World Bank Perkirakan Ekonomi RI 2023 Hanya Tumbuh 4,9%
Proyeksi World Bank tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 ini sebenarnya meningkat, tetapi lebih rendah dari target pemerintah.
Context.id, JAKARTA - Bank Dunia (World Bank) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya mencapai 4,9 persen pada 2023 atau melambat dibandingkan realisasi 2022 yang mencapai 5,3 persen.
Hal itu terungkap dalam laporan Global Economic Prospect (GEP) edisi Juni 2023. Proyeksi World Bank tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 ini sebenarnya meningkat sebab dalam laporan GEP Januari 2023 diperkirakan hanya tumbuh 4,8 persen.
Namun, proyeksi ini jauh di bawah target yang ditetapkan pemerintah Indonesia yakni sebesar 5,3 persen atau hampir sama dengan capaian 2022, 5,31 persen.
BACA JUGA ST010 Laris Manis, Cek Jadwal Penawaran 4 SBN Ritel Ini
Bank Indonesia (BI) mencatat target pertumbuhan itu akan ditopang oleh peningkatan permintaan domestik, baik konsumsi rumah tangga maupun investasi. Prakiraan itu sejalan dengan naiknya mobilitas masyarakat pascapenghapusan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), membaiknya prospek bisnis, meningkatnya aliran masuk Penanaman Modal Asing (PMA), serta berlanjutnya penyelesaian Proyek Strategis Nasional (PSN).
World Bank juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan stagnan di level 4,9 persen pada 2024, sebelum akhirnya kembali naik menjadi 5,0 persen pada 2025.
Indonesia bersama dengan beberapa negara di kawasan Asia Timur dan Pasifik (EAP) diperkirakan mendapatkan dampak positif yang relatif terbatas dari menggeliatnya perekonomian China. Pasalnya, pemulihan China lebih banyak berdampak pada industri domestik negara tersebut.
BACA JUGA Sherpa, Sang Penyelamat Menuju Puncak Gunung Everest
“Selain itu, limpahan positif ini dalam beberapa kasus kemungkinan besar tidak sebanding dengan hambatan dalam negeri, khususnya peningkatan inflasi dan dampak berkelanjutan dari pengetatan kebijakan moneter dalam negeri,” tulis Bank Dunia dalam laporannya, seperti dilansir Bisnis.com.
Di sisi lain, efek positif dari lonjakan harga komoditas terhadap perekonomian Indonesia pada 2020 diperkirakan mereda pada 2023 sehingga turut mempengaruhi kinerja ekspor dan impor negara seperti Indonesia.
Ekonomi Global pun Mendung
Sinyal akan 'awan gelap' perekonomian global pun disampaikan World Bank. Meski meningkat dari proyeksi sebelumnya yakni 1,7 persen, Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi global hanya mencapai 2,7 persen atau lebih rendah dari realisasi 2022 yang mencapai 3,1 persen.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi global diperkirakan mencapai 2,4 persen pada 2024 atau lebih rendah dari proyeksi sebelumnya, yakni 2,7 persen.
Bank Dunia menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi global telah mengalami pelambatan yang tajam. Di sisi lain, risiko tekanan di sektor keuangan terhadap pasar negara berkembang terus meningkat di tengah kenaikan suku bunga global. Di kelompok negara berkembang selain China, pertumbuhan ekonomi diperkirakan melambat menjadi 2,9 persen pada tahun ini dari 4,1 persen pada tahun lalu.
“Cara paling pasti untuk mengurangi kemiskinan dan memperluas kemakmuran adalah melalui lapangan kerja—dan pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat membuat penciptaan lapangan kerja jauh lebih sulit,” kata Presiden Grup Bank Dunia Ajay Banga, dalam siaran persnya, Selasa (6/6/2023).
BACA JUGA 10 Orang Terkaya di Dunia, Bernard Arnault Masih Jawara
Selain itu, dalam laporannya, Bank Dunia menyebutkan bahwa sebagian besar negara berkembang sejauh ini hanya melihat efek atau kerugian yang terbatas dari persoalan tekanan sektor perbankan di negara maju.
“Ekonomi dunia berada dalam posisi genting. Pada tahun 2023, perdagangan akan tumbuh kurang dari sepertiga kecepatannya pada tahun-tahun sebelum pandemi. Di pasar negara berkembang berkembang, tekanan utang tumbuh karena suku bunga yang lebih tinggi,” ujar kata Indermit Gill, Kepala Ekonom dan Wakil Presiden Senior Grup Bank Dunia.
Gill menambahkan bahwa, lemahnya kebijakan fiskal telah membuat banyak negara berpenghasilan rendah mengalami tekanan dalam bentuk utang. “Sementara itu, kebutuhan pembiayaan untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan jauh lebih besar daripada proyeksi investasi swasta yang paling optimis sekalipun,” lanjut Gill, Kepala Ekonom dan Wakil Presiden Senior Grup Bank Dunia.
Selain itu, proyeksi terbaru Bank Dunia menunjukkan bahwa dampak yang masih terasa dari pandemi Covid-19 yang tumpang tindih dengan ekses negatif invasi Rusia ke Ukraina, akan memberikan tekanan tersendiri bagi negara berkembang. Kondisi itu akan diperparah juga oleh risiko yang datang dari krisis keuangan di negara maju.
RELATED ARTICLES
World Bank Perkirakan Ekonomi RI 2023 Hanya Tumbuh 4,9%
Proyeksi World Bank tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 ini sebenarnya meningkat, tetapi lebih rendah dari target pemerintah.
Context.id, JAKARTA - Bank Dunia (World Bank) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya mencapai 4,9 persen pada 2023 atau melambat dibandingkan realisasi 2022 yang mencapai 5,3 persen.
Hal itu terungkap dalam laporan Global Economic Prospect (GEP) edisi Juni 2023. Proyeksi World Bank tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 ini sebenarnya meningkat sebab dalam laporan GEP Januari 2023 diperkirakan hanya tumbuh 4,8 persen.
Namun, proyeksi ini jauh di bawah target yang ditetapkan pemerintah Indonesia yakni sebesar 5,3 persen atau hampir sama dengan capaian 2022, 5,31 persen.
BACA JUGA ST010 Laris Manis, Cek Jadwal Penawaran 4 SBN Ritel Ini
Bank Indonesia (BI) mencatat target pertumbuhan itu akan ditopang oleh peningkatan permintaan domestik, baik konsumsi rumah tangga maupun investasi. Prakiraan itu sejalan dengan naiknya mobilitas masyarakat pascapenghapusan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), membaiknya prospek bisnis, meningkatnya aliran masuk Penanaman Modal Asing (PMA), serta berlanjutnya penyelesaian Proyek Strategis Nasional (PSN).
World Bank juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan stagnan di level 4,9 persen pada 2024, sebelum akhirnya kembali naik menjadi 5,0 persen pada 2025.
Indonesia bersama dengan beberapa negara di kawasan Asia Timur dan Pasifik (EAP) diperkirakan mendapatkan dampak positif yang relatif terbatas dari menggeliatnya perekonomian China. Pasalnya, pemulihan China lebih banyak berdampak pada industri domestik negara tersebut.
BACA JUGA Sherpa, Sang Penyelamat Menuju Puncak Gunung Everest
“Selain itu, limpahan positif ini dalam beberapa kasus kemungkinan besar tidak sebanding dengan hambatan dalam negeri, khususnya peningkatan inflasi dan dampak berkelanjutan dari pengetatan kebijakan moneter dalam negeri,” tulis Bank Dunia dalam laporannya, seperti dilansir Bisnis.com.
Di sisi lain, efek positif dari lonjakan harga komoditas terhadap perekonomian Indonesia pada 2020 diperkirakan mereda pada 2023 sehingga turut mempengaruhi kinerja ekspor dan impor negara seperti Indonesia.
Ekonomi Global pun Mendung
Sinyal akan 'awan gelap' perekonomian global pun disampaikan World Bank. Meski meningkat dari proyeksi sebelumnya yakni 1,7 persen, Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi global hanya mencapai 2,7 persen atau lebih rendah dari realisasi 2022 yang mencapai 3,1 persen.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi global diperkirakan mencapai 2,4 persen pada 2024 atau lebih rendah dari proyeksi sebelumnya, yakni 2,7 persen.
Bank Dunia menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi global telah mengalami pelambatan yang tajam. Di sisi lain, risiko tekanan di sektor keuangan terhadap pasar negara berkembang terus meningkat di tengah kenaikan suku bunga global. Di kelompok negara berkembang selain China, pertumbuhan ekonomi diperkirakan melambat menjadi 2,9 persen pada tahun ini dari 4,1 persen pada tahun lalu.
“Cara paling pasti untuk mengurangi kemiskinan dan memperluas kemakmuran adalah melalui lapangan kerja—dan pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat membuat penciptaan lapangan kerja jauh lebih sulit,” kata Presiden Grup Bank Dunia Ajay Banga, dalam siaran persnya, Selasa (6/6/2023).
BACA JUGA 10 Orang Terkaya di Dunia, Bernard Arnault Masih Jawara
Selain itu, dalam laporannya, Bank Dunia menyebutkan bahwa sebagian besar negara berkembang sejauh ini hanya melihat efek atau kerugian yang terbatas dari persoalan tekanan sektor perbankan di negara maju.
“Ekonomi dunia berada dalam posisi genting. Pada tahun 2023, perdagangan akan tumbuh kurang dari sepertiga kecepatannya pada tahun-tahun sebelum pandemi. Di pasar negara berkembang berkembang, tekanan utang tumbuh karena suku bunga yang lebih tinggi,” ujar kata Indermit Gill, Kepala Ekonom dan Wakil Presiden Senior Grup Bank Dunia.
Gill menambahkan bahwa, lemahnya kebijakan fiskal telah membuat banyak negara berpenghasilan rendah mengalami tekanan dalam bentuk utang. “Sementara itu, kebutuhan pembiayaan untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan jauh lebih besar daripada proyeksi investasi swasta yang paling optimis sekalipun,” lanjut Gill, Kepala Ekonom dan Wakil Presiden Senior Grup Bank Dunia.
Selain itu, proyeksi terbaru Bank Dunia menunjukkan bahwa dampak yang masih terasa dari pandemi Covid-19 yang tumpang tindih dengan ekses negatif invasi Rusia ke Ukraina, akan memberikan tekanan tersendiri bagi negara berkembang. Kondisi itu akan diperparah juga oleh risiko yang datang dari krisis keuangan di negara maju.
POPULAR
RELATED ARTICLES