Share

Home Stories

Stories 28 Februari 2024

Gara-gara Matras, AS Selidiki Indonesia

Peluang Indonesia mempertahankan dan meningkatkan kinerja ekspor matras ke AS semakin terbuka.

Context.id, JAKARTA - Gara-gara ekspor matras, Kementerian Perdagangan AS melakukan serangkaian penyelidikan kepada Indonesia.

Saat ini, Kementerian Perdagangan (Kemendag) melalui Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri memfasilitasi verifikasi penyelidikan antisubsidi yang dilakukan oleh Otoritas Amerika Serikat (AS) atau United States Department of Commerce (USDOC) pada 19-21 Februari 2024 di Jakarta.

Direktur Pengamanan Perdagangan Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri Natan Kambuno mengatakan, verifikasi merupakan salah satu tahapan penting dalam proses penyelidikan trade remedies.

Dengan bersikap kooperatif, peluang Indonesia mempertahankan dan meningkatkan kinerja ekspor matras ke AS semakin terbuka.

"Selama proses verifikasi, pihak otoritas meminta penjelasan dan klarifikasi lebih mendalam atas data dan informasi yang telah disampaikan Pemerintah Indonesia dalam kuesioner. Hasil verifikasi dimaksud akan menjadi salah satu faktor penentu untuk hasil akhir penyelidikan antisubsidi ini," ujar Natan dikutip Bisnis, Rabu (28/2/2024).



Sebelumnya, USDOC mulai melakukan penyelidikan antisubsidi pada 17 Agustus 2023. Sejak penyelidikan dimulai, pemerintah selalu bersikap kooperatif, dengan menyampaikan tanggapan atas kuesioner awal serta kuesioner tambahan yang disampaikan pihak otoritas.

Dalam kuesioner tersebut, USDOC meminta penjelasan atas beberapa program kebijakan Pemerintah Indonesia yang dianggap memberikan subsidi terhadap industri matras Indonesia.

Hasil penyelidikan sementara (preliminary determination) tersebut telah diterbitkan pada 26 Desember 2023.

Natan menyampaikan, berdasarkan hasil penyelidikan sementara, pihak otoritas menemukan jumlah subsidi yang diterima eksportir matras Indonesia tercatat kurang dari 1 persen ad valorem atau de minimis.

Dalam ketentuan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) penyelidikan antisubsidi harus dihentikan apabila pihak Otoritas menemukan jumlah subsidi kurang dari 1 persen ad valorem.

"Hasil penyelidikan sejauh ini cukup positif bagi Indonesia. Kami berharap, hasil positif ini dapat terus berlanjut hingga penyelidikan akhir, sehingga matras Indonesia dapat terus diekspor ke Amerika Serikat tanpa penerapan bea masuk tambahan," kata Natan.

Verifikasi penyelidikan ini merupakan rangkaian penyelidikan antisubsidi terhadap ekspor produk matras Indonesia ke AS.

Kegiatan ini diikuti perwakilan kementerian dan lembaga terkait yaitu Kementerian Keuangan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI), Badan Pengelolaan Pendapatan Daerah Kabupaten Bogor, serta para kuasa hukum.

Selama lima tahun terakhir (2019-2023) ekspor matras Indonesia ke Amerika Serikat (AS) dengan nomor pos tarif/HS 940421 dan 940429 mengalami kenaikan dengan tren sebesar 11,17 persen dan mencapai rekor tertinggi dengan nilai 365,52 juta dolar AS pada 2021.

Namun, pada 2023 kinerja tersebut turun menjadi 303,77 juta dolar AS atau turun 8,93 persen dari 2022 yang tercatat sebesar 333,56 juta dolar AS.



Penulis : Noviarizal Fernandez

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 28 Februari 2024

Gara-gara Matras, AS Selidiki Indonesia

Peluang Indonesia mempertahankan dan meningkatkan kinerja ekspor matras ke AS semakin terbuka.

Context.id, JAKARTA - Gara-gara ekspor matras, Kementerian Perdagangan AS melakukan serangkaian penyelidikan kepada Indonesia.

Saat ini, Kementerian Perdagangan (Kemendag) melalui Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri memfasilitasi verifikasi penyelidikan antisubsidi yang dilakukan oleh Otoritas Amerika Serikat (AS) atau United States Department of Commerce (USDOC) pada 19-21 Februari 2024 di Jakarta.

Direktur Pengamanan Perdagangan Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri Natan Kambuno mengatakan, verifikasi merupakan salah satu tahapan penting dalam proses penyelidikan trade remedies.

Dengan bersikap kooperatif, peluang Indonesia mempertahankan dan meningkatkan kinerja ekspor matras ke AS semakin terbuka.

"Selama proses verifikasi, pihak otoritas meminta penjelasan dan klarifikasi lebih mendalam atas data dan informasi yang telah disampaikan Pemerintah Indonesia dalam kuesioner. Hasil verifikasi dimaksud akan menjadi salah satu faktor penentu untuk hasil akhir penyelidikan antisubsidi ini," ujar Natan dikutip Bisnis, Rabu (28/2/2024).



Sebelumnya, USDOC mulai melakukan penyelidikan antisubsidi pada 17 Agustus 2023. Sejak penyelidikan dimulai, pemerintah selalu bersikap kooperatif, dengan menyampaikan tanggapan atas kuesioner awal serta kuesioner tambahan yang disampaikan pihak otoritas.

Dalam kuesioner tersebut, USDOC meminta penjelasan atas beberapa program kebijakan Pemerintah Indonesia yang dianggap memberikan subsidi terhadap industri matras Indonesia.

Hasil penyelidikan sementara (preliminary determination) tersebut telah diterbitkan pada 26 Desember 2023.

Natan menyampaikan, berdasarkan hasil penyelidikan sementara, pihak otoritas menemukan jumlah subsidi yang diterima eksportir matras Indonesia tercatat kurang dari 1 persen ad valorem atau de minimis.

Dalam ketentuan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) penyelidikan antisubsidi harus dihentikan apabila pihak Otoritas menemukan jumlah subsidi kurang dari 1 persen ad valorem.

"Hasil penyelidikan sejauh ini cukup positif bagi Indonesia. Kami berharap, hasil positif ini dapat terus berlanjut hingga penyelidikan akhir, sehingga matras Indonesia dapat terus diekspor ke Amerika Serikat tanpa penerapan bea masuk tambahan," kata Natan.

Verifikasi penyelidikan ini merupakan rangkaian penyelidikan antisubsidi terhadap ekspor produk matras Indonesia ke AS.

Kegiatan ini diikuti perwakilan kementerian dan lembaga terkait yaitu Kementerian Keuangan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI), Badan Pengelolaan Pendapatan Daerah Kabupaten Bogor, serta para kuasa hukum.

Selama lima tahun terakhir (2019-2023) ekspor matras Indonesia ke Amerika Serikat (AS) dengan nomor pos tarif/HS 940421 dan 940429 mengalami kenaikan dengan tren sebesar 11,17 persen dan mencapai rekor tertinggi dengan nilai 365,52 juta dolar AS pada 2021.

Namun, pada 2023 kinerja tersebut turun menjadi 303,77 juta dolar AS atau turun 8,93 persen dari 2022 yang tercatat sebesar 333,56 juta dolar AS.



Penulis : Noviarizal Fernandez

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Hitungan Prabowo Soal Uang Kasus CPO Rp13,2 Triliun, Bisa Buat Apa Saja?

Presiden Prabowo Subianto melakukan perhitungan terkait uang kasus korupsi CPO Rp13,2 triliun yang ia sebut bisa digunakan untuk membangun desa ne ...

Renita Sukma . 20 October 2025

Polemik IKN Sebagai Ibu Kota Politik, Ini Kata Kemendagri dan Pengamat

Terminologi ibu kota politik yang melekat kepada IKN dianggap rancu karena bertentangan dengan UU IKN. r n r n

Renita Sukma . 18 October 2025

Dilema Kebijakan Rokok: Penerimaan Negara Vs Kesehatan Indonesia

Menkeu Purbaya ingin menggairahkan kembali industri rokok dengan mengerem cukai, sementara menteri sebelumnya Sri Mulyani gencar menaikkan cukai d ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 15 October 2025

Di Tengah Ketidakpastian Global, Emas Justru Terus Mengkilap

Meskipun secara historis dianggap sebagai aset lindung nilai paling aman, emas kerap ikut tertekan ketika terjadi aksi jual besar-besaran di pasar ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 13 October 2025