Banyak Hewan Liar Masuk Pemukiman Warga, Pertanda Apa?
Kancil hanyalah satu dari sebagian besar hewan yang kehilangan tempat tinggalnya akibat ulah manusia.
Context.id, JAKARTA - Masih ingat lagu “Si Kancil” yang berbunyi, “si kancil anak nakal, suka mencuri ketimun, ayo lekas dikurung, jangan diberi ampun?”. Jadi dari dulu, kancil digambarkan sebagai anak nakal karena mencuri mentimun dari lahan warga.
Namun di sisi lain kalau dipikir lagi, binatang berkaki empat ini sebenarnya tidak bermaksud untuk mencuri timun hasil panenan petani. Tapi kedatangannya dikarenakan hutan yang menjadi habitatnya sudah terganggu dan dirusak oleh manusia.
Faktanya, kancil hanyalah satu dari sebagian besar hewan yang kehilangan tempat tinggalnya akibat ulah manusia. Sedihnya, beberapa hewan di antaranya bahkan merupakan hewan yang sudah terancam punah.
Contohnya, orangutan. Di Sumatra, terdapat pembangunan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) senilai US$1,6 miliar, agar dapat menstabilkan pasokan listrik di bagian utara pulau Sumatra. Sayangnya di sisi lain, hal ini juga mengancam habitat orangutan. Soalnya pembangunan ini akan menghancurkan beberapa habitat orangutan di dataran rendah, dengan memotong hubungan antara bagian timur dan barat dari habitat mereka.
Lalu ada pula kasus dari Riau, dimana ada harimau yang berkeliaran di area pemukiman warga dan perkebunan sawit, yang membuat 2 orang terpaksa meregang nyawa. Usut punya usut, kehadiran harimau ke pemukiman warga bukan karena gabut semata. Melainkan, karena alih fungsi lahan yang membuat habitat dan pasokan makanannya menipis.
Kalau mengutip kata Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, “Harimau ini sebenarnya tak mengganggu manusia jika habitatnya tidak terganggu. Ketika ruang jelajah dan pasokan makan berkurang, mereka merasa terancam, konflik satwa dan manusia pun terjadi”.
RELATED ARTICLES
Banyak Hewan Liar Masuk Pemukiman Warga, Pertanda Apa?
Kancil hanyalah satu dari sebagian besar hewan yang kehilangan tempat tinggalnya akibat ulah manusia.
Context.id, JAKARTA - Masih ingat lagu “Si Kancil” yang berbunyi, “si kancil anak nakal, suka mencuri ketimun, ayo lekas dikurung, jangan diberi ampun?”. Jadi dari dulu, kancil digambarkan sebagai anak nakal karena mencuri mentimun dari lahan warga.
Namun di sisi lain kalau dipikir lagi, binatang berkaki empat ini sebenarnya tidak bermaksud untuk mencuri timun hasil panenan petani. Tapi kedatangannya dikarenakan hutan yang menjadi habitatnya sudah terganggu dan dirusak oleh manusia.
Faktanya, kancil hanyalah satu dari sebagian besar hewan yang kehilangan tempat tinggalnya akibat ulah manusia. Sedihnya, beberapa hewan di antaranya bahkan merupakan hewan yang sudah terancam punah.
Contohnya, orangutan. Di Sumatra, terdapat pembangunan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) senilai US$1,6 miliar, agar dapat menstabilkan pasokan listrik di bagian utara pulau Sumatra. Sayangnya di sisi lain, hal ini juga mengancam habitat orangutan. Soalnya pembangunan ini akan menghancurkan beberapa habitat orangutan di dataran rendah, dengan memotong hubungan antara bagian timur dan barat dari habitat mereka.
Lalu ada pula kasus dari Riau, dimana ada harimau yang berkeliaran di area pemukiman warga dan perkebunan sawit, yang membuat 2 orang terpaksa meregang nyawa. Usut punya usut, kehadiran harimau ke pemukiman warga bukan karena gabut semata. Melainkan, karena alih fungsi lahan yang membuat habitat dan pasokan makanannya menipis.
Kalau mengutip kata Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, “Harimau ini sebenarnya tak mengganggu manusia jika habitatnya tidak terganggu. Ketika ruang jelajah dan pasokan makan berkurang, mereka merasa terancam, konflik satwa dan manusia pun terjadi”.
POPULAR
RELATED ARTICLES