Share

Home Stories

Stories 09 Juni 2023

Laut, Penyelamat Iklim yang Kerap Diabaikan

Pantai dan tanaman laut dapat menyerap karbon dengan kecepatan yang jauh lebih cepat daripada hutan tropis.

Penanaman pohon bakau yang berada di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, pada Minggu (21/5/2023) . - JIBI/Bisnis - Paulus Tandi Bone

Context.id, JAKARTA - Apa yang Anda pikirkan ketika mendengar kata penyerapan karbon? 

Selama ini, kita mungkin mengetahui bahwa satu-satunya hal yang dapat menyerap karbon adalah tanaman. Dengan kemampuannya  berfotosintesis, tanaman merubah karbon yang ada di udara menjadi oksigen pada siang hari. 

Namun, tahukah Anda kalau laut dan pesisir laut ternyata juga bisa membantu penyerapan karbon?

BACA JUGA    Penguatan Regulasi Tembakau Urgen Demi SDM Andal

Bahkan, tanaman di kedua ekosistem tersebut dapat menyerap karbon dengan kecepatan yang jauh lebih cepat daripada hutan tropis di darat dan penyerapannya dapat terus berlanjut selama jutaan tahun. 

Tak heran, dikutip dari United Nation Foundation, ada sekitar 30 persen karbon dioksida yang diserap oleh lautan. Lalu, dari banyaknya karbon tersebut, tak jarang ditemukan pula karbon sudah berusia ribuan tahun. Adapun karbon yang terperangkap di laut disebut sebagai karbon biru. 

Namun, sekalipun pantai dan laut memiliki kontribusi yang luar biasa bagi bumi, tetapi kedua ekosistem ini kerap terabaikan. 

BACA JUGA    Elon Musk Kembali Puncaki Daftar Orang Terkaya di Dunia

Dikutip dari The Blue Carbon Initiative, hutan pohon bakau yang ada di pesisir laut hilang 2 persen per tahunnya. Selain itu, rawa pasang-surut juga hilang 1-2 persen per tahun. 

Lalu, adapula sejenis tanaman yang bernama Lamun yang menutupi sekitar 0,2 persen dasar laut di dunia. Namun, saat ini dunia telah kehilangan sekitar 30 persen dari Lamun yang ada di bawah laut.  

Parahnya, kehancuran ekosistem-ekosistem akan menjadi bumerang bagi bumi. Pasalnya, ekosistem tersebut akan melepaskan karbon yang telah disimpan bertahun-tahun dan akan membuat gas rumah kaca menjadi semakin banyak sehingga perubahan iklim akan semakin tak terkontrol.

Para ahli memperkirakan akan ada 1,02 miliar ton karbon dioksida yang dilepaskan setiap tahunnya dari ekosistem pesisir yang terus mengalami penurunan kualitas. Angka ini pun setara dengan dampak yang dihasilkan dari 19 persen emisi deforestasi hutan tropis di dunia.



Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Oktaviano Donald

Stories 09 Juni 2023

Laut, Penyelamat Iklim yang Kerap Diabaikan

Pantai dan tanaman laut dapat menyerap karbon dengan kecepatan yang jauh lebih cepat daripada hutan tropis.

Penanaman pohon bakau yang berada di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, pada Minggu (21/5/2023) . - JIBI/Bisnis - Paulus Tandi Bone

Context.id, JAKARTA - Apa yang Anda pikirkan ketika mendengar kata penyerapan karbon? 

Selama ini, kita mungkin mengetahui bahwa satu-satunya hal yang dapat menyerap karbon adalah tanaman. Dengan kemampuannya  berfotosintesis, tanaman merubah karbon yang ada di udara menjadi oksigen pada siang hari. 

Namun, tahukah Anda kalau laut dan pesisir laut ternyata juga bisa membantu penyerapan karbon?

BACA JUGA    Penguatan Regulasi Tembakau Urgen Demi SDM Andal

Bahkan, tanaman di kedua ekosistem tersebut dapat menyerap karbon dengan kecepatan yang jauh lebih cepat daripada hutan tropis di darat dan penyerapannya dapat terus berlanjut selama jutaan tahun. 

Tak heran, dikutip dari United Nation Foundation, ada sekitar 30 persen karbon dioksida yang diserap oleh lautan. Lalu, dari banyaknya karbon tersebut, tak jarang ditemukan pula karbon sudah berusia ribuan tahun. Adapun karbon yang terperangkap di laut disebut sebagai karbon biru. 

Namun, sekalipun pantai dan laut memiliki kontribusi yang luar biasa bagi bumi, tetapi kedua ekosistem ini kerap terabaikan. 

BACA JUGA    Elon Musk Kembali Puncaki Daftar Orang Terkaya di Dunia

Dikutip dari The Blue Carbon Initiative, hutan pohon bakau yang ada di pesisir laut hilang 2 persen per tahunnya. Selain itu, rawa pasang-surut juga hilang 1-2 persen per tahun. 

Lalu, adapula sejenis tanaman yang bernama Lamun yang menutupi sekitar 0,2 persen dasar laut di dunia. Namun, saat ini dunia telah kehilangan sekitar 30 persen dari Lamun yang ada di bawah laut.  

Parahnya, kehancuran ekosistem-ekosistem akan menjadi bumerang bagi bumi. Pasalnya, ekosistem tersebut akan melepaskan karbon yang telah disimpan bertahun-tahun dan akan membuat gas rumah kaca menjadi semakin banyak sehingga perubahan iklim akan semakin tak terkontrol.

Para ahli memperkirakan akan ada 1,02 miliar ton karbon dioksida yang dilepaskan setiap tahunnya dari ekosistem pesisir yang terus mengalami penurunan kualitas. Angka ini pun setara dengan dampak yang dihasilkan dari 19 persen emisi deforestasi hutan tropis di dunia.



Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Oktaviano Donald


RELATED ARTICLES

Aplikasi yang Tak Bisa Dilepaskan Para Kreator di 2025

Kira-kira aplikasi apa yang paling penting di ponsel Anda?

Renita Sukma . 05 June 2025

Astronaut, Popok dan Martabat Manusia di Antariksa

Mengapa mengompol di luar angkasa bukanlah aib, tapi keharusan profesional

Renita Sukma . 04 June 2025

Vietnam Blokir Telegram, Antara Keamanan Negara dan Sensor Digital

Pemerintah Vietnam kembali menjadi sorotan setelah memerintahkan pemblokiran Telegram yang sangat populer di negara komunis itu

Renita Sukma . 03 June 2025

Gara-gara Konklaf UMKM Roma Raih Keuntungan Besar

Peziarah dan turis habiskan dana sampai 600 Juta Euro saat berkunjung ke Roma

Noviarizal Fernandez . 03 June 2025