Share

Stories 29 Januari 2024

The Economist Ralat Hasil Survei Elektabilitas, Prabowo Tetap Unggul Raih 4

Majalah dan ThinTank asal Inggris The Economist merilis hasil survei elektablitas capres di Pilpres RI 2024

Context.id, JAKARTA - Media asal Inggris, The Economist, memperbaharui hasil survei elektabilitas calon presiden Indonesia dalam Pilpres 2024, hari ini, Jumat (26/1/2024).

Rilis terbaru dalam artikel yang bertajuk “Siapa yang Akan Menjadi Presiden Indonesia Selanjutnya?” merupakan koreksi dari publikasi The Economist pada Rabu (24/1/2024) yang menyebut elektabilitas Prabowo mencapai 50%.

“Hasil ini telah diperbarui untuk mengecualikan jajak pendapat yang kami anggap tidak dapat diandalkan,” demikian keterangan catatan redaksi The Economist.

Perbaikan artikel The Economist itu menunjukkan bahwa capres nomor urut 2 Prabowo Subianto mencatatkan median elektabilitas sebesar 47%, unggul jauh dari capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo dan capres nomor urut 1 Anies Baswedan yang masing-masing meraih 24%.

Pada laporan sebelumnya, elektabilitas Prabowo disebut menyentuh 50%, diikuti Ganjar di peringkat dua dengan perolehan 23%, sementara Anies meraih angka 21%. Angka-angka tersebut diperoleh pada 16 Januari 2024.



The Economist menyebut bahwa mereka memantau perkembangan survei capres RI sejak Januari 2023 hingga pertengahan Januari 2024.

Pada survei sebelumnya yaitu 11 Januari 2024, Prabowo meraih 46%, Anies 25%, sementara Ganjar meraup 23%.

Dalam grafik yang ditampilkan, The Economist menyebut elektabilitas Prabowo mengalami tren peningkatan sejak awal 2023.

Ganjar yang sempat berada di posisi pertama pada awal 2023 justru mengalami tren penurunan, sementara Anies fluktuatif.

Kendati demikian, hasil survei ini mendapatkan beragam sorotan karena tidak memuat penjelasan terkait lembaga survei yang dirujuk, hingga mekanisme serta metode sigi yang digunakan.

The Economist juga memaparkan rekam jejak singkat ketiga capres yang berlaga dalam Pilpres 2024 ini.

Prabowo disebutkan sebagai calon presiden yang akan melanjutkan warisan pembangunan Presiden Ketujuh RI Joko Widodo dan menganut paham “Jokowinomics” atau pembangunan berbasis infrastruktur.

Menteri Perrtahanan itu juga menggandeng Gibran Rakabuming Raka selaku putra Jokowi sebagai cawapres, terlepas dari segala kontroversinya.

Sementara itu, Anies disorot sebagai figur akademisi dan teknokrat yang juga tak terlepas dari kontroversi politik identitas pada palagan Pilgub DKI Jakarta 2017 silam.

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu juga disebut memiliki pengalaman dalam urusan luar negeri dan ingin meningkatkan pengaruh Indonesia di kawasan.

Adapun Ganjar dituliskan sebagai calon yang memiliki pendekatan sebagai tokoh rakyat, berasal dari “dinasti yang tidak berkuasa” sehingga bergantung pada dukungan PDI Perjuangan (PDIP) dan ketuanya, Megawati Sukarnoputri.

Mantan Gubernur Jawa Tengah itu menekankan kebijakan luar negeri yang “bebas dan aktif” dan berjanji untuk meningkatkan keamanan di wilayah maritim negara kepulauan yang luas.



Penulis : Ririn oktaviani

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 29 Januari 2024

The Economist Ralat Hasil Survei Elektabilitas, Prabowo Tetap Unggul Raih 4

Majalah dan ThinTank asal Inggris The Economist merilis hasil survei elektablitas capres di Pilpres RI 2024

Context.id, JAKARTA - Media asal Inggris, The Economist, memperbaharui hasil survei elektabilitas calon presiden Indonesia dalam Pilpres 2024, hari ini, Jumat (26/1/2024).

Rilis terbaru dalam artikel yang bertajuk “Siapa yang Akan Menjadi Presiden Indonesia Selanjutnya?” merupakan koreksi dari publikasi The Economist pada Rabu (24/1/2024) yang menyebut elektabilitas Prabowo mencapai 50%.

“Hasil ini telah diperbarui untuk mengecualikan jajak pendapat yang kami anggap tidak dapat diandalkan,” demikian keterangan catatan redaksi The Economist.

Perbaikan artikel The Economist itu menunjukkan bahwa capres nomor urut 2 Prabowo Subianto mencatatkan median elektabilitas sebesar 47%, unggul jauh dari capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo dan capres nomor urut 1 Anies Baswedan yang masing-masing meraih 24%.

Pada laporan sebelumnya, elektabilitas Prabowo disebut menyentuh 50%, diikuti Ganjar di peringkat dua dengan perolehan 23%, sementara Anies meraih angka 21%. Angka-angka tersebut diperoleh pada 16 Januari 2024.



The Economist menyebut bahwa mereka memantau perkembangan survei capres RI sejak Januari 2023 hingga pertengahan Januari 2024.

Pada survei sebelumnya yaitu 11 Januari 2024, Prabowo meraih 46%, Anies 25%, sementara Ganjar meraup 23%.

Dalam grafik yang ditampilkan, The Economist menyebut elektabilitas Prabowo mengalami tren peningkatan sejak awal 2023.

Ganjar yang sempat berada di posisi pertama pada awal 2023 justru mengalami tren penurunan, sementara Anies fluktuatif.

Kendati demikian, hasil survei ini mendapatkan beragam sorotan karena tidak memuat penjelasan terkait lembaga survei yang dirujuk, hingga mekanisme serta metode sigi yang digunakan.

The Economist juga memaparkan rekam jejak singkat ketiga capres yang berlaga dalam Pilpres 2024 ini.

Prabowo disebutkan sebagai calon presiden yang akan melanjutkan warisan pembangunan Presiden Ketujuh RI Joko Widodo dan menganut paham “Jokowinomics” atau pembangunan berbasis infrastruktur.

Menteri Perrtahanan itu juga menggandeng Gibran Rakabuming Raka selaku putra Jokowi sebagai cawapres, terlepas dari segala kontroversinya.

Sementara itu, Anies disorot sebagai figur akademisi dan teknokrat yang juga tak terlepas dari kontroversi politik identitas pada palagan Pilgub DKI Jakarta 2017 silam.

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu juga disebut memiliki pengalaman dalam urusan luar negeri dan ingin meningkatkan pengaruh Indonesia di kawasan.

Adapun Ganjar dituliskan sebagai calon yang memiliki pendekatan sebagai tokoh rakyat, berasal dari “dinasti yang tidak berkuasa” sehingga bergantung pada dukungan PDI Perjuangan (PDIP) dan ketuanya, Megawati Sukarnoputri.

Mantan Gubernur Jawa Tengah itu menekankan kebijakan luar negeri yang “bebas dan aktif” dan berjanji untuk meningkatkan keamanan di wilayah maritim negara kepulauan yang luas.



Penulis : Ririn oktaviani

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Inovasi Kesehatan Mental: Mengobati Depresi Melalui Aplikasi Digital

Aplikasi Rejoyn menawarkan solusi inovatif untuk mengobati depresi dengan latihan emosional yang \"mereset \" sirkuit otak

Context.id . 30 October 2024

Lewat Pertukaran Pelajar, Hubungan Indonesia-Kazakhstan Makin Erat

Hubungan Indonesia-Kazakhstan semakin erat melalui acara \"Kazakhstan-Indonesia Friendship Society\" dan program pertukaran pelajar untuk generasi ...

Helen Angelia . 30 October 2024

Jam Kerja Rendah Tapi Produktivitas Tinggi, Berkaca dari Jerman

Data OECD menunjukkan bmeskipun orang Jerman hanya bekerja rata-rata 1.340 jam per tahun, partisipasi perempuan yang tinggi dan regulasi bagus mem ...

Context.id . 29 October 2024

Konsep Adrenal Fatigue Hanyalah Mitos dan Bukan Diagnosis yang Sahih

Konsep adrenal fatigue adalah mitos tanpa dasar ilmiah dan bukan diagnosis medis sah yang hanyalah trik marketing dari pendengung

Context.id . 29 October 2024