Share

Stories 14 Oktober 2022

Tips Kelola Keuangan saat Resesi di Depan Mata

Masyarakat Indonesia harus berjaga-jaga, karena sekalipun dirasa aman dari resesi, tapi bukan berarti tidak terdampak.

Pengunjung melihat produk di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, Kamis (29/9/2022). - Bisnis Indonesia -

Context.id, JAKARTA - Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada 2023 menjadi 2,7 persen.

Pemangkasan perkiraan ekonomi itupun sudah terjadi untuk kali kedua di 2022. Diketahui pada Januari, target pertumbuhan ekonomi dunia adalah 3,8 persen, tapi turun pada Juli 2022 menjadi 2,9 persen, dan kembali diturunkan baru-baru ini. 

Lebih lanjut, IMF juga memperingatkan tentang memburuknya prospek ekonomi dunia karena lonjakan inflasi tinggi yang dialami sejumlah negara. “IMF melihat kemungkinan 25 persen dari ekonomi global akan melambat menjadi kurang dari 2 persen pada tahun depan,” ujar IMF, dikutip dari Bloomberg, pada Rabu (12/10/2022).

Sekalipun itu, Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva menyatakan bahwa Indonesia masih aman dari ancaman, bahkan menjadi titik terang di tengah ekonomi global yang gelap gurita.

Namun tetap saja, masyarakat Indonesia juga harus berjaga-jaga, karena sekalipun Indonesia dirasa aman dari krisis global, tetapi bukan tidak mungkin krisis tersebut akan masuk ke Indonesia. Adapun berikut ini sejumlah tips yang dikutip dari Bankrate dan New York Times untuk menghadapi potensi resesi.

 

 

1. Mulai Batasi Pengeluaran dan Memperhatikan Keuangan

Masyarakat dihimbau untuk menyimpan uang yang dimiliki dan memperhatikan pengeluaran. Pasalnya, situasi ekonomi akan dengan mudah membalikkan perekonomian masyarakat.

Jadi, jika belum memiliki dana darurat, mungkin lebih baik untuk mempertimbangkan kembali rencana liburan ataupun proyek renovasi rumah yang mahal. Diketahui, dalam kondisi resesi ini, tidak ada yang mengetahui tentang keberlangsungan perusahaan ataupun pekerjaan.

“Anda harus membayar sewa Anda, Anda harus membayar asuransi mobil Anda, Anda harus makan untuk hidup. Biaya makanan Anda, utilitas Anda, itu semua akan menjadi pengeluaran penting,” ujar Direktur Nasihat Keuangan di Stash, Lauren Anastasio.
 

 

2. Kurangi Berhutang

Pada saat resesi, suku bunga akan mengalami kenaikan dan otomatis pembayaran pada pinjaman juga akan bertambah. Maka dari itu, keputusan terbaik adalah melunasi utang dan kartu kredit.

Adapun hal ini sudah terbukti dengan berulang kalinya The Fed dan Bank Indonesia melakukan kenaikan suku bunga. 
 

 

3. Pertimbangkan Baik-baik Saat Ingin Berinvestasi

Penurunan ekonomi biasanya akan berjalan beriringan dengan harga pasar saham yang jatuh. Pasalnya, perusahaan akan mengalami kesulitan untuk merekrut, memperluas, dan berinvestasi ketika masa-masa sulit. 

Maka dari itu, pembelian antar perusahaan akan cenderung stagnan dan berpengaruh pada penurunan fluktuasi pasar saham. “Ini akan memakan waktu yang sulit karena dalam resesi, pasar saham akan dengan mudah turun 30 hingga 40 persen, dari puncak ke palung,” ujar Kepala Analisis Keuangan Bankrate, Greg McBride.
 

 

4. Jangan Panik

Resesi memang kata yang menyeramkan bagi sejumlah masyarakat, apalagi bagi masyarakat yang telah melewati krisis ekonomi 1998 dan 2008. Namun, resesi ini menurut para ahli tidak akan separah penurunan ekonomi akibat Covid-19 pada 2020 kemarin. 



Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Putri Dewi

Stories 14 Oktober 2022

Tips Kelola Keuangan saat Resesi di Depan Mata

Masyarakat Indonesia harus berjaga-jaga, karena sekalipun dirasa aman dari resesi, tapi bukan berarti tidak terdampak.

Pengunjung melihat produk di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, Kamis (29/9/2022). - Bisnis Indonesia -

Context.id, JAKARTA - Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada 2023 menjadi 2,7 persen.

Pemangkasan perkiraan ekonomi itupun sudah terjadi untuk kali kedua di 2022. Diketahui pada Januari, target pertumbuhan ekonomi dunia adalah 3,8 persen, tapi turun pada Juli 2022 menjadi 2,9 persen, dan kembali diturunkan baru-baru ini. 

Lebih lanjut, IMF juga memperingatkan tentang memburuknya prospek ekonomi dunia karena lonjakan inflasi tinggi yang dialami sejumlah negara. “IMF melihat kemungkinan 25 persen dari ekonomi global akan melambat menjadi kurang dari 2 persen pada tahun depan,” ujar IMF, dikutip dari Bloomberg, pada Rabu (12/10/2022).

Sekalipun itu, Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva menyatakan bahwa Indonesia masih aman dari ancaman, bahkan menjadi titik terang di tengah ekonomi global yang gelap gurita.

Namun tetap saja, masyarakat Indonesia juga harus berjaga-jaga, karena sekalipun Indonesia dirasa aman dari krisis global, tetapi bukan tidak mungkin krisis tersebut akan masuk ke Indonesia. Adapun berikut ini sejumlah tips yang dikutip dari Bankrate dan New York Times untuk menghadapi potensi resesi.

 

 

1. Mulai Batasi Pengeluaran dan Memperhatikan Keuangan

Masyarakat dihimbau untuk menyimpan uang yang dimiliki dan memperhatikan pengeluaran. Pasalnya, situasi ekonomi akan dengan mudah membalikkan perekonomian masyarakat.

Jadi, jika belum memiliki dana darurat, mungkin lebih baik untuk mempertimbangkan kembali rencana liburan ataupun proyek renovasi rumah yang mahal. Diketahui, dalam kondisi resesi ini, tidak ada yang mengetahui tentang keberlangsungan perusahaan ataupun pekerjaan.

“Anda harus membayar sewa Anda, Anda harus membayar asuransi mobil Anda, Anda harus makan untuk hidup. Biaya makanan Anda, utilitas Anda, itu semua akan menjadi pengeluaran penting,” ujar Direktur Nasihat Keuangan di Stash, Lauren Anastasio.
 

 

2. Kurangi Berhutang

Pada saat resesi, suku bunga akan mengalami kenaikan dan otomatis pembayaran pada pinjaman juga akan bertambah. Maka dari itu, keputusan terbaik adalah melunasi utang dan kartu kredit.

Adapun hal ini sudah terbukti dengan berulang kalinya The Fed dan Bank Indonesia melakukan kenaikan suku bunga. 
 

 

3. Pertimbangkan Baik-baik Saat Ingin Berinvestasi

Penurunan ekonomi biasanya akan berjalan beriringan dengan harga pasar saham yang jatuh. Pasalnya, perusahaan akan mengalami kesulitan untuk merekrut, memperluas, dan berinvestasi ketika masa-masa sulit. 

Maka dari itu, pembelian antar perusahaan akan cenderung stagnan dan berpengaruh pada penurunan fluktuasi pasar saham. “Ini akan memakan waktu yang sulit karena dalam resesi, pasar saham akan dengan mudah turun 30 hingga 40 persen, dari puncak ke palung,” ujar Kepala Analisis Keuangan Bankrate, Greg McBride.
 

 

4. Jangan Panik

Resesi memang kata yang menyeramkan bagi sejumlah masyarakat, apalagi bagi masyarakat yang telah melewati krisis ekonomi 1998 dan 2008. Namun, resesi ini menurut para ahli tidak akan separah penurunan ekonomi akibat Covid-19 pada 2020 kemarin. 



Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Putri Dewi


RELATED ARTICLES

Apakah Asteroid yang Kaya Logam Mulia Ribuan Triliun Dolar Bisa Ditambang?

Sebuah wahana antariksa sedang dalam perjalanan menuju sebuah asteroid yang mungkin mengandung logam berharga senilai sekitar US 100 ribu kuadrili ...

Context.id . 22 November 2024

Sertifikasi Halal Perkuat Daya Saing Produk Dalam Negeri

Sertifikasi halal menjadi salah satu tameng bagi pengusaha makanan dan minuman dari serbuan produk asing.

Noviarizal Fernandez . 22 November 2024

Paus Fransiskus Bakal Kanonisasi Carlo Acutis, Santo Millenial Pertama

Paus Fransiskus akan mengkanonisasi Carlo Acutis pada 27 April 2025, menjadikannya santo millenial pertama dan simbol kesatuan iman dengan dunia d ...

Context.id . 22 November 2024

Benar-benar Komedi, Pisang Dilakban Bisa Dilelang hingga Rp98,8 Miliar

Karya seni konseptual pisang karya Maurizio Cattelan, \"Comedian,\" saat dilelang di rumah lelang Sotheby’s jatuh ke tangan seorang pengusaha kr ...

Context.id . 22 November 2024