Share

Home Stories

Stories 04 September 2023

Jutaan UMKM di Asean Terjerat Kredit Macet

Jutaan sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di kawasan Asean mengalami kendala mengembalikan pinjaman alias terjerat kredit macet.

Context, JAKARTA - Sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di kawasan Asean mengalami kendala mengembalikan pinjaman dari lembaga keuangan. Tidak main-main, jumlah pelaku usaha se-Asia Tenggara yang terbelit kredit macet mencapai 39 juta unit usaha. 

Hal itu diungkapkan oleh Sekretaris Jenderal Asean, Kao Kim Hourn dalam kegiatan Asean Business And Investment Summit di Jakarta akhir pekan lalu.

“Studi menunjukkan terdapat kesenjangan finansial sebesar US$300 miliar yang dirasakan oleh UMKM pada negara anggota Asean. Tidak hanya itu saja, ada 39 juta UMKM masih terkendala kredit macet,” ucapnya. 

BACA JUGAEkonomi Digital Asean Bakal Capai US$242 Triliun

Selain terkendala kredit macet, UMKM pun dinilai belum berperan signfikan dalam aktivitas ekspor maupun impor. Menurut Kao, berdasarkan hasil riset kegiatan itu masih dikuasai oleh konglomerasi bisnis. 

Jika ada UMKM yang berperan dalam aktivitas itu, jumlahnya masih belum signifikan karena baru 23 persen yang melakukan impor dan cuma 12 persen yang melakukan kegiatan ekspor.

Dia menyoroti peran pemerintah terutama dari sektor keuangan untuk mewujudkan sebuah sistem yang mendukung UMKM, serta kolaborasi antara sektor swasta dan pemerintah dalam mendorong pertumbuhan UMKM.

Sementara itu, Menteri Koordinator Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan, sektor swasta di Asean harus turut menerapkan model bisnis inklusif, bukan sekedar bekerja sama dan berkolaborasi dengan dewan bisnis lainnya. 

Hal ini selain bisa mewujudkan peningkatan signifikan hingga dua kali lipat perekonomian digital di kawasan, juga membantu usaha kecil atau UMKM untuk bisa naik kelas dan memaksimalkan pendapatannya. 

Sektor swasta kata Menko Airlangga, juga harus secara aktif memanfaatkan peluang pertumbuhan baru, salah satunya dengan memaksimalkan hubungan pembangunan ekonomi lokal termasuk dengan UMKM. 

"Sektor publik dan swasta perlu bekerja sama, termasuk dengan mitra dan platform lain, untuk menegakkan arsitektur perdagangan dan ekonomi multilateral yang terbuka, inklusif, tidak diskriminatif, dan berbasis aturan,” kata Menko Perekonomian Airlangga.

Terakhir, lanjut Airlangga sektor swasta Asean perlu memanfaatkan sumber daya, jaringan, teknologi, dan keahlian sektor swasta untuk menemukan solusi terhadap tantangan sosio-ekonomi dan perubahan iklim di kawasan itu.



Penulis : Noviarizal Fernandez

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 04 September 2023

Jutaan UMKM di Asean Terjerat Kredit Macet

Jutaan sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di kawasan Asean mengalami kendala mengembalikan pinjaman alias terjerat kredit macet.

Context, JAKARTA - Sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di kawasan Asean mengalami kendala mengembalikan pinjaman dari lembaga keuangan. Tidak main-main, jumlah pelaku usaha se-Asia Tenggara yang terbelit kredit macet mencapai 39 juta unit usaha. 

Hal itu diungkapkan oleh Sekretaris Jenderal Asean, Kao Kim Hourn dalam kegiatan Asean Business And Investment Summit di Jakarta akhir pekan lalu.

“Studi menunjukkan terdapat kesenjangan finansial sebesar US$300 miliar yang dirasakan oleh UMKM pada negara anggota Asean. Tidak hanya itu saja, ada 39 juta UMKM masih terkendala kredit macet,” ucapnya. 

BACA JUGAEkonomi Digital Asean Bakal Capai US$242 Triliun

Selain terkendala kredit macet, UMKM pun dinilai belum berperan signfikan dalam aktivitas ekspor maupun impor. Menurut Kao, berdasarkan hasil riset kegiatan itu masih dikuasai oleh konglomerasi bisnis. 

Jika ada UMKM yang berperan dalam aktivitas itu, jumlahnya masih belum signifikan karena baru 23 persen yang melakukan impor dan cuma 12 persen yang melakukan kegiatan ekspor.

Dia menyoroti peran pemerintah terutama dari sektor keuangan untuk mewujudkan sebuah sistem yang mendukung UMKM, serta kolaborasi antara sektor swasta dan pemerintah dalam mendorong pertumbuhan UMKM.

Sementara itu, Menteri Koordinator Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan, sektor swasta di Asean harus turut menerapkan model bisnis inklusif, bukan sekedar bekerja sama dan berkolaborasi dengan dewan bisnis lainnya. 

Hal ini selain bisa mewujudkan peningkatan signifikan hingga dua kali lipat perekonomian digital di kawasan, juga membantu usaha kecil atau UMKM untuk bisa naik kelas dan memaksimalkan pendapatannya. 

Sektor swasta kata Menko Airlangga, juga harus secara aktif memanfaatkan peluang pertumbuhan baru, salah satunya dengan memaksimalkan hubungan pembangunan ekonomi lokal termasuk dengan UMKM. 

"Sektor publik dan swasta perlu bekerja sama, termasuk dengan mitra dan platform lain, untuk menegakkan arsitektur perdagangan dan ekonomi multilateral yang terbuka, inklusif, tidak diskriminatif, dan berbasis aturan,” kata Menko Perekonomian Airlangga.

Terakhir, lanjut Airlangga sektor swasta Asean perlu memanfaatkan sumber daya, jaringan, teknologi, dan keahlian sektor swasta untuk menemukan solusi terhadap tantangan sosio-ekonomi dan perubahan iklim di kawasan itu.



Penulis : Noviarizal Fernandez

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Ada Tuntutan Bubarkan DPR, Secara Hukum Indonesia Bisa?

Tuntutan pembubaran DPR menggaung saat aksi demonstrasi 25 Agustus 2025. Pakar Hukum Tata Negara Bivitri Susanti menyebut hal itu secara hukum tid ...

Renita Sukma . 14 September 2025

Fakta Unik, Gelombang Panas Bisa Bikin Kita Cepat Menua

Sebelumnya gelombang panas diketahui dapat meningkatkan risiko kematian dini akibat serangan panas, iskemia dan masalah kesehatan lainnya

Jessica Gabriela Soehandoko . 12 September 2025

PBB Sebut Waktu Pencegahan Eskalasi Kelaparan di Gaza Terbatas

PBB menyoroti fenomena kelaparan di Gaza dan menyebut sempitnya peluang untuk mencegah kelaparan menyebar di kota ini.

Renita Sukma . 08 September 2025

Pengibaran Bendera Inggris di Sepanjang Jalan dan Sentimen Anti Imigran

Berkibarnya bendera bendera St. George s Cross dan bendera Union Jack bertebaran di seluruh wilayah Inggris menimbulkan kekhawatiran atas meluasny ...

Renita Sukma . 27 August 2025