Share

Stories 06 Maret 2024

VoD di Indonesia Meningkat Signfikan

Pendapatan perusahaan VoD di Tanah Air mencapai US366 juta atau Rp5,7 triliun pada 2023, naik 72% secara tahunan.

Context.id, JAKARTA - Pendapatan industri video on demand pada over the top (OTT) di Indonesia mengalami pertumbuhan signifikan dalam 5 tahun terakhir.

Media Partner Asia dalam laporan terbarunya melaporkan pendapatan perusahaan VoD di Tanah Air mencapai US$366 juta atau Rp5,7 triliun pada 2023 atau naik 72% secara tahunan.

“Perubahan signifikan dalam preferensi audiens dari televisi ke video online mengalami pertumbuhan yang cepat,” kata Executive Director dan Co-Founder Media Partners Asia Vivek Couto, sebagaimana dikutip, Rabu (6/3/2024).

Lanjutnya, saat ini, pasar video daring di Indonesia memiliki market size senilai US$1,3 miliar, sedangkan segmen VoD premium mencapai US$500 juta. Masing-masing segmen memiliki pangsa pemirsa 21% dan 17%.

Di Indonesia, terjadi peningkatan jumlah penduduk kelas menengah dari generasi Z mencapai 52% dari total populasi Indonesia pada 2023.

Angka ini, lanjutnya, diprediksi akan terus bertumbuh setidaknya sampai dengan 2028, ditambah lagi dengan akselerasi penetrasi pengguna ponsel pintar yang mendukung fundamental pertumbuhan industri over the top (OTT) di Tanah Air.

Kondisi ini menempatkan Indonesia sebagai pasar video online tersebesar di Asia Tenggara, sehingga pemain pemain lokal mau tidak mau harus berhadapan dengan pemain-pemain global yang jumlahnya tidak sedikit.

Terkait dengan hal itu, CEO Surya Citra Media Sutanto Hartono mengatakan lebih dari separuh populasi Indonesia menggunakan internet untuk menonton dan film secara daring.



“Oleh karena itu, kehadiran platform digital mendisrupsi free to air (FTA) TV,” kata Sutanto.

Sebelumnya, Unit usaha PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK) berhasil mengalahkan platform OTT global terkemuka seperti Netflix dan Disney+Hotstar dalam persaingan merebut konsumen di pasar Indonesia.

Tren positif ini diramal berlanjut pada 2024. Berdasarkan laporan akhir tahun Media Partners Asia (MPA) Asia Pacific Video & Broadband Industry 2024, penyedia layanan streaming video buatan Indonesia itu menembus angka 4 juta orang.

Disusul penyedia layanan streaming video asal Hong Kong, Viu dan Disney+ Hotstar dengan jumlah pelanggan mendekati 4 juta; dan Netflix di urutan ke empat dengan jumlah pelanggan sekitar 2 juta orang.



Penulis : Noviarizal Fernandez

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 06 Maret 2024

VoD di Indonesia Meningkat Signfikan

Pendapatan perusahaan VoD di Tanah Air mencapai US366 juta atau Rp5,7 triliun pada 2023, naik 72% secara tahunan.

Context.id, JAKARTA - Pendapatan industri video on demand pada over the top (OTT) di Indonesia mengalami pertumbuhan signifikan dalam 5 tahun terakhir.

Media Partner Asia dalam laporan terbarunya melaporkan pendapatan perusahaan VoD di Tanah Air mencapai US$366 juta atau Rp5,7 triliun pada 2023 atau naik 72% secara tahunan.

“Perubahan signifikan dalam preferensi audiens dari televisi ke video online mengalami pertumbuhan yang cepat,” kata Executive Director dan Co-Founder Media Partners Asia Vivek Couto, sebagaimana dikutip, Rabu (6/3/2024).

Lanjutnya, saat ini, pasar video daring di Indonesia memiliki market size senilai US$1,3 miliar, sedangkan segmen VoD premium mencapai US$500 juta. Masing-masing segmen memiliki pangsa pemirsa 21% dan 17%.

Di Indonesia, terjadi peningkatan jumlah penduduk kelas menengah dari generasi Z mencapai 52% dari total populasi Indonesia pada 2023.

Angka ini, lanjutnya, diprediksi akan terus bertumbuh setidaknya sampai dengan 2028, ditambah lagi dengan akselerasi penetrasi pengguna ponsel pintar yang mendukung fundamental pertumbuhan industri over the top (OTT) di Tanah Air.

Kondisi ini menempatkan Indonesia sebagai pasar video online tersebesar di Asia Tenggara, sehingga pemain pemain lokal mau tidak mau harus berhadapan dengan pemain-pemain global yang jumlahnya tidak sedikit.

Terkait dengan hal itu, CEO Surya Citra Media Sutanto Hartono mengatakan lebih dari separuh populasi Indonesia menggunakan internet untuk menonton dan film secara daring.



“Oleh karena itu, kehadiran platform digital mendisrupsi free to air (FTA) TV,” kata Sutanto.

Sebelumnya, Unit usaha PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK) berhasil mengalahkan platform OTT global terkemuka seperti Netflix dan Disney+Hotstar dalam persaingan merebut konsumen di pasar Indonesia.

Tren positif ini diramal berlanjut pada 2024. Berdasarkan laporan akhir tahun Media Partners Asia (MPA) Asia Pacific Video & Broadband Industry 2024, penyedia layanan streaming video buatan Indonesia itu menembus angka 4 juta orang.

Disusul penyedia layanan streaming video asal Hong Kong, Viu dan Disney+ Hotstar dengan jumlah pelanggan mendekati 4 juta; dan Netflix di urutan ke empat dengan jumlah pelanggan sekitar 2 juta orang.



Penulis : Noviarizal Fernandez

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Inovasi Kesehatan Mental: Mengobati Depresi Melalui Aplikasi Digital

Aplikasi Rejoyn menawarkan solusi inovatif untuk mengobati depresi dengan latihan emosional yang \"mereset \" sirkuit otak

Context.id . 30 October 2024

Lewat Pertukaran Pelajar, Hubungan Indonesia-Kazakhstan Makin Erat

Hubungan Indonesia-Kazakhstan semakin erat melalui acara \"Kazakhstan-Indonesia Friendship Society\" dan program pertukaran pelajar untuk generasi ...

Helen Angelia . 30 October 2024

Jam Kerja Rendah Tapi Produktivitas Tinggi, Berkaca dari Jerman

Data OECD menunjukkan bmeskipun orang Jerman hanya bekerja rata-rata 1.340 jam per tahun, partisipasi perempuan yang tinggi dan regulasi bagus mem ...

Context.id . 29 October 2024

Konsep Adrenal Fatigue Hanyalah Mitos dan Bukan Diagnosis yang Sahih

Konsep adrenal fatigue adalah mitos tanpa dasar ilmiah dan bukan diagnosis medis sah yang hanyalah trik marketing dari pendengung

Context.id . 29 October 2024