Share

Stories 20 Oktober 2022

Sah! UU PDP Kini Resmi Diberlakukan

Presiden Joko Widodo resmi mengesahkan Undang-undang Perlindungan Data Pribadi (UU PDP). Dengan demikian, UU ini sudah resmi diberlakukan.

Presiden Joko Widodo resmi mengesahkan Undang-undang Perlindungan Data Pribadi (UU PDP). Dengan demikian, UU ini sudah resmi diberlakukan. - Antara -

Context.id, JAKARTA -  Setelah bulan lalu disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), pada Senin (17/10/2022) Presiden Joko Widodo resmi mengesahkan Undang-undang Perlindungan Data Pribadi (UU PDP). Dengan demikian, UU ini sudah resmi diberlakukan. 

Kehadiran UU PDP ini diharapkan dapat melindungi data pribadi masyarakat yang dikelola oleh penyelenggara sistem elektronik (PSE). Selain itu, UU ini bisa mencegah penyalahgunaan dari individu dan kelompok yang tidak bertanggung jawab.

Pasalnya, beberapa waktu belakangan banyak terjadi peretasan ataupun kebocoran data pribadi, yang bukan hanya merugikan individu, melainkan juga instansi serta sejumlah tokoh politik. Diketahui, kejadian pada kebocoran data pribadi para tokoh politik dan perusahaan BUMN pada bulan lalu merupakan salah satu titik balik kemajuan pembuatan Undang-undang ini.

Dengan berlakunya aturan ini, setiap orang, badan publik, organisasi internasional di Indonesia, serta warga negara Indonesia yang berada di luar wilayah hukum Indonesia tanpa terkecuali yang melakukan pelanggaran akan dikenakan sanksi pidana.

Adapun hal-hal yang dianggap melanggar adalah penyalahgunaan data pribadi, pemalsuan data pribadi, hingga pencurian data pribadi. 

Selain itu, data yang termasuk dalam data pribadi terbagi atas dua jenis. Pertama, data umum yang meliputi nama lengkap, jenis kelamin, kewarganegaraan, agama, dan status perkawinan. Kemudian ada data spesifik yang meliputi informasi kesehatan, data biometrik dan genetika, catatan kejahatan, data anak, data keuangan pribadi, serta data lain yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 

Diketahui, pihak pelanggaran yang dapat mengakibatkan kerugian pada orang lain, akan dipidana paling lama enam tahun dan denda dengan nominal paling besar Rp6 miliar. 

“Yang dapat mengakibatkan kerugian bagi orang lain sebagaimana dimaksud dalam pasal 66 dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp6.000.000.000 (enam miliar rupiah),” sesuai yang tertulis pada pasal 68 UU PDP. 

Menariknya, bagi korporasi yang melakukan pelanggaran ini dapat terkena dampak yang 10 kali lebih besar daripada yang diancamkan. Lebih lanjut, korporasi yang melanggar juga dapat dikenakan hukuman tambahan berupa perampasan keuntungan dari hasil tindak pidana, pembekuan seluruh aset, pelarangan permanen melakukan perbuatan tertentu, hingga pembayaran ganti rugi dan potensi pembubaran korporasi.



Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Putri Dewi

Stories 20 Oktober 2022

Sah! UU PDP Kini Resmi Diberlakukan

Presiden Joko Widodo resmi mengesahkan Undang-undang Perlindungan Data Pribadi (UU PDP). Dengan demikian, UU ini sudah resmi diberlakukan.

Presiden Joko Widodo resmi mengesahkan Undang-undang Perlindungan Data Pribadi (UU PDP). Dengan demikian, UU ini sudah resmi diberlakukan. - Antara -

Context.id, JAKARTA -  Setelah bulan lalu disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), pada Senin (17/10/2022) Presiden Joko Widodo resmi mengesahkan Undang-undang Perlindungan Data Pribadi (UU PDP). Dengan demikian, UU ini sudah resmi diberlakukan. 

Kehadiran UU PDP ini diharapkan dapat melindungi data pribadi masyarakat yang dikelola oleh penyelenggara sistem elektronik (PSE). Selain itu, UU ini bisa mencegah penyalahgunaan dari individu dan kelompok yang tidak bertanggung jawab.

Pasalnya, beberapa waktu belakangan banyak terjadi peretasan ataupun kebocoran data pribadi, yang bukan hanya merugikan individu, melainkan juga instansi serta sejumlah tokoh politik. Diketahui, kejadian pada kebocoran data pribadi para tokoh politik dan perusahaan BUMN pada bulan lalu merupakan salah satu titik balik kemajuan pembuatan Undang-undang ini.

Dengan berlakunya aturan ini, setiap orang, badan publik, organisasi internasional di Indonesia, serta warga negara Indonesia yang berada di luar wilayah hukum Indonesia tanpa terkecuali yang melakukan pelanggaran akan dikenakan sanksi pidana.

Adapun hal-hal yang dianggap melanggar adalah penyalahgunaan data pribadi, pemalsuan data pribadi, hingga pencurian data pribadi. 

Selain itu, data yang termasuk dalam data pribadi terbagi atas dua jenis. Pertama, data umum yang meliputi nama lengkap, jenis kelamin, kewarganegaraan, agama, dan status perkawinan. Kemudian ada data spesifik yang meliputi informasi kesehatan, data biometrik dan genetika, catatan kejahatan, data anak, data keuangan pribadi, serta data lain yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 

Diketahui, pihak pelanggaran yang dapat mengakibatkan kerugian pada orang lain, akan dipidana paling lama enam tahun dan denda dengan nominal paling besar Rp6 miliar. 

“Yang dapat mengakibatkan kerugian bagi orang lain sebagaimana dimaksud dalam pasal 66 dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp6.000.000.000 (enam miliar rupiah),” sesuai yang tertulis pada pasal 68 UU PDP. 

Menariknya, bagi korporasi yang melakukan pelanggaran ini dapat terkena dampak yang 10 kali lebih besar daripada yang diancamkan. Lebih lanjut, korporasi yang melanggar juga dapat dikenakan hukuman tambahan berupa perampasan keuntungan dari hasil tindak pidana, pembekuan seluruh aset, pelarangan permanen melakukan perbuatan tertentu, hingga pembayaran ganti rugi dan potensi pembubaran korporasi.



Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Putri Dewi


RELATED ARTICLES

Bank-bank di Taiwan Membatasi Iklan Facebook untuk Menghindari Penipuan

Pemimpin media sosial mendapatkan tekanan untuk melakukan pengawasan agar bisa mengurangi penipuan daring yang banyak terjadi di platform mereka

Context.id . 19 November 2024

Telegram, Aplikasi Pesan Pemilik Aset Kripto Jumbo

Telegram, aplikasi pesan yang terkenal dengan fitur keamanan dan privasinya ternyata lebih dari 40% pendapatannya berasal dari transaksi kripto

Context.id . 19 November 2024

Konsumen Beralih ke Merek Sepatu Lari Terkini, Nike dan Adidas Terlupakan?

Sejak ditemukannya teknologi sol inovatif oleh On, merek-merek baru mulai menggerus dominasi Nike dan Adidas di pasar sepatu lari

Context.id . 19 November 2024

Sunscreen Bisa Menyebabkan Kanker Kulit, Bagaimana Pendapat Ahli?

Meskipun sunscreen dikenal luas sebagai pelindung dari kanker kulit, beberapa mitos yang beredar menyebutkan produk itu malah bisa menyebabkan kan ...

Context.id . 19 November 2024