. Musibah ini setidaknya telah menewaskan 157 orang yang terdiri dari 149 penumpang dewasa dan 8 awak penerbangan. 

Adapun CEO Boeing Dennis Muilenburg mengatakan jika dua kecelakaan yang melibatkan 737 MAX diakibatkan adanya kesalahan aktivasi fungsi Maneuvering Characteristics Augmentation System (MCAS) atau sistem anti-stall.

3. Jendela Pesawat milik Maskapai Alaska Airlines Copot yang melibatkan kembali seri Boeing 737 MAX 5 Januari 2024 lalu.

Penerbangan Alaska Airlines 1282 yang membawa 171 penumpang dan 6 kru dari Portland ke Ontario, California dikabarkan mengalami masalah tekanan udara yang diakibatkan lepasnya bagian depan badan pesawat saat sedang mengudara di ketinggian 16.000 kaki.

Penulis: Candra Soemirat



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Inovasi Kesehatan Mental: Mengobati Depresi Melalui Aplikasi Digital

Aplikasi Rejoyn menawarkan solusi inovatif untuk mengobati depresi dengan latihan emosional yang \"mereset \" sirkuit otak

Context.id . 30 October 2024

Lewat Pertukaran Pelajar, Hubungan Indonesia-Kazakhstan Makin Erat

Hubungan Indonesia-Kazakhstan semakin erat melalui acara \"Kazakhstan-Indonesia Friendship Society\" dan program pertukaran pelajar untuk generasi ...

Helen Angelia . 30 October 2024

Jam Kerja Rendah Tapi Produktivitas Tinggi, Berkaca dari Jerman

Data OECD menunjukkan bmeskipun orang Jerman hanya bekerja rata-rata 1.340 jam per tahun, partisipasi perempuan yang tinggi dan regulasi bagus mem ...

Context.id . 29 October 2024

Konsep Adrenal Fatigue Hanyalah Mitos dan Bukan Diagnosis yang Sahih

Konsep adrenal fatigue adalah mitos tanpa dasar ilmiah dan bukan diagnosis medis sah yang hanyalah trik marketing dari pendengung

Context.id . 29 October 2024