Kidult: Saat Orang Dewasa Rela Habiskan Adult Money untuk Mainan
Memiliki adult money berarti saat untuk memenuhi dan membeli semua keinginan saat masa kecil.

Context.id, JAKARTA - Di tengah hiruk pikuk kehidupan orang dewasa yang penuh tekanan dan tanggung jawab, muncul fenomena ‘kidult’. Fenomena ini merupakan situasi ketika para orang dewasa rela mengeluarkan uang hasil jerih payah sendiri atau yang bisa disebut ‘adult money’-nya untuk membeli mainan. Bukan untuk melarikan diri, melainkan untuk menenangkan diri.
Pakar teori budaya Agustina Panzoni menciptakan istilah kidulting untuk menggambarkan pergeseran generasi Z dan milenial yang mulai menjauh dari tujuan besar yang sulit diraih seperti memiliki rumah atau keamanan finansial dan beralih ke kemenangan kecil dan kenyamanan emosional seperti mainan.
Data lain menunjukan bahwa menurut survei konsumen Deloitte tahun 2024, 38% orang dewasa berusia 25–40 tahun membeli mainan secara khusus untuk mengurangi kecemasan atau melepaskan diri dari beban digital yang berlebihan. Kidult merangkul sisi kekanak-kanakan dan membawa sisi nostalgia saat kecil terhadap seorang individu dewasa.
Lewat laporan risetnya, Circana juga mengungkapkan bahwa pada kuartal pertama tahun ini, orang dewasa menghabiskan US$1,8 miliar atau sebesar Rp294 triliun rupiah untuk pembelian mainan bagi diri mereka sendiri, pengeluaran tertinggi di antara semua kelompok usia.
Adapun tiga perusahaan mainan terbesar di dunia yakni, Hasbro, LEGO, dan Mattel yang telah membantu mendorong penjualan kepada orang dewasa dengan bersandar pada kategori kidult.
Tak hanya itu, dilansir dari Storefox.ai, ada POP MART, merek asal Tiongkok yang mengubah blind box (sensasi produk yang tidak diketahui isinya) menjadi potensi emas dan mengembangkannya dengan cepat.
Mengambil inspirasi dari tradisi anime dan IP karakter Jepang yang mendalam, POP MART mengidentifikasi adanya peningkatan selera terhadap barang koleksi yang berfokus pada desain dan memiliki resonansi emosional; dan bergerak cepat untuk memenuhinya dengan kejutan. Contohnya, Labubu yang sejak 2019 sudah berkolaborasi dengan POP MART kemudian popularitasnya tiba-tiba meledak pada tahun 2024.
Bahkan Sylvanian Families dari EPOCH memiliki basis penggemar dewasa. Dulu menjadi bintang di etalase toko mainan, kini terkenal di kalangan orang dewasa. Selain itu, ada Muji dan Miniso yang fungsional tetapi di satu sisi menyenangkan karena produknya yang berbentuk miniatur, alat tulis hingga alat-alat rumah tangga.
Kalau kamu sudah menghabiskan adult money-mu untuk apa?
Penulis: Syifa Khairunnisa Zahrah
POPULAR
RELATED ARTICLES
Kidult: Saat Orang Dewasa Rela Habiskan Adult Money untuk Mainan
Memiliki adult money berarti saat untuk memenuhi dan membeli semua keinginan saat masa kecil.

Context.id, JAKARTA - Di tengah hiruk pikuk kehidupan orang dewasa yang penuh tekanan dan tanggung jawab, muncul fenomena ‘kidult’. Fenomena ini merupakan situasi ketika para orang dewasa rela mengeluarkan uang hasil jerih payah sendiri atau yang bisa disebut ‘adult money’-nya untuk membeli mainan. Bukan untuk melarikan diri, melainkan untuk menenangkan diri.
Pakar teori budaya Agustina Panzoni menciptakan istilah kidulting untuk menggambarkan pergeseran generasi Z dan milenial yang mulai menjauh dari tujuan besar yang sulit diraih seperti memiliki rumah atau keamanan finansial dan beralih ke kemenangan kecil dan kenyamanan emosional seperti mainan.
Data lain menunjukan bahwa menurut survei konsumen Deloitte tahun 2024, 38% orang dewasa berusia 25–40 tahun membeli mainan secara khusus untuk mengurangi kecemasan atau melepaskan diri dari beban digital yang berlebihan. Kidult merangkul sisi kekanak-kanakan dan membawa sisi nostalgia saat kecil terhadap seorang individu dewasa.
Lewat laporan risetnya, Circana juga mengungkapkan bahwa pada kuartal pertama tahun ini, orang dewasa menghabiskan US$1,8 miliar atau sebesar Rp294 triliun rupiah untuk pembelian mainan bagi diri mereka sendiri, pengeluaran tertinggi di antara semua kelompok usia.
Adapun tiga perusahaan mainan terbesar di dunia yakni, Hasbro, LEGO, dan Mattel yang telah membantu mendorong penjualan kepada orang dewasa dengan bersandar pada kategori kidult.
Tak hanya itu, dilansir dari Storefox.ai, ada POP MART, merek asal Tiongkok yang mengubah blind box (sensasi produk yang tidak diketahui isinya) menjadi potensi emas dan mengembangkannya dengan cepat.
Mengambil inspirasi dari tradisi anime dan IP karakter Jepang yang mendalam, POP MART mengidentifikasi adanya peningkatan selera terhadap barang koleksi yang berfokus pada desain dan memiliki resonansi emosional; dan bergerak cepat untuk memenuhinya dengan kejutan. Contohnya, Labubu yang sejak 2019 sudah berkolaborasi dengan POP MART kemudian popularitasnya tiba-tiba meledak pada tahun 2024.
Bahkan Sylvanian Families dari EPOCH memiliki basis penggemar dewasa. Dulu menjadi bintang di etalase toko mainan, kini terkenal di kalangan orang dewasa. Selain itu, ada Muji dan Miniso yang fungsional tetapi di satu sisi menyenangkan karena produknya yang berbentuk miniatur, alat tulis hingga alat-alat rumah tangga.
Kalau kamu sudah menghabiskan adult money-mu untuk apa?
Penulis: Syifa Khairunnisa Zahrah
POPULAR
RELATED ARTICLES