Share

Home Stories

Stories 03 Februari 2023

Pewarnaan Jakarta di The Last of Us, Gambar Kemiskinan?

Indonesia dalam serial The Last of Us digambarkan dengan warna kuning, sehingga seakan merepresentasikan daerah yang penuh polusi serta kumuh.

Salah satu momen di serial The Last of Us yang diberi pewarnaan kuning. -Twitter @moviemenfes -

Context.id, JAKARTA - Serial The Last of Us membuat geger masyarakat Indonesia pada beberapa waktu belakangan. Bukan hanya karena latarnya yang diambil di Indonesia, melainkan juga akibat color grading atau pewarnaan gambar dari film tersebut.

Pada dasarnya, pewarnaan atau color grading dari sebuah film memang salah satu kunci utama untuk memberikan mood atau cerita dari sebuah gambar. Adapun warna yang paling banyak digunakan oleh para pembuat film adalah kuning, biru, dan abu-abu sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan.

Nah, sebenarnya pesan itu bisa dilihat dari situasi, kondisi, ataupun suasana pada saat adegan itu berlangsung. Apakah saat itu merupakan hari yang cerah, mendung, menegangkan, ataupun bahagia? Namun, tidak jarang warna grading ini ditentukan dari kondisi lokasi tempat adegan tersebut dilakukan. 

Dikutip dari Euronews dan Media Diversity Institute (MDI), Amerika Latin, Afrika, atau Asia Selatan cenderung diwarnai dengan warna kuning, untuk menggambarkan sesuatu yang gersang, miskin, tua, ataupun tegang. 

Kemudian negara-negara ekonomi maju seperti Amerika akan diberi warna biru untuk menggambarkan kondisi futuristik dan bersemangat. Sementara Eropa Timur akan cenderung diberikan warna abu-abu untuk menggambarkan kesuraman, depresi, serta ketidakbahagiaan.

Hal inilah yang kemudian dipermasalahkan oleh warganet. Pasalnya, Indonesia dalam serial The Last of Us digambarkan dengan warna kuning, sehingga seakan merepresentasikan dan menstereotipkan daerah yang penuh polusi, panas, dan kumuh. Padahal sebenarnya Jakarta merupakan salah satu kota termaju di Indonesia. 

“Banyak pembuat film di Hollywood dan industri arus utama lainnya di seluruh dunia menganggap sinema sebagai hiburan dan ekspresi kreatif. Mereka tidak serta merta menemukan diri mereka ‘bertanggung jawab’ terhadap masalah sosio-politik komunitas tertentu,” ujar Dosen Senior Film di Kings College University, Dr. Victor Fan. 

Selain itu, pemilihan warna pada saat color grading juga membuat kesan buruk dari sebuah daerah menjadi terus melekat. 

“Jika kami memberi tahu sinematografer atau sutradara bahwa kiasan ini memiliki dampak nyata pada persepsi tentang wilayah dan komunitas ini, mereka mungkin akan mengatakan bahwa kami secara aktif menyensor kreativitas mereka dan memang begitulah perasaan mereka tentang tempat dan komunitas tersebut,” ujar seorang pembuat film sekaligus profesor dari University of Westminster, Rani Khanna. 



Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Context.id

Stories 03 Februari 2023

Pewarnaan Jakarta di The Last of Us, Gambar Kemiskinan?

Indonesia dalam serial The Last of Us digambarkan dengan warna kuning, sehingga seakan merepresentasikan daerah yang penuh polusi serta kumuh.

Salah satu momen di serial The Last of Us yang diberi pewarnaan kuning. -Twitter @moviemenfes -

Context.id, JAKARTA - Serial The Last of Us membuat geger masyarakat Indonesia pada beberapa waktu belakangan. Bukan hanya karena latarnya yang diambil di Indonesia, melainkan juga akibat color grading atau pewarnaan gambar dari film tersebut.

Pada dasarnya, pewarnaan atau color grading dari sebuah film memang salah satu kunci utama untuk memberikan mood atau cerita dari sebuah gambar. Adapun warna yang paling banyak digunakan oleh para pembuat film adalah kuning, biru, dan abu-abu sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan.

Nah, sebenarnya pesan itu bisa dilihat dari situasi, kondisi, ataupun suasana pada saat adegan itu berlangsung. Apakah saat itu merupakan hari yang cerah, mendung, menegangkan, ataupun bahagia? Namun, tidak jarang warna grading ini ditentukan dari kondisi lokasi tempat adegan tersebut dilakukan. 

Dikutip dari Euronews dan Media Diversity Institute (MDI), Amerika Latin, Afrika, atau Asia Selatan cenderung diwarnai dengan warna kuning, untuk menggambarkan sesuatu yang gersang, miskin, tua, ataupun tegang. 

Kemudian negara-negara ekonomi maju seperti Amerika akan diberi warna biru untuk menggambarkan kondisi futuristik dan bersemangat. Sementara Eropa Timur akan cenderung diberikan warna abu-abu untuk menggambarkan kesuraman, depresi, serta ketidakbahagiaan.

Hal inilah yang kemudian dipermasalahkan oleh warganet. Pasalnya, Indonesia dalam serial The Last of Us digambarkan dengan warna kuning, sehingga seakan merepresentasikan dan menstereotipkan daerah yang penuh polusi, panas, dan kumuh. Padahal sebenarnya Jakarta merupakan salah satu kota termaju di Indonesia. 

“Banyak pembuat film di Hollywood dan industri arus utama lainnya di seluruh dunia menganggap sinema sebagai hiburan dan ekspresi kreatif. Mereka tidak serta merta menemukan diri mereka ‘bertanggung jawab’ terhadap masalah sosio-politik komunitas tertentu,” ujar Dosen Senior Film di Kings College University, Dr. Victor Fan. 

Selain itu, pemilihan warna pada saat color grading juga membuat kesan buruk dari sebuah daerah menjadi terus melekat. 

“Jika kami memberi tahu sinematografer atau sutradara bahwa kiasan ini memiliki dampak nyata pada persepsi tentang wilayah dan komunitas ini, mereka mungkin akan mengatakan bahwa kami secara aktif menyensor kreativitas mereka dan memang begitulah perasaan mereka tentang tempat dan komunitas tersebut,” ujar seorang pembuat film sekaligus profesor dari University of Westminster, Rani Khanna. 



Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Context.id


RELATED ARTICLES

Bahasa Inggris, Tiket ke Panggung Global

Keinginan masyarakat Indonesia untuk menembus dunia kerja dan pendidikan global terus meningkat. Namun satu hal mendasar justru tertinggal, kemamp ...

Renita Sukma . 27 May 2025

Soeharto Tetap Membayangi Meskipun Sudah 27 Tahun Lengser

Dua puluh tujuh tahun setelah Soeharto mengakhiri 32 tahun kekuasaannya, Indonesia kembali bergulat dengan warisan Orde Baru

Renita Sukma . 26 May 2025

Ketika Google AI Jadi Penata Gaya Kostum Pribadi

Bosan menebak-nebak apakah jaket baru itu bakal cocok dengan bentuk badanmu? Google punya jawabannya dan jawabannya bukan coba-coba, tapi algoritma.

Renita Sukma . 22 May 2025

Bioskop Tua dan Jejak Politik yang Tak Pernah Usai

Bagi Yosep Anggi Noen, gedung bioskop bukan sekadar tempat memutar film, tapi ruang yang menjadi saksi propaganda rezim dan ruang tarik ulur suara ...

Renita Sukma . 21 May 2025