Ada 5 Menteri Suriname yang Keturunan Jawa?
Suriname memiliki sekitar 70.000 warga yang merupakan suku Jawa atau mencapai 13 persen dari keseluruhan populasi.
Context.id, JAKARTA - Kita mungkin sering melihat orang Kampung China, Kampung India, atau Kampung Arab. Pasalnya, memang banyak populasi suku tersebut yang berada di negara kita. Namun, tahukah kamu jika sebenarnya di Amerika Latin ada sebuah negara yang memiliki Kampung Jawa? Menariknya lagi, bahasa Jawa menjadi salah satu bahasa utama di sana.
Negara itu adalah Suriname. Negara yang berada di sebelah timur laut benua Amerika Selatan ini memiliki sekitar 70.000 warga yang merupakan suku Jawa atau mencapai 13 persen dari keseluruhan populasi.
Hal ini sebenarnya bermula pada tahun 1863, saat pemerintah Belanda membebaskan lebih dari 33.000 budak di Suriname, yang pada saat itu juga merupakan jajahan dari Belanda. Maka dari itu, para pihak berwenang mengimpor pekerja kontrak dari Inggris untuk memasok tenaga kerja yang murah dan patuh.
Pada 1873 dan 1916, lebih dari 34.000 orang Inggris yang bersuku India datang ke Suriname. Namun, pemerintah Belanda tiba-tiba meragukan keputusan tersebut karena ketakutan negaranya akan ketergantungan pada negara asing. Selain itu, kekhawatiran tersebut semakin bertambah dengan adanya perubahan iklim politik di India, dengan adanya gerakan nasionalis yang dengan keras melawan adanya migrasi kontrak.
Oleh karena itu, Belanda mulai memutar otak dan bertemulah dengan masyarakat di Jawa. Kemudian, setelah perbincangan alot dengan pemerintah Belanda di Indonesia, masyarakat Jawa lah yang ‘terpilih’ untuk menjadi buruh di Suriname.
Pada periode 1890-1939, ada sekitar 33.000 orang yang bermigrasi ke negara kecil di Amerika Latin tersebut. Adapun mereka sebagian besar berasal dari Jawa Tengah, Surabaya, dan Semarang.
Sejak itulah, masyarakat Jawa di Suriname semakin banyak dan budaya Jawa semakin populer. Pada saat itu, masyarakat Jawa merupakan kelompok populasi ketiga terbesar di Suriname di bawah Hindustan dan Afrika-Suriname.
Namun perlu diakui bahwa merajanya kebudayaan Jawa di Suriname tak terlepas dari peran para penguasa untuk secara aktif mempromosikan budaya Jawa dan memprakarsai proyek agar masyarakat Jawa bisa menetap di desa-desa bergaya Jawa.
Hal itupun terus berlangsung hingga selesainya perang dunia kedua. Pasalnya, setelah itu, banyak orang terampil yang jadi kembali ke tanah air.
Pada 1954, sekitar 1.000 orang berlayar untuk kembali ke Indonesia. Lalu pada 1970 eksodus kembali terjadi, dengan adanya 20.000 orang Jawa yang pergi ke Belanda menjelang kemerdekaan Suriname pada 1975.
Sekalipun itu, masyarakat Jawa yang ada di Suriname masih terhitung banyak hingga saat ini. Bahkan hingga saat ini, sudah ada lima orang keturunan Jawa yang menjadi menteri di Republik Suriname.
Mulai dari Menteri Pertanian, Ternak, dan Perikanan Hendrik Setrowidjojo, Menteri Perencanaan Pembangunan Infrastruktur Fisik dan Pengelolaan Pertanahan Ginmardo Kromosoeto, Menteri Dalam Negeri Soewarto Moestadja, Menteri Pemuda dan Olahraga Ismanto Adna, dan lainnya.
RELATED ARTICLES
Ada 5 Menteri Suriname yang Keturunan Jawa?
Suriname memiliki sekitar 70.000 warga yang merupakan suku Jawa atau mencapai 13 persen dari keseluruhan populasi.
Context.id, JAKARTA - Kita mungkin sering melihat orang Kampung China, Kampung India, atau Kampung Arab. Pasalnya, memang banyak populasi suku tersebut yang berada di negara kita. Namun, tahukah kamu jika sebenarnya di Amerika Latin ada sebuah negara yang memiliki Kampung Jawa? Menariknya lagi, bahasa Jawa menjadi salah satu bahasa utama di sana.
Negara itu adalah Suriname. Negara yang berada di sebelah timur laut benua Amerika Selatan ini memiliki sekitar 70.000 warga yang merupakan suku Jawa atau mencapai 13 persen dari keseluruhan populasi.
Hal ini sebenarnya bermula pada tahun 1863, saat pemerintah Belanda membebaskan lebih dari 33.000 budak di Suriname, yang pada saat itu juga merupakan jajahan dari Belanda. Maka dari itu, para pihak berwenang mengimpor pekerja kontrak dari Inggris untuk memasok tenaga kerja yang murah dan patuh.
Pada 1873 dan 1916, lebih dari 34.000 orang Inggris yang bersuku India datang ke Suriname. Namun, pemerintah Belanda tiba-tiba meragukan keputusan tersebut karena ketakutan negaranya akan ketergantungan pada negara asing. Selain itu, kekhawatiran tersebut semakin bertambah dengan adanya perubahan iklim politik di India, dengan adanya gerakan nasionalis yang dengan keras melawan adanya migrasi kontrak.
Oleh karena itu, Belanda mulai memutar otak dan bertemulah dengan masyarakat di Jawa. Kemudian, setelah perbincangan alot dengan pemerintah Belanda di Indonesia, masyarakat Jawa lah yang ‘terpilih’ untuk menjadi buruh di Suriname.
Pada periode 1890-1939, ada sekitar 33.000 orang yang bermigrasi ke negara kecil di Amerika Latin tersebut. Adapun mereka sebagian besar berasal dari Jawa Tengah, Surabaya, dan Semarang.
Sejak itulah, masyarakat Jawa di Suriname semakin banyak dan budaya Jawa semakin populer. Pada saat itu, masyarakat Jawa merupakan kelompok populasi ketiga terbesar di Suriname di bawah Hindustan dan Afrika-Suriname.
Namun perlu diakui bahwa merajanya kebudayaan Jawa di Suriname tak terlepas dari peran para penguasa untuk secara aktif mempromosikan budaya Jawa dan memprakarsai proyek agar masyarakat Jawa bisa menetap di desa-desa bergaya Jawa.
Hal itupun terus berlangsung hingga selesainya perang dunia kedua. Pasalnya, setelah itu, banyak orang terampil yang jadi kembali ke tanah air.
Pada 1954, sekitar 1.000 orang berlayar untuk kembali ke Indonesia. Lalu pada 1970 eksodus kembali terjadi, dengan adanya 20.000 orang Jawa yang pergi ke Belanda menjelang kemerdekaan Suriname pada 1975.
Sekalipun itu, masyarakat Jawa yang ada di Suriname masih terhitung banyak hingga saat ini. Bahkan hingga saat ini, sudah ada lima orang keturunan Jawa yang menjadi menteri di Republik Suriname.
Mulai dari Menteri Pertanian, Ternak, dan Perikanan Hendrik Setrowidjojo, Menteri Perencanaan Pembangunan Infrastruktur Fisik dan Pengelolaan Pertanahan Ginmardo Kromosoeto, Menteri Dalam Negeri Soewarto Moestadja, Menteri Pemuda dan Olahraga Ismanto Adna, dan lainnya.
POPULAR
RELATED ARTICLES