Share

Stories 25 Oktober 2022

Selain Obat, Ini Terapi untuk Pasien Gagal Ginjal Akut

Selain obat, pasien gagal ginjal biasanya harus menjalani terapi yang cukup lama, salah satu tujuan terapi tersebut unutuk menggantikan fungsi ginjal.

Ketua Dharma Wanita Persatuan (DWP) Aceh Mellani Subarni membesuk anak-anak pasien gagal ginjal akut di RSUD Zainoel Abidin, Banda Aceh. -Antara-

Context, JAKARTA - Obat memang sangat membantu pasien untuk sembuh dari gagal ginjal. Namun biasanya, perawatan untuk menyembuhkan gagal ginjal harus membutuhkan waktu yang cukup lama. 

Bahkan, beberapa pasien membutuhkan terapi khusus saat didiagnosa gagal ginjal. Berikut beberapa terapi yang biasa dilakukan pasien gagal ginjal:


1. Hemodialisis

Hemodialisis atau yang biasa dikenal cuci darah ini adalah salah satu terapi yang paling umum dijumpai. Dilansir hellosehat.com, metode ini dilakukan dengan menggunakan mesin, sehingga dapat membantu tubuh menggantikan fungsi ginjal yang hilang seperti menyaring darah dari limbah dan kelebihan cairan, membantu menyeimbangkan kadar mineral, dan membantu mengendalikan tekanan darah.


2. Dialisis Peritoneal

Serupa dengan Hemodialisis, Dialisis Peritoneal bisa dilakukan dengan memakai laposan perut untuk menyaring limbah dan kelebihan cairan di dalam tubuh. Lapisan yang disebut sebagai peritoneum tersebut lah yang akan menggantikan fungsi ginjal sang pasien.

Kemudian pada terapi ini, para pasien juga akan melakukan operasi kecil terlebih dahulu untuk memasukkan kateter (selang lunak) ke dalam perut. Setelah dimasukkan, kateter tersebut tidak akan dikeluarkan kembali, alias bersifat permanen.


3. Transplantasi Ginjal

Sederhananya, jika ada barang yang rusak, sebaiknya diganti dengan yang baru. Hal inilah yang dilakukan dalam transplantasi ginjal. Ginjal pasien yang rusak akan diganti dengan ginjal sehat dari pendonor.

Dilansir alodokter.com, jika transplantasi ginjal ini sudah dilakukan, maka pasien tidak perlu lagi melakukan cuci darah seumur hidup. Tetapi, pasien tetap diwajibkan untuk meminum obat imunosupresif untuk jangka panjang. 


Obat Gratis untuk Pasien Gagal Ginjal Akut

Selain terapi-terapi tersebut, obat juga kerap diberikan untuk membantu penyembuhan. Terutama untuk yang kondisinya belum terlalu parah, beberapa obat dinilai dapat memperbaiki kondisi ginjal pasien.

Karena itu, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyatakan bahwa obat untuk pengobatan gangguan ginjal akut progresif atipikal diberikan gratis kepada para pasien. Obat yang dimaksud adalah antidotum Fomepizole injeksi.

Obat Fomepizole tersebut telah didatangkan dari Singapura, dan juga telah melalui serangkaian uji coba kepada 10 pasien acute kidney injuries (AKI) di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. Hingga kini, kondisi dari 10 pasien tersebut diketahui telah membaik setelah diberikan obat Fomepizole.

Dilansir Antara, Menkes Budi juga menjelaskan kondisi pasien yang terus membaik setelah diberikan obat tersebut. Padahal, para pasien sebelumnya tidak bisa membuang air kecil, bahkan cuci darah yang dilakukan tidak terlalu membantu.

Melihat dampaknya ini, Budi pun mengatakan bahwa pemerintah akan mempercepat kedatangan obat tersebut. “Kami bisa simpulkan bahwa obat ini (Fomepizole) memberikan dampak positif dan kami akan mempercepat kedatangannya ke Indonesia sehingga anak-anak bisa terselamatkan,” ujarnya.

Selain dari Singapura, pemerintah juga berencana untuk mendatangkan obat serupa dari negara lainnya, seperti Australia, Amerika Serikat, dan Jepang. Kemudian, obat tersebut juga akan didistribusikan secara gratis.



Penulis : Naufal Jauhar Nazhif

Editor   : Putri Dewi

Stories 25 Oktober 2022

Selain Obat, Ini Terapi untuk Pasien Gagal Ginjal Akut

Selain obat, pasien gagal ginjal biasanya harus menjalani terapi yang cukup lama, salah satu tujuan terapi tersebut unutuk menggantikan fungsi ginjal.

Ketua Dharma Wanita Persatuan (DWP) Aceh Mellani Subarni membesuk anak-anak pasien gagal ginjal akut di RSUD Zainoel Abidin, Banda Aceh. -Antara-

Context, JAKARTA - Obat memang sangat membantu pasien untuk sembuh dari gagal ginjal. Namun biasanya, perawatan untuk menyembuhkan gagal ginjal harus membutuhkan waktu yang cukup lama. 

Bahkan, beberapa pasien membutuhkan terapi khusus saat didiagnosa gagal ginjal. Berikut beberapa terapi yang biasa dilakukan pasien gagal ginjal:


1. Hemodialisis

Hemodialisis atau yang biasa dikenal cuci darah ini adalah salah satu terapi yang paling umum dijumpai. Dilansir hellosehat.com, metode ini dilakukan dengan menggunakan mesin, sehingga dapat membantu tubuh menggantikan fungsi ginjal yang hilang seperti menyaring darah dari limbah dan kelebihan cairan, membantu menyeimbangkan kadar mineral, dan membantu mengendalikan tekanan darah.


2. Dialisis Peritoneal

Serupa dengan Hemodialisis, Dialisis Peritoneal bisa dilakukan dengan memakai laposan perut untuk menyaring limbah dan kelebihan cairan di dalam tubuh. Lapisan yang disebut sebagai peritoneum tersebut lah yang akan menggantikan fungsi ginjal sang pasien.

Kemudian pada terapi ini, para pasien juga akan melakukan operasi kecil terlebih dahulu untuk memasukkan kateter (selang lunak) ke dalam perut. Setelah dimasukkan, kateter tersebut tidak akan dikeluarkan kembali, alias bersifat permanen.


3. Transplantasi Ginjal

Sederhananya, jika ada barang yang rusak, sebaiknya diganti dengan yang baru. Hal inilah yang dilakukan dalam transplantasi ginjal. Ginjal pasien yang rusak akan diganti dengan ginjal sehat dari pendonor.

Dilansir alodokter.com, jika transplantasi ginjal ini sudah dilakukan, maka pasien tidak perlu lagi melakukan cuci darah seumur hidup. Tetapi, pasien tetap diwajibkan untuk meminum obat imunosupresif untuk jangka panjang. 


Obat Gratis untuk Pasien Gagal Ginjal Akut

Selain terapi-terapi tersebut, obat juga kerap diberikan untuk membantu penyembuhan. Terutama untuk yang kondisinya belum terlalu parah, beberapa obat dinilai dapat memperbaiki kondisi ginjal pasien.

Karena itu, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyatakan bahwa obat untuk pengobatan gangguan ginjal akut progresif atipikal diberikan gratis kepada para pasien. Obat yang dimaksud adalah antidotum Fomepizole injeksi.

Obat Fomepizole tersebut telah didatangkan dari Singapura, dan juga telah melalui serangkaian uji coba kepada 10 pasien acute kidney injuries (AKI) di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. Hingga kini, kondisi dari 10 pasien tersebut diketahui telah membaik setelah diberikan obat Fomepizole.

Dilansir Antara, Menkes Budi juga menjelaskan kondisi pasien yang terus membaik setelah diberikan obat tersebut. Padahal, para pasien sebelumnya tidak bisa membuang air kecil, bahkan cuci darah yang dilakukan tidak terlalu membantu.

Melihat dampaknya ini, Budi pun mengatakan bahwa pemerintah akan mempercepat kedatangan obat tersebut. “Kami bisa simpulkan bahwa obat ini (Fomepizole) memberikan dampak positif dan kami akan mempercepat kedatangannya ke Indonesia sehingga anak-anak bisa terselamatkan,” ujarnya.

Selain dari Singapura, pemerintah juga berencana untuk mendatangkan obat serupa dari negara lainnya, seperti Australia, Amerika Serikat, dan Jepang. Kemudian, obat tersebut juga akan didistribusikan secara gratis.



Penulis : Naufal Jauhar Nazhif

Editor   : Putri Dewi


RELATED ARTICLES

Apakah Flu saat Hamil Meningkatkan Risiko Autisme Anak? Ini Kata Para Ahli

Meskipun belum bisa dipastikan sebagai penyebab langsung, infeksi seperti flu saat hamil bisa berkontribusi meningkatkan risiko gangguan spektrum ...

Context.id . 25 November 2024

Haruskah Tetap Belajar Coding di Dunia AI?

Kamp pelatihan coding dulunya tampak seperti tiket emas menuju masa depan yang aman secara ekonomi. Namun, saat janji itu memudar, apa yang harus ...

Context.id . 25 November 2024

Menuju Pemulihan: Dua Ilmuwan Harvard Mencari Jalan Cepat Atasi Depresi

Depresi menjadi musuh yang sulit ditaklukkan karena pengobatannya butuh waktu panjang

Context.id . 24 November 2024

Hati-hati! Terlalu Banyak Duduk Rentan Terkena Serangan Jantung

Menurut penelitian terbaru meskipun kita rajin olahraga yang rutin jika tubuh tidak banyak bergerak dapat meningkatkan risiko gagal jantung hingga 60%

Context.id . 24 November 2024