Share

Stories 04 Januari 2024

Menengok Geliat Sukanto Tanoto di Bisnis Properti Mancanegara

Tidak tanggung-tanggung, nilai transaksi pembelian hotel mewah tersebut diperkirakan tembus 240 juta dolar AS atau sekitar Rp3,72 triliun

Context.id, JAKARTA - Konglomerat Sukanto Tanoto kian melebarkan sayapnya di luar negeri dengan mengakuisisi sebuah hotel mewah di China.

Ya, Pacific Eagle Real Estate milik konglomerat properti Indonesia, Sukanto Tanoto baru saja mencaplok hotel mewah "Wanda Reign on The Bund" di Shanghai dari pengembang Negeri Tirai Bambu yakni Dalian Wanda group.

Tidak tanggung-tanggung, nilai transaksi yang dikucurkan untuk mengakuisisi hotel mewah tersebut diperkirakan tembus US$240 juta atau senilai Rp3,72 triliun dengan asumsi kurs Rp15.513/dolar AS.

 "Sebagai investor jangka panjang, Pacific Eagle Real Estate mengakuisisi Shanghai Wanda Reign di hotel Bund untuk apresiasi modal,” kata juru bicara Pacific Eagle, seperti dikutip dari Forbes Rabu (3/1/2023).

Wanda Reign on the Bund diketahui merupakan sebuah hotel mewah di Shanghai dengan total 193 kamar yang berlokasi di distrik tepi laut Bund.

Bangunan tersebut terkenal dengan dekorasi khas bergaya arsitektur barat yang dibangun pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-20, dan bangunan ini diketahui mulai beroperasi pada Juni 2016.



Sebelum mengakuisisi Hotel Wanda Reign, Pacific Eagle Real Estate sudah terlebih dahulu membeli hotel Mondrian Duxton di Singapura. Kotel berkapasitas 304 kamar itu diakuisisi pada Juli 2023 lalu.

Catatan Context, Pacific Eagle Real Estate  pada 2022 juga sempat membeli Tanglin Shopping Centre di kawasan perbelanjaan Orchard Road Singapura seharga US$645 juta atau senilai Rp10,01 triliun.

Selain itu, Pacific Eagle juga diketahui bekerja sama dengan China Resources Capital membangun Pacific Eagle Center, yang merupakan sebuah gedung perkantoran dengan 21 lantai di Beijing.

Saat ini Pacific Eagle Real Estate juga sedang mengembangkan Prospect Park, sebuah kawasan bisnis yang terdiri dari 19 blok perkantoran di ibu kota Tiongkok, dan pengembangan perumahan di Kota Rizhao di provinsi Shandong tenggara Tiongkok. Di luar Asia, Pacific Eagle memiliki properti komersial di London dan Munich.

Tanoto memang aktif mengepakkan bisnisnya di berbagai lini usaha. Sebagai sosok pengusaha sukses, kekayaannya telah mencapai US$3 miliar atau setara dengan Rp44,6 triliun dan menjadikannya sebagai  orang terkaya ke-18 di Indonesia per 2022. 

Pengusaha ini lahir di Medan pada 1949 dan memulai karir sebagai seorang pengusaha ketika dia harus mengambil alih bisnis suku cadang dan perdagangan keluarganya setelah ayahnya mengalami stroke. 

“Bisnis ini bermula dari Medan dengan nama Toko Motor, sampai akhirnya terjadi suatu kondisi yang tidak kondusif dalam bisnis keluarga,” ujarnya dalam episode Sukanto Tanoto Shares 50-Years of Entrepreneurial Journey dikutip dari Inside RGE. 

Sebagai anak tertua yang saat itu berusia 17 tahun dengan enam adik laki-laki yang harus diurus, Sukanto Tanoto tahu dia memiliki tanggung jawab besar yang harus dipikul. Tanoto mengakhiri pendidikan formal karena sekolahnya ditutup pada 1966. 

Awal berbisnis, pria ini melihat peluang yang menjanjikan di bidang industri kayu. Sukanto pun memutuskan memulai bisnis plywood pada tahun 1970-an di Indonesia. 

Menurutnya, saat itu Indonesia mengalami banyak proyek pembangunan dan ekspansi, sehingga terdapat kebutuhan yang meningkat untuk kayu lapis (plywood) di dalam negeri. 

“Dengan kekayaan alam yang melimpah dan terdapat banyak sumber daya kayu yang belum dimanfaatkan secara optimal. Saya memanfaatkan sumber daya tersebut,” ujarnya.

Dengan modal ketekunan dan kecerdasannya, Sukanto Tanoto secara bertahap mendiversifikasi bisnisnya dan memenangkan kontrak dalam pembangunan pipa gas untuk perusahaan minyak dan gas Indonesia, Pertamina. 

Selama krisis minyak tahun 1972, Sukanto Tanoto berhasil memanfaatkan harga minyak yang melonjak dengan cepat untuk mengembangkan bisnisnya ketika perusahaan-perusahaan minyak memperluas operasinya di wilayah tersebut.

Pada pertengahan tahun 1970-an, ketika sedang melakukan perjalanan ke Malaysia, Sukanto Tanoto terinspirasi dengan berkembangnya industri kelapa sawit di sana dan berpikir Indonesia memiliki keuntungan alamiah yang dapat membuat negara tersebut lebih kompetitif.

Sesudah itu, sejarah mencatat bisnisnya kian berkembang dan merambah ke berbagai sektor, termasuk properti mancanegara.



Penulis : Noviarizal Fernandez

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 04 Januari 2024

Menengok Geliat Sukanto Tanoto di Bisnis Properti Mancanegara

Tidak tanggung-tanggung, nilai transaksi pembelian hotel mewah tersebut diperkirakan tembus 240 juta dolar AS atau sekitar Rp3,72 triliun

Context.id, JAKARTA - Konglomerat Sukanto Tanoto kian melebarkan sayapnya di luar negeri dengan mengakuisisi sebuah hotel mewah di China.

Ya, Pacific Eagle Real Estate milik konglomerat properti Indonesia, Sukanto Tanoto baru saja mencaplok hotel mewah "Wanda Reign on The Bund" di Shanghai dari pengembang Negeri Tirai Bambu yakni Dalian Wanda group.

Tidak tanggung-tanggung, nilai transaksi yang dikucurkan untuk mengakuisisi hotel mewah tersebut diperkirakan tembus US$240 juta atau senilai Rp3,72 triliun dengan asumsi kurs Rp15.513/dolar AS.

 "Sebagai investor jangka panjang, Pacific Eagle Real Estate mengakuisisi Shanghai Wanda Reign di hotel Bund untuk apresiasi modal,” kata juru bicara Pacific Eagle, seperti dikutip dari Forbes Rabu (3/1/2023).

Wanda Reign on the Bund diketahui merupakan sebuah hotel mewah di Shanghai dengan total 193 kamar yang berlokasi di distrik tepi laut Bund.

Bangunan tersebut terkenal dengan dekorasi khas bergaya arsitektur barat yang dibangun pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-20, dan bangunan ini diketahui mulai beroperasi pada Juni 2016.



Sebelum mengakuisisi Hotel Wanda Reign, Pacific Eagle Real Estate sudah terlebih dahulu membeli hotel Mondrian Duxton di Singapura. Kotel berkapasitas 304 kamar itu diakuisisi pada Juli 2023 lalu.

Catatan Context, Pacific Eagle Real Estate  pada 2022 juga sempat membeli Tanglin Shopping Centre di kawasan perbelanjaan Orchard Road Singapura seharga US$645 juta atau senilai Rp10,01 triliun.

Selain itu, Pacific Eagle juga diketahui bekerja sama dengan China Resources Capital membangun Pacific Eagle Center, yang merupakan sebuah gedung perkantoran dengan 21 lantai di Beijing.

Saat ini Pacific Eagle Real Estate juga sedang mengembangkan Prospect Park, sebuah kawasan bisnis yang terdiri dari 19 blok perkantoran di ibu kota Tiongkok, dan pengembangan perumahan di Kota Rizhao di provinsi Shandong tenggara Tiongkok. Di luar Asia, Pacific Eagle memiliki properti komersial di London dan Munich.

Tanoto memang aktif mengepakkan bisnisnya di berbagai lini usaha. Sebagai sosok pengusaha sukses, kekayaannya telah mencapai US$3 miliar atau setara dengan Rp44,6 triliun dan menjadikannya sebagai  orang terkaya ke-18 di Indonesia per 2022. 

Pengusaha ini lahir di Medan pada 1949 dan memulai karir sebagai seorang pengusaha ketika dia harus mengambil alih bisnis suku cadang dan perdagangan keluarganya setelah ayahnya mengalami stroke. 

“Bisnis ini bermula dari Medan dengan nama Toko Motor, sampai akhirnya terjadi suatu kondisi yang tidak kondusif dalam bisnis keluarga,” ujarnya dalam episode Sukanto Tanoto Shares 50-Years of Entrepreneurial Journey dikutip dari Inside RGE. 

Sebagai anak tertua yang saat itu berusia 17 tahun dengan enam adik laki-laki yang harus diurus, Sukanto Tanoto tahu dia memiliki tanggung jawab besar yang harus dipikul. Tanoto mengakhiri pendidikan formal karena sekolahnya ditutup pada 1966. 

Awal berbisnis, pria ini melihat peluang yang menjanjikan di bidang industri kayu. Sukanto pun memutuskan memulai bisnis plywood pada tahun 1970-an di Indonesia. 

Menurutnya, saat itu Indonesia mengalami banyak proyek pembangunan dan ekspansi, sehingga terdapat kebutuhan yang meningkat untuk kayu lapis (plywood) di dalam negeri. 

“Dengan kekayaan alam yang melimpah dan terdapat banyak sumber daya kayu yang belum dimanfaatkan secara optimal. Saya memanfaatkan sumber daya tersebut,” ujarnya.

Dengan modal ketekunan dan kecerdasannya, Sukanto Tanoto secara bertahap mendiversifikasi bisnisnya dan memenangkan kontrak dalam pembangunan pipa gas untuk perusahaan minyak dan gas Indonesia, Pertamina. 

Selama krisis minyak tahun 1972, Sukanto Tanoto berhasil memanfaatkan harga minyak yang melonjak dengan cepat untuk mengembangkan bisnisnya ketika perusahaan-perusahaan minyak memperluas operasinya di wilayah tersebut.

Pada pertengahan tahun 1970-an, ketika sedang melakukan perjalanan ke Malaysia, Sukanto Tanoto terinspirasi dengan berkembangnya industri kelapa sawit di sana dan berpikir Indonesia memiliki keuntungan alamiah yang dapat membuat negara tersebut lebih kompetitif.

Sesudah itu, sejarah mencatat bisnisnya kian berkembang dan merambah ke berbagai sektor, termasuk properti mancanegara.



Penulis : Noviarizal Fernandez

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Apakah Asteroid yang Kaya Logam Mulia Ribuan Triliun Dolar Bisa Ditambang?

Sebuah wahana antariksa sedang dalam perjalanan menuju sebuah asteroid yang mungkin mengandung logam berharga senilai sekitar US 100 ribu kuadrili ...

Context.id . 22 November 2024

Sertifikasi Halal Perkuat Daya Saing Produk Dalam Negeri

Sertifikasi halal menjadi salah satu tameng bagi pengusaha makanan dan minuman dari serbuan produk asing.

Noviarizal Fernandez . 22 November 2024

Paus Fransiskus Bakal Kanonisasi Carlo Acutis, Santo Millenial Pertama

Paus Fransiskus akan mengkanonisasi Carlo Acutis pada 27 April 2025, menjadikannya santo millenial pertama dan simbol kesatuan iman dengan dunia d ...

Context.id . 22 November 2024

Benar-benar Komedi, Pisang Dilakban Bisa Dilelang hingga Rp98,8 Miliar

Karya seni konseptual pisang karya Maurizio Cattelan, \"Comedian,\" saat dilelang di rumah lelang Sotheby’s jatuh ke tangan seorang pengusaha kr ...

Context.id . 22 November 2024