Share

Home Stories

Stories 05 Februari 2024

Gangguan Kesehatan Mental Intai Ibu Penderita Baby Blues

Indonesia sebagai negara dengan kasus baby blues syndrome tertinggi di Asia.

Ilustrasi Penderita Baby Blues - Puspa Larasati

Context.id, JAKARTA - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengungkapkan 57% ibu di Indonesia mengalami gejala baby blues. Angka membuat Indonesia sebagai negara dengan kasus baby blues tertinggi di Asia.

Merujuk Kemenkes, baby blues syndrome merupakan kondisi psikologis yang dialami wanita pasca melahirkan.

Kondisi ini membuat perempuan merasa lebih emosional dan sensitif, seperti mudah sedih, cemas, marah dan menangis yang diakibatkan penurunan hormon wanita secara tiba-tiba seusai melahirkan.

Konflik batin atas kemampuan seseorang yang baru menjadi ibu mengakibatkan rasa cemas berlebih atas penerimaan serta penolakan terhadap peran baru, yang mengakibatkan seorang ibu mengalami baby blues syndrome.

Melansir Bisnis, pengajar Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Atika Permata Sari, mengatakan istilah ini tidak asing dan sangat populer di kalangan ibu milenial bahkan gen-Z.



Hal yang menurut Atika memprihatinkan, dalam beberapa pemberitaan, ibu dengan baby blues tak segan menyakiti diri sendiri maupun anaknya.

Dari sisi psikologi, baby blues disebut dengan postpartum blues. Ini bukan termasuk gangguan mental, tetapi permasalahan psikologis.

“Dalam psikologi, permasalahan dan gangguan adalah hal yang berbeda. Permasalahan, belum menghasilkan diagnosis gangguan tertentu. Namun jika postpartum blues dibiarkan tanpa ada penanganan, maka nantinya akan menjadi postpartum depression atau disebut dengan gangguan psikologis,” tuturnya.

Jika ditinjau dari sisi medis, kata dia, faktor pemicu ibu mengalami baby blues bisa berasal dari beberapa hal seperti perubahan hormon yang drastis setelah melahirkan, riwayat kondisi sebelum melahirkan, dan riwayat permasalahan di keluarga.

“Terlebih bagi ibu yang memiliki riwayat gangguan psikologis seperti depresi akan berisiko lebih besar untuk mengalami baby blues,” tambahnya.

Gejala yang paling kelihatan saat seorang ibu mengalami sindrom ini adalah berkaitan dengan emosi, yakni labil, merasa cemas, mudah marah dan bahkan beberapa menunjukkan gejala depresi ringan.

Selain itu juga ada gejala dalam bentuk perilaku yaitu perubahan pola tidur dan perubahan pola makan. Bisa jadi makan lebih sedikit atau lebih banyak dari biasanya dan tidur lebih sedikit atau lebih banyak dari biasanya.

Mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya, ada kondisi ibu akan mengalami penurunan kesehatan mental dan memiliki kualitas tidur yang buruk.

Selain itu, hal ini juga akan berdampak pada sejauh mana ibu mampu menjalankan peran pengasuhan kepada anaknya.

“Adanya pendampingan baik dari keluarga maupun tenaga profesional adalah hal penting. Mereka dapat memberikan dukungan kepada ibu pascamelahirkan. Hal ini terbukti dapat menurunkan kemungkinan baby blues berkembang menjadi postpartum depression. Selain itu, pendampingan juga meningkatkan kesehatan mental ibu,” tegasnya.

Ada beberapa dukungan yang dapat dilakukan, mulai dari dukungan instrumental seperti bergantian menjaga bayi, dukungan emosional seperti mendengarkan curhat istri, ataupun dukungan material seperti memberikan tambahan uang saku untuk istri.

Baby blues wajar dialami dan biasanya akan hilang dengan sendirinya setelah dua minggu pasca kemunculan pertama gejala. Ini juga dapat membaik tentunya dengan dukungan dari orang-orang di sekitar,” ujarnya.

Uung Victoria Finky, founder Mom Uung mengatakan ibu menyusui dan habis melahirkan membutuhkan support system untuk menghindari dampak buruk kesehatan mentalnya.

Sebagai pemerhati ibu dan anak, Mom Uung memberikan beragam fasilitas konsultasi untuk 1.200 ibu-ibu yang sedang hamil dan menyusui.

Mulai dari konsultasi menyusui online yang bisa 24 jam, konsultasi offline di Breastfeeding Home Mom Uung, hingga konsultasi menyusui home visit yang semua diberikan secara gratis oleh ibu menyusui.

Hingga saat ini jumlah Konsultasi di Mom Uung mencapai angka 1.000.000 di tahun 2023 dan akan terus bertambah.

"Kami juga memberi bekal pengetahuan seputar menyusui, lewat kerjasama dengan 5 dokter ahli laktasi, yang membawahi tim konsultasi, memberikan materi edukasi menyusui dan webinar di setiap bulannya," paparnya seperti dilansir dari Bisnis.



Penulis : Noviarizal Fernandez

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 05 Februari 2024

Gangguan Kesehatan Mental Intai Ibu Penderita Baby Blues

Indonesia sebagai negara dengan kasus baby blues syndrome tertinggi di Asia.

Ilustrasi Penderita Baby Blues - Puspa Larasati

Context.id, JAKARTA - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengungkapkan 57% ibu di Indonesia mengalami gejala baby blues. Angka membuat Indonesia sebagai negara dengan kasus baby blues tertinggi di Asia.

Merujuk Kemenkes, baby blues syndrome merupakan kondisi psikologis yang dialami wanita pasca melahirkan.

Kondisi ini membuat perempuan merasa lebih emosional dan sensitif, seperti mudah sedih, cemas, marah dan menangis yang diakibatkan penurunan hormon wanita secara tiba-tiba seusai melahirkan.

Konflik batin atas kemampuan seseorang yang baru menjadi ibu mengakibatkan rasa cemas berlebih atas penerimaan serta penolakan terhadap peran baru, yang mengakibatkan seorang ibu mengalami baby blues syndrome.

Melansir Bisnis, pengajar Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Atika Permata Sari, mengatakan istilah ini tidak asing dan sangat populer di kalangan ibu milenial bahkan gen-Z.



Hal yang menurut Atika memprihatinkan, dalam beberapa pemberitaan, ibu dengan baby blues tak segan menyakiti diri sendiri maupun anaknya.

Dari sisi psikologi, baby blues disebut dengan postpartum blues. Ini bukan termasuk gangguan mental, tetapi permasalahan psikologis.

“Dalam psikologi, permasalahan dan gangguan adalah hal yang berbeda. Permasalahan, belum menghasilkan diagnosis gangguan tertentu. Namun jika postpartum blues dibiarkan tanpa ada penanganan, maka nantinya akan menjadi postpartum depression atau disebut dengan gangguan psikologis,” tuturnya.

Jika ditinjau dari sisi medis, kata dia, faktor pemicu ibu mengalami baby blues bisa berasal dari beberapa hal seperti perubahan hormon yang drastis setelah melahirkan, riwayat kondisi sebelum melahirkan, dan riwayat permasalahan di keluarga.

“Terlebih bagi ibu yang memiliki riwayat gangguan psikologis seperti depresi akan berisiko lebih besar untuk mengalami baby blues,” tambahnya.

Gejala yang paling kelihatan saat seorang ibu mengalami sindrom ini adalah berkaitan dengan emosi, yakni labil, merasa cemas, mudah marah dan bahkan beberapa menunjukkan gejala depresi ringan.

Selain itu juga ada gejala dalam bentuk perilaku yaitu perubahan pola tidur dan perubahan pola makan. Bisa jadi makan lebih sedikit atau lebih banyak dari biasanya dan tidur lebih sedikit atau lebih banyak dari biasanya.

Mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya, ada kondisi ibu akan mengalami penurunan kesehatan mental dan memiliki kualitas tidur yang buruk.

Selain itu, hal ini juga akan berdampak pada sejauh mana ibu mampu menjalankan peran pengasuhan kepada anaknya.

“Adanya pendampingan baik dari keluarga maupun tenaga profesional adalah hal penting. Mereka dapat memberikan dukungan kepada ibu pascamelahirkan. Hal ini terbukti dapat menurunkan kemungkinan baby blues berkembang menjadi postpartum depression. Selain itu, pendampingan juga meningkatkan kesehatan mental ibu,” tegasnya.

Ada beberapa dukungan yang dapat dilakukan, mulai dari dukungan instrumental seperti bergantian menjaga bayi, dukungan emosional seperti mendengarkan curhat istri, ataupun dukungan material seperti memberikan tambahan uang saku untuk istri.

Baby blues wajar dialami dan biasanya akan hilang dengan sendirinya setelah dua minggu pasca kemunculan pertama gejala. Ini juga dapat membaik tentunya dengan dukungan dari orang-orang di sekitar,” ujarnya.

Uung Victoria Finky, founder Mom Uung mengatakan ibu menyusui dan habis melahirkan membutuhkan support system untuk menghindari dampak buruk kesehatan mentalnya.

Sebagai pemerhati ibu dan anak, Mom Uung memberikan beragam fasilitas konsultasi untuk 1.200 ibu-ibu yang sedang hamil dan menyusui.

Mulai dari konsultasi menyusui online yang bisa 24 jam, konsultasi offline di Breastfeeding Home Mom Uung, hingga konsultasi menyusui home visit yang semua diberikan secara gratis oleh ibu menyusui.

Hingga saat ini jumlah Konsultasi di Mom Uung mencapai angka 1.000.000 di tahun 2023 dan akan terus bertambah.

"Kami juga memberi bekal pengetahuan seputar menyusui, lewat kerjasama dengan 5 dokter ahli laktasi, yang membawahi tim konsultasi, memberikan materi edukasi menyusui dan webinar di setiap bulannya," paparnya seperti dilansir dari Bisnis.



Penulis : Noviarizal Fernandez

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

China Mulai Menyerap Sinar Matahari dengan Skala Raksasa

Pada 2030, kompleks panel surya milik China ini diperkirakan akan merentang sejauh 250 mil atau lebih panjang dari jarak Jakarta ke Semarang

Renita Sukma . 15 July 2025

Muncul Joki dan Pemalsuan, Strava Berubah jadi Ajang Validasi?

Aktivitas olahraga lari makin diminati oleh banyak orang, begitu pun para joki yang melihat ini sebagai sebuah peluang.

Context.id . 15 July 2025

Negosiasi RI-AS Mandek Tapi Vietnam Berhasil, Kok Bisa?

Menilai paket negosiasi yang ditawarkan Vietnam kepada AS secara signifikan mengurangi defisit neraca perdagangan AS

Renita Sukma . 11 July 2025

Ditekan Tarif Trump, Indonesia Bisa Perluas Pasar Tekstil ke Eropa

Di tengah tekanan tarif Trump 32%, Indonesia memiliki peluang untuk memperluas pasar ke Uni Eropa

Renita Sukma . 11 July 2025