Mengulik Suku Bajo, Inspirasi Sutradara Film Avatar 2
Suku Bajo sejak dulu terbiasa untuk menangkap ikan dengan alat-alat yang sederhana, yakni dengan tombak dan senapan kayu.
Context.id, JAKARTA - Suku Bajo atau yang sering disebut sebagai pengembara laut ini merupakan salah satu suku kuno dengan tradisi unik yang masih bertahan hingga saat ini.
Sehari-hari, mereka banyak menghabiskan waktu untuk beraktivitas di pesisir laut, seperti berternak ikan kerapu atau lobster. Lalu, untuk memperoleh penghasilan, mereka banyak berprofesi menjadi nelayan, ojek laut, ataupun peternak ikan keramba.
Bagi Suku Bajo yang bekerja sebagai nelayan, mereka dapat memperoleh tangkapan ikan hingga 946 ton per hari. Adapun banyaknya kuantitas ikan yang ditangkap tidak terlepas dengan cara mereka yang unik untuk menangkap ikan.
Jadi, Suku Bajo sejak dulu terbiasa untuk menangkap ikan dengan alat-alat yang sederhana, yakni dengan tombak dan senapan kayu. Mereka akan mengendap-endap di antara terumbu karang, menyelam, dan berenang agar tidak ketahuan ikan. Kemudian setelah menemukan mangsa yang ditemukan, baru mereka melayangkan tombak ataupun peluru dari senapan kayu.
Diketahui, teknik tersebut juga dilakukan karena Suku Bajo memiliki kemampuan menyelam juga sangat luar biasa. Mereka dapat menyelam laut hingga 70 meter dalam satu tarikan nafas. Selain itu, mereka juga bisa tahan menyelam di bawah laut hingga 13 menit.
Padahal, mereka sama sekali tidak menggunakan baju khusus dan alat bantu pernafasan. Satu-satunya alat bantu yang mereka gunakan hanyalah kaca mata renang yang terbuat dari kayu untuk mencegah masuknya air ke mata.
Diketahui, kemampuan orang-orang Bajo tersebut dikarenakan limpa mereka lebih besar 50 persen dibandingkan manusia biasa pada umumnya. Hal itupun diketahui dapat terjadi karena mutasi gen yang dikarenakan oleh seleksi alam.
Adapun, mereka sudah diajarkan teknik memancing dan menyelam sedari mereka kecil oleh orangtuanya. Maka dari itu tidak heran jika kemampuan menyelam mereka melebihi manusia normal. Lebih lanjut, pengetahuan Suku Bajo terhadap beragam jenis ikan juga sudah tidak dapat diragukan.
Dikutip dari Indonesia.go.id, suku yang disebut juga Bajau, Badjaw, Sama, atau Same ini sebenarnya merupakan suku yang berasal dari Kepulauan Sulu di Filipina Selatan.
Namun, sejak dulu, mereka bukanlah suku yang menetap di satu daerah saja (nomaden). Dengan bermodalkan perahu dan petunjuk bintang, mereka pun berpindah-pindah dari satu pulau ke pulau yang lain.
Oleh karena itulah, saat ini suku tersebut bisa berada di Indonesia dan sejumlah negara di Asia Tenggara lainnya. Untuk di Indonesia sendiri, Suku Bajo dapat dijumpai di perairan timur Indonesia, seperti Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan sejumlah wilayah timur Indonesia lainnya. Sekalipun itu, Suku Bajo banyak menetap di Bajo Pulau, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat.
Inspirasi Avatar 2: The Way of Water
Dikutip dari Tempo, sebelum film ini dibuat, sang sutradara James Cameron sempat wilayah Polinesia dan Asia Tenggara untuk kebutuhan riset. Adapun pada saat itulah ia menemukan orang-orang Suku Bajo yang memang memiliki kebiasaan unik ini. Dan dari sanalah ia menemukan inspirasinya.
“Ada (orang Sama-Bajo), orang di Indonesia yang tinggal di rumah panggung dan hidup di atas rakit. Kami melihat hal-hal seperti itu,” ujar James Cameron.
RELATED ARTICLES
Mengulik Suku Bajo, Inspirasi Sutradara Film Avatar 2
Suku Bajo sejak dulu terbiasa untuk menangkap ikan dengan alat-alat yang sederhana, yakni dengan tombak dan senapan kayu.
Context.id, JAKARTA - Suku Bajo atau yang sering disebut sebagai pengembara laut ini merupakan salah satu suku kuno dengan tradisi unik yang masih bertahan hingga saat ini.
Sehari-hari, mereka banyak menghabiskan waktu untuk beraktivitas di pesisir laut, seperti berternak ikan kerapu atau lobster. Lalu, untuk memperoleh penghasilan, mereka banyak berprofesi menjadi nelayan, ojek laut, ataupun peternak ikan keramba.
Bagi Suku Bajo yang bekerja sebagai nelayan, mereka dapat memperoleh tangkapan ikan hingga 946 ton per hari. Adapun banyaknya kuantitas ikan yang ditangkap tidak terlepas dengan cara mereka yang unik untuk menangkap ikan.
Jadi, Suku Bajo sejak dulu terbiasa untuk menangkap ikan dengan alat-alat yang sederhana, yakni dengan tombak dan senapan kayu. Mereka akan mengendap-endap di antara terumbu karang, menyelam, dan berenang agar tidak ketahuan ikan. Kemudian setelah menemukan mangsa yang ditemukan, baru mereka melayangkan tombak ataupun peluru dari senapan kayu.
Diketahui, teknik tersebut juga dilakukan karena Suku Bajo memiliki kemampuan menyelam juga sangat luar biasa. Mereka dapat menyelam laut hingga 70 meter dalam satu tarikan nafas. Selain itu, mereka juga bisa tahan menyelam di bawah laut hingga 13 menit.
Padahal, mereka sama sekali tidak menggunakan baju khusus dan alat bantu pernafasan. Satu-satunya alat bantu yang mereka gunakan hanyalah kaca mata renang yang terbuat dari kayu untuk mencegah masuknya air ke mata.
Diketahui, kemampuan orang-orang Bajo tersebut dikarenakan limpa mereka lebih besar 50 persen dibandingkan manusia biasa pada umumnya. Hal itupun diketahui dapat terjadi karena mutasi gen yang dikarenakan oleh seleksi alam.
Adapun, mereka sudah diajarkan teknik memancing dan menyelam sedari mereka kecil oleh orangtuanya. Maka dari itu tidak heran jika kemampuan menyelam mereka melebihi manusia normal. Lebih lanjut, pengetahuan Suku Bajo terhadap beragam jenis ikan juga sudah tidak dapat diragukan.
Dikutip dari Indonesia.go.id, suku yang disebut juga Bajau, Badjaw, Sama, atau Same ini sebenarnya merupakan suku yang berasal dari Kepulauan Sulu di Filipina Selatan.
Namun, sejak dulu, mereka bukanlah suku yang menetap di satu daerah saja (nomaden). Dengan bermodalkan perahu dan petunjuk bintang, mereka pun berpindah-pindah dari satu pulau ke pulau yang lain.
Oleh karena itulah, saat ini suku tersebut bisa berada di Indonesia dan sejumlah negara di Asia Tenggara lainnya. Untuk di Indonesia sendiri, Suku Bajo dapat dijumpai di perairan timur Indonesia, seperti Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan sejumlah wilayah timur Indonesia lainnya. Sekalipun itu, Suku Bajo banyak menetap di Bajo Pulau, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat.
Inspirasi Avatar 2: The Way of Water
Dikutip dari Tempo, sebelum film ini dibuat, sang sutradara James Cameron sempat wilayah Polinesia dan Asia Tenggara untuk kebutuhan riset. Adapun pada saat itulah ia menemukan orang-orang Suku Bajo yang memang memiliki kebiasaan unik ini. Dan dari sanalah ia menemukan inspirasinya.
“Ada (orang Sama-Bajo), orang di Indonesia yang tinggal di rumah panggung dan hidup di atas rakit. Kami melihat hal-hal seperti itu,” ujar James Cameron.
POPULAR
RELATED ARTICLES