Share

Stories 22 November 2022

Ramai-Ramai Raksasa Teknologi PHK Massal, Kenapa Sih?

Industri teknologi di dunia sedang tidak baik-baik saja. Hal ini terlihat jelas dengan adanya PHK massal pada perusahaan raksasa.

Gedung Meta di Burlingame, California, Amerika Serikat, pada Selasa (5/8/2022). - Bloomberg -

Context.id, JAKARTA - Industri teknologi di dunia sedang tidak baik-baik saja. Hal ini terlihat jelas dengan terjadinya PHK massal pada perusahaan raksasa teknologi.

Mulai dari Microsoft pada 17 Oktober, Twitter pada 4 November, Meta pada 9 November, Amazon dan Shopee pada 16 November, dan yang baru-baru ini GOTO dan Ruangguru pada 18 November.

Sedangkan alasan dari masing-masing perusahaan untuk merumahkan karyawannya berbeda-beda. Namun, ada sejumlah faktor utama yang memperparah kondisi keuangan masing-masing perusahaan.

Dikutip dari Forbes, selama pandemi semua kegiatan menjadi daring, mulai dari belajar, bekerja, belanja, hingga memesan makanan. Pada saat itulah industri teknologi berkembang pesat. 

Diketahui, perusahaan teknologi Microsoft bisa meraih keuntungan hingga 21 persen, lalu Twitter mengalami kenaikan 20 persen pengguna, keuntungan Meta naik hingga 70 persen, dan Amazon naik hingga 37 persen. 

Tak heran, jika banyak dari perusahaan teknologi kemudian melihat kesempatan ini sebagai awal new normal. Oleh karena itu, banyak dari perusahaan teknologi yang melakukan rekrutmen untuk meningkatkan kualitas layanan.

Namun sayangnya, prediksi tidak seindah realita. Kehidupan sehari-hari perlahan kembali ke masa sebelum pandemi. Masyarakat kembali bekerja secara luring, kegiatan berkumpul menjadi rutinitas sehari-hari, bahkan restoran sudah mulai penuh untuk makan di tempat. 

Alhasil, hal-hal yang telah dipersiapkan oleh perusahaan teknologi gagal. Para pekerja yang telah disiapkan untuk mengantisipasi new normal ternyata tidak sepenuhnya berguna. 

Sebenarnya permasalahan ini tidak akan separah ini jika kondisi ekonomi membaik setelah pandemi. Pasalnya, kerugian perusahaan masih dapat ditopang oleh dana dari investor. 

Namun siapa sangka, memasuki tahun 2022, ketentraman geopolitik dunia bergejolak dan dunia berada di ambang resesi. Alhasil, investor tidak lagi percaya pada pasar modal dan mulai menjual sahamnya. 

Hal ini pun menyebabkan banyak perusahaan-perusahaan harus memutar otak untuk dapat menghemat pengeluaran, di tengah sokongan dana dan pemasukan yang semakin menipis. Dikutip dari Tech Funding News, krisis perusahaan diperparah dengan semakin meningkatnya persaingan bisnis dan penurunan ekonomi makro.

 

1. Microsoft

Pada Oktober 2022, perusahaan teknologi raksasa Microsoft mengumumkan bahwa mereka merumahkan 1 persen pekerja mereka, akibat pemasukan perusahaan yang menurun.

“Seperti semua perusahaan, kami mengevaluasi prioritas bisnis kami secara teratur dan membuat penyesuaian struktural yang sesuai,” ujar juru bicara Microsoft. 


 

2. Twitter

Tak lama setelah Elon Musk mengakuisisi Twitter, ia merumahkan sekitar 3.700 pegawai termasuk para eksekutif dan tak lama setelahnya ia kembali merumahkan 8.000 pegawai. Namun, perlu diketahui pula bahwa beberapa karyawan yang telah dirumahkan juga sempat diminta untuk kembali ke perusahaan.

“Mengenai pengurangan kekuatan Twitter, sayangnya tidak ada pilihan ketika perusahaan merugi lebih dari US$4 juta/hari (Rp62,5 juta),” ujar Elon Musk dalam akun Twitternya.


 

3. Meta

Meta atau induk dari sosial media Facebook, Instagram, dan WhatsApp telah mengumumkan bahwa mereka akan merumahkan sekitar 11.000 pekerja atau 13 persen dari seluruh karyawan. Selain itu, pihaknya juga akan menghentikan perekrutan hingga Maret 2023. 

“Sayangnya, ini tidak berjalan seperti yang saya harapkan. Perdagangan online tidak hanya kembali ke tren sebelumnya, tetapi penurunan ekonomi makro, meningkatnya persaingan, dan hilangnya sinyal iklan telah menyebabkan pendapatan kami jauh lebih rendah dari yang diperkirakan,” ujar Zuckerberg. 


 

4. Amazon

Dikutip dari ABC News, perusahaan e-commerce asal Amerika ini diketahui merumahkan sejumlah pegawainya yang berfokus pada produk yang dioperasikan dengan suara, seperti Alexa. Menurut CEO Amazon, Andy Jassy, hal ini diakibatkan oleh ekonomi yang sedang bergejolak. 
Namun, diketahui bahwa keputusan PHK ini belum sepenuhnya. Pasalnya, keputusan tentang pengurangan pegawai akan ada lagi pada 2023. 


 

5. GOTO

Dikutip dari Bisnis, perusahaan berlogo hijau ini segera mengurangi jumlah karyawan hingga 13 persen atau setara dengan 1.300 karyawan. Pasalnya, mengacu pada laporan keuangan (30/6/2022), GOTO memiliki 9.630 orang karyawan yang naik dari posisi (31/12/2021) sebanyak 9.044 orang. 

“Perampingan organisasi adalah keputusan sulit yang diambil setelah melakukan serangkaian efisiensi dan penghematan lainnya. Kami pada akhirnya harus mengambil pilihan yang sangat berat ini,” ujar Chief of Corporate Affairs Group GOTO, Nila Marita.


 

6. Shopee

Induk perusahaan dari Shopee, yakni Sea Ltd. telah memangkas sekitar 7.000 pekerja atau sekitar 10 persen dari total karyawannya dalam enam bulan terakhir. Dikutip dari Bisnis, sama seperti perusahaan-perusahaan raksasa lainnya, induk perusahaan dari e-commerce orange ini sedang berjuang untuk mengurangi kerugian yang membengkak.



Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Putri Dewi

Stories 22 November 2022

Ramai-Ramai Raksasa Teknologi PHK Massal, Kenapa Sih?

Industri teknologi di dunia sedang tidak baik-baik saja. Hal ini terlihat jelas dengan adanya PHK massal pada perusahaan raksasa.

Gedung Meta di Burlingame, California, Amerika Serikat, pada Selasa (5/8/2022). - Bloomberg -

Context.id, JAKARTA - Industri teknologi di dunia sedang tidak baik-baik saja. Hal ini terlihat jelas dengan terjadinya PHK massal pada perusahaan raksasa teknologi.

Mulai dari Microsoft pada 17 Oktober, Twitter pada 4 November, Meta pada 9 November, Amazon dan Shopee pada 16 November, dan yang baru-baru ini GOTO dan Ruangguru pada 18 November.

Sedangkan alasan dari masing-masing perusahaan untuk merumahkan karyawannya berbeda-beda. Namun, ada sejumlah faktor utama yang memperparah kondisi keuangan masing-masing perusahaan.

Dikutip dari Forbes, selama pandemi semua kegiatan menjadi daring, mulai dari belajar, bekerja, belanja, hingga memesan makanan. Pada saat itulah industri teknologi berkembang pesat. 

Diketahui, perusahaan teknologi Microsoft bisa meraih keuntungan hingga 21 persen, lalu Twitter mengalami kenaikan 20 persen pengguna, keuntungan Meta naik hingga 70 persen, dan Amazon naik hingga 37 persen. 

Tak heran, jika banyak dari perusahaan teknologi kemudian melihat kesempatan ini sebagai awal new normal. Oleh karena itu, banyak dari perusahaan teknologi yang melakukan rekrutmen untuk meningkatkan kualitas layanan.

Namun sayangnya, prediksi tidak seindah realita. Kehidupan sehari-hari perlahan kembali ke masa sebelum pandemi. Masyarakat kembali bekerja secara luring, kegiatan berkumpul menjadi rutinitas sehari-hari, bahkan restoran sudah mulai penuh untuk makan di tempat. 

Alhasil, hal-hal yang telah dipersiapkan oleh perusahaan teknologi gagal. Para pekerja yang telah disiapkan untuk mengantisipasi new normal ternyata tidak sepenuhnya berguna. 

Sebenarnya permasalahan ini tidak akan separah ini jika kondisi ekonomi membaik setelah pandemi. Pasalnya, kerugian perusahaan masih dapat ditopang oleh dana dari investor. 

Namun siapa sangka, memasuki tahun 2022, ketentraman geopolitik dunia bergejolak dan dunia berada di ambang resesi. Alhasil, investor tidak lagi percaya pada pasar modal dan mulai menjual sahamnya. 

Hal ini pun menyebabkan banyak perusahaan-perusahaan harus memutar otak untuk dapat menghemat pengeluaran, di tengah sokongan dana dan pemasukan yang semakin menipis. Dikutip dari Tech Funding News, krisis perusahaan diperparah dengan semakin meningkatnya persaingan bisnis dan penurunan ekonomi makro.

 

1. Microsoft

Pada Oktober 2022, perusahaan teknologi raksasa Microsoft mengumumkan bahwa mereka merumahkan 1 persen pekerja mereka, akibat pemasukan perusahaan yang menurun.

“Seperti semua perusahaan, kami mengevaluasi prioritas bisnis kami secara teratur dan membuat penyesuaian struktural yang sesuai,” ujar juru bicara Microsoft. 


 

2. Twitter

Tak lama setelah Elon Musk mengakuisisi Twitter, ia merumahkan sekitar 3.700 pegawai termasuk para eksekutif dan tak lama setelahnya ia kembali merumahkan 8.000 pegawai. Namun, perlu diketahui pula bahwa beberapa karyawan yang telah dirumahkan juga sempat diminta untuk kembali ke perusahaan.

“Mengenai pengurangan kekuatan Twitter, sayangnya tidak ada pilihan ketika perusahaan merugi lebih dari US$4 juta/hari (Rp62,5 juta),” ujar Elon Musk dalam akun Twitternya.


 

3. Meta

Meta atau induk dari sosial media Facebook, Instagram, dan WhatsApp telah mengumumkan bahwa mereka akan merumahkan sekitar 11.000 pekerja atau 13 persen dari seluruh karyawan. Selain itu, pihaknya juga akan menghentikan perekrutan hingga Maret 2023. 

“Sayangnya, ini tidak berjalan seperti yang saya harapkan. Perdagangan online tidak hanya kembali ke tren sebelumnya, tetapi penurunan ekonomi makro, meningkatnya persaingan, dan hilangnya sinyal iklan telah menyebabkan pendapatan kami jauh lebih rendah dari yang diperkirakan,” ujar Zuckerberg. 


 

4. Amazon

Dikutip dari ABC News, perusahaan e-commerce asal Amerika ini diketahui merumahkan sejumlah pegawainya yang berfokus pada produk yang dioperasikan dengan suara, seperti Alexa. Menurut CEO Amazon, Andy Jassy, hal ini diakibatkan oleh ekonomi yang sedang bergejolak. 
Namun, diketahui bahwa keputusan PHK ini belum sepenuhnya. Pasalnya, keputusan tentang pengurangan pegawai akan ada lagi pada 2023. 


 

5. GOTO

Dikutip dari Bisnis, perusahaan berlogo hijau ini segera mengurangi jumlah karyawan hingga 13 persen atau setara dengan 1.300 karyawan. Pasalnya, mengacu pada laporan keuangan (30/6/2022), GOTO memiliki 9.630 orang karyawan yang naik dari posisi (31/12/2021) sebanyak 9.044 orang. 

“Perampingan organisasi adalah keputusan sulit yang diambil setelah melakukan serangkaian efisiensi dan penghematan lainnya. Kami pada akhirnya harus mengambil pilihan yang sangat berat ini,” ujar Chief of Corporate Affairs Group GOTO, Nila Marita.


 

6. Shopee

Induk perusahaan dari Shopee, yakni Sea Ltd. telah memangkas sekitar 7.000 pekerja atau sekitar 10 persen dari total karyawannya dalam enam bulan terakhir. Dikutip dari Bisnis, sama seperti perusahaan-perusahaan raksasa lainnya, induk perusahaan dari e-commerce orange ini sedang berjuang untuk mengurangi kerugian yang membengkak.



Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Putri Dewi


RELATED ARTICLES

Haruskah Tetap Belajar Coding di Dunia AI?

Kamp pelatihan coding dulunya tampak seperti tiket emas menuju masa depan yang aman secara ekonomi. Namun, saat janji itu memudar, apa yang harus ...

Context.id . 25 November 2024

Menuju Pemulihan: Dua Ilmuwan Harvard Mencari Jalan Cepat Atasi Depresi

Depresi menjadi musuh yang sulit ditaklukkan karena pengobatannya butuh waktu panjang

Context.id . 24 November 2024

Hati-hati! Terlalu Banyak Duduk Rentan Terkena Serangan Jantung

Menurut penelitian terbaru meskipun kita rajin olahraga yang rutin jika tubuh tidak banyak bergerak dapat meningkatkan risiko gagal jantung hingga 60%

Context.id . 24 November 2024

Klaster AI Kempner Raih Predikat Superkomputer Hijau Tercepat di Dunia

Melalui peningkatan daya komputasi ini, kita dapat mempelajari lebih dalam bagaimana model generatif belajar untuk bernalar dan menyelesaikan tuga ...

Context.id . 23 November 2024