Dua Dokter Jadi Pahlawan Nasional, Siapa Mereka?
Dua dari lima pahlawan nasional yang baru ditetapkan adalah dokter yang dinilai telah berjasa bagi bangsa Indonesia.
Context, JAKARTA - Menjelang Hari Pahlawan Nasional 2022, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada lima tokoh dari berbagai daerah pada Senin (7/11/2022). Dua di antaranya adalah dokter yang dinilai telah berjasa bagi bangsa Indonesia.
Dilansir laman resmi Sekretariat Kabinet, penganugerahaan yang diberikan oleh Jokowi tersebut didasari oleh Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres) Nomor 96/TK/Tahun 2022 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional yang ditetapkan di Jakarta (3/11/2022).
Tokoh-tokoh yang dianugerahi sebagai pahlawan nasional tersebut adalah KGPAA Paku Alam VIII dari Yogyakarta, H. Salahuddin bin Talabuddin dari Maluku Utara, K.H. Ahmad Sanusi dari Jawa Barat, serta dua orang dokter yaitu Dr. dr. H. R. Soeharto dari Jawa Tengah dan dr. R. Rubini Natawisastra dari Kalimantan Barat.
Lantas siapa sosok dr. Soeharto dan dr. Rubini yang menjadi pahlawan nasional tersebut?
Dr. dr. H. R. Soeharto
Pria yang lahir pada 24 Desember 1908 di Tegalgondo, Solo, Jawa Tengah ini sempat menjabat sebagai dokter pribadi Soekarno. Selain itu, ia juga pernah menduduki sejumlah posisi menteri di kabinet Soekarno, yaitu sebagai Menteri Perdagangan, Menteri Perindustrian, dan Kepala Bappenas.
Selain di bidang pemerintahan, dilansir Tempo, H.R. Soeharto juga merupakan salah satu pendiri bank pertama di Indonesia, yaitu Bank Negara Indonesia (BNI). Kemudian, semasa hidupnya juga ia sempat berkontribusi pada pembangunan Hotel Indonesia dan kawasan Sarinah yang kini menjadi landmark Kota Jakarta.
Di bidang kesehatan, ada sejumlah kontribusi besar yang telah ia lakukan, antara lain sebagai penggagas berdirinya Ikatan Dokter Indonesia (IDI) pada 1950, membuat program Keluarga Berencana (KB), serta menjadi ketua pertama Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI).
Perjuangannya bersama Soekarno pada masa kemerdekaan, dan berbagai kontribusinya dalam membangun tanah air menjadi pertimbangan pemerintahan Jokowi untuk menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada dirinya.
dr. R. Rubini Natawisastra
Dilansir Antara, dokter Rubini adalah seorang bangsawan Sunda yang lahir di Bandung pada 31 Agustus 1906. Singkat cerita, ia ditugaskan ke Pontianak, Kalimantan Barat pada 1934 sebagai dokter pemerintah di Rumah Sakit Militer. Kemudian, ia juga sempat bertugas di rumah sakit swasta katolik atau Rooms Katholieke Ziekenhuis dan Rumah Sakit Sungai Jawi.
Selain di rumah sakit, ia juga membuka praktek di rumahnya untuk membantu masyarakat yang membutuhkan pemeriksaan kesehatan. Bahkan, sebagai bentuk pengabdiannya untuk masyarakat kecil, ia juga sempat menyusuri bantaran Sungai Kapuas demi membantu memberikan pelayanan kesehatan untuk masyarakat yang kurang mampu.
Pada masa pendudukan Jepang, dokter Rubini juga aktif dalam membantu perempuan dan anak-anak yang terluka akibat kekerasan tentara Jepang. Bentuk perjuangan dan nasionalismenya tersebut juga ia tuangkan dengan bergabung ke dalam organisasi kemasyarakatan Partai Indonesia Raya.
Hingga akhirnya pada 1944, karena dianggap melakukan perlawanan terhadap Jepang, dokter Rubini dan istrinya menjadi salah satu korban pembantaian yang dilakukan Jepang kepada rakyat, kaum terdidik, dan tokoh masyarakat dari berbagai suku dan ras yang berada di Kalimantan Barat.
RELATED ARTICLES
Dua Dokter Jadi Pahlawan Nasional, Siapa Mereka?
Dua dari lima pahlawan nasional yang baru ditetapkan adalah dokter yang dinilai telah berjasa bagi bangsa Indonesia.
Context, JAKARTA - Menjelang Hari Pahlawan Nasional 2022, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada lima tokoh dari berbagai daerah pada Senin (7/11/2022). Dua di antaranya adalah dokter yang dinilai telah berjasa bagi bangsa Indonesia.
Dilansir laman resmi Sekretariat Kabinet, penganugerahaan yang diberikan oleh Jokowi tersebut didasari oleh Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres) Nomor 96/TK/Tahun 2022 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional yang ditetapkan di Jakarta (3/11/2022).
Tokoh-tokoh yang dianugerahi sebagai pahlawan nasional tersebut adalah KGPAA Paku Alam VIII dari Yogyakarta, H. Salahuddin bin Talabuddin dari Maluku Utara, K.H. Ahmad Sanusi dari Jawa Barat, serta dua orang dokter yaitu Dr. dr. H. R. Soeharto dari Jawa Tengah dan dr. R. Rubini Natawisastra dari Kalimantan Barat.
Lantas siapa sosok dr. Soeharto dan dr. Rubini yang menjadi pahlawan nasional tersebut?
Dr. dr. H. R. Soeharto
Pria yang lahir pada 24 Desember 1908 di Tegalgondo, Solo, Jawa Tengah ini sempat menjabat sebagai dokter pribadi Soekarno. Selain itu, ia juga pernah menduduki sejumlah posisi menteri di kabinet Soekarno, yaitu sebagai Menteri Perdagangan, Menteri Perindustrian, dan Kepala Bappenas.
Selain di bidang pemerintahan, dilansir Tempo, H.R. Soeharto juga merupakan salah satu pendiri bank pertama di Indonesia, yaitu Bank Negara Indonesia (BNI). Kemudian, semasa hidupnya juga ia sempat berkontribusi pada pembangunan Hotel Indonesia dan kawasan Sarinah yang kini menjadi landmark Kota Jakarta.
Di bidang kesehatan, ada sejumlah kontribusi besar yang telah ia lakukan, antara lain sebagai penggagas berdirinya Ikatan Dokter Indonesia (IDI) pada 1950, membuat program Keluarga Berencana (KB), serta menjadi ketua pertama Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI).
Perjuangannya bersama Soekarno pada masa kemerdekaan, dan berbagai kontribusinya dalam membangun tanah air menjadi pertimbangan pemerintahan Jokowi untuk menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada dirinya.
dr. R. Rubini Natawisastra
Dilansir Antara, dokter Rubini adalah seorang bangsawan Sunda yang lahir di Bandung pada 31 Agustus 1906. Singkat cerita, ia ditugaskan ke Pontianak, Kalimantan Barat pada 1934 sebagai dokter pemerintah di Rumah Sakit Militer. Kemudian, ia juga sempat bertugas di rumah sakit swasta katolik atau Rooms Katholieke Ziekenhuis dan Rumah Sakit Sungai Jawi.
Selain di rumah sakit, ia juga membuka praktek di rumahnya untuk membantu masyarakat yang membutuhkan pemeriksaan kesehatan. Bahkan, sebagai bentuk pengabdiannya untuk masyarakat kecil, ia juga sempat menyusuri bantaran Sungai Kapuas demi membantu memberikan pelayanan kesehatan untuk masyarakat yang kurang mampu.
Pada masa pendudukan Jepang, dokter Rubini juga aktif dalam membantu perempuan dan anak-anak yang terluka akibat kekerasan tentara Jepang. Bentuk perjuangan dan nasionalismenya tersebut juga ia tuangkan dengan bergabung ke dalam organisasi kemasyarakatan Partai Indonesia Raya.
Hingga akhirnya pada 1944, karena dianggap melakukan perlawanan terhadap Jepang, dokter Rubini dan istrinya menjadi salah satu korban pembantaian yang dilakukan Jepang kepada rakyat, kaum terdidik, dan tokoh masyarakat dari berbagai suku dan ras yang berada di Kalimantan Barat.
POPULAR
RELATED ARTICLES