Share

Home Stories

Stories 27 September 2022

Resesi, Anak di Inggris Kelaparan dan Pura-Pura Makan

Anak-anak di Inggris mengalami kelaparan hebat, mereka sampai makan karet ataupun bersembunyi di taman bermain karena tidak bisa makan siang.

Ilustrasi makanan kosong. - Puspa Larasati -

Context.id, JAKARTA - Anak-anak di Inggris mengalami kelaparan hebat. Pasalnya, mereka sampai makan karet ataupun bersembunyi di taman bermain karena tidak bisa makan siang.

“Kami mendengar tentang anak-anak yang sangat lapar sehingga mereka makan karet di sekolah,” ujar Kepala Eksekutif Koki di sekolah, Naomi Duncan, dikutip dari The Guardian.

Sebuah sekolah di bagian tenggara London, bahkan menyatakan bahwa salah seorang siswanya bahkan berpura-pura makan dari kotak makan siang yang kosong, karena mereka tidak mampu memenuhi syarat untuk mendapat makan siang gratis. Lebih lanjut, siswa tersebut juga tidak ingin teman-temannya mengetahui bahwa mereka tidak memiliki makanan di rumah.

Diketahui, di Inggris, semua anak sekolah memang berhak atas makanan sekolah gratis hingga tahun kedua, jika orangtuanya berpenghasilan kurang dari £7.400 atau sekitar Rp120 juta. 

Namun, ternyata Duncan pun mengaku bahwa banyak anak-anak yang mendapatkan makanan sekolah gratis, tidak memakan apapun sejak makan siang sebelumnya. “Pemerintah harus melakukan sesuatu,” ujar Duncan pada kesempatan tersebut. 


Sekolah Ikut Bertindak

Banyak guru di Inggris yang membeli pemanggang roti agar bisa memberikan sarapan pada anak-anak yang terlalu lapar sehingga tidak bisa berkonsentrasi.

Sayangnya, banyak sekolah yang sudah mengeluarkan anggaran yang cukup besar untuk memberi makan anak-anak yang lapar dan tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan makanan gratis. Padahal, harga listrik dan gas di Inggris semakin menjulang naik. Hal inipun membuat tagihan menjadi semakin besar dan membuat beberapa sekolah akan segera defisit. 


Dimana Orangtua-nya?

Dilansir dari Big Issue, terkadang keluarganya sendiri sudah tidak bisa membayari makanan dan bahkan sengaja untuk makan sedikit untuk memastikan anaknya mendapat makanan yang cukup. Beberapa orang Inggris bahkan terpaksa memakan makanan yang tidak sehat ataupun tidak memiliki nutrisi.


Kenapa Bisa Terjadi?

Diketahui, tingkat kelaparan di Inggris adalah yang tertinggi di Eropa, pasalnya gaji yang mereka dapatkan seringkali tidak sesuai dengan harga barang-barang di Inggris. 

Selain itu, harga tempat tinggal yang naik jauh lebih cepat dibandingkan upah minimum wilayah di Inggris. 

Apalagi Inggris juga merupakan salah satu negara yang terdampak krisis energi global dan inflasi terparah, yakni 10,1 persen pada Juli 2022.



Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Putri Dewi

Home Stories

Stories 27 September 2022

Resesi, Anak di Inggris Kelaparan dan Pura-Pura Makan

Anak-anak di Inggris mengalami kelaparan hebat, mereka sampai makan karet ataupun bersembunyi di taman bermain karena tidak bisa makan siang.

Ilustrasi makanan kosong. - Puspa Larasati -

Context.id, JAKARTA - Anak-anak di Inggris mengalami kelaparan hebat. Pasalnya, mereka sampai makan karet ataupun bersembunyi di taman bermain karena tidak bisa makan siang.

“Kami mendengar tentang anak-anak yang sangat lapar sehingga mereka makan karet di sekolah,” ujar Kepala Eksekutif Koki di sekolah, Naomi Duncan, dikutip dari The Guardian.

Sebuah sekolah di bagian tenggara London, bahkan menyatakan bahwa salah seorang siswanya bahkan berpura-pura makan dari kotak makan siang yang kosong, karena mereka tidak mampu memenuhi syarat untuk mendapat makan siang gratis. Lebih lanjut, siswa tersebut juga tidak ingin teman-temannya mengetahui bahwa mereka tidak memiliki makanan di rumah.

Diketahui, di Inggris, semua anak sekolah memang berhak atas makanan sekolah gratis hingga tahun kedua, jika orangtuanya berpenghasilan kurang dari £7.400 atau sekitar Rp120 juta. 

Namun, ternyata Duncan pun mengaku bahwa banyak anak-anak yang mendapatkan makanan sekolah gratis, tidak memakan apapun sejak makan siang sebelumnya. “Pemerintah harus melakukan sesuatu,” ujar Duncan pada kesempatan tersebut. 


Sekolah Ikut Bertindak

Banyak guru di Inggris yang membeli pemanggang roti agar bisa memberikan sarapan pada anak-anak yang terlalu lapar sehingga tidak bisa berkonsentrasi.

Sayangnya, banyak sekolah yang sudah mengeluarkan anggaran yang cukup besar untuk memberi makan anak-anak yang lapar dan tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan makanan gratis. Padahal, harga listrik dan gas di Inggris semakin menjulang naik. Hal inipun membuat tagihan menjadi semakin besar dan membuat beberapa sekolah akan segera defisit. 


Dimana Orangtua-nya?

Dilansir dari Big Issue, terkadang keluarganya sendiri sudah tidak bisa membayari makanan dan bahkan sengaja untuk makan sedikit untuk memastikan anaknya mendapat makanan yang cukup. Beberapa orang Inggris bahkan terpaksa memakan makanan yang tidak sehat ataupun tidak memiliki nutrisi.


Kenapa Bisa Terjadi?

Diketahui, tingkat kelaparan di Inggris adalah yang tertinggi di Eropa, pasalnya gaji yang mereka dapatkan seringkali tidak sesuai dengan harga barang-barang di Inggris. 

Selain itu, harga tempat tinggal yang naik jauh lebih cepat dibandingkan upah minimum wilayah di Inggris. 

Apalagi Inggris juga merupakan salah satu negara yang terdampak krisis energi global dan inflasi terparah, yakni 10,1 persen pada Juli 2022.



Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Putri Dewi


RELATED ARTICLES

Dominasi Google di Internet Mendapat Tantangan

Kagi mencoba melawan dominasi Google sebagai mesin pencari nomor satu. Mungkinkah berhasil?

Noviarizal Fernandez . 09 April 2025

Microsoft di Usia Setengah Abad: Dari Windows ke AI

Model bisnis yang dibangun oleh Bill Gates dan Paul Allen tetap menjadi fondasi Microsoft hingga kini ditambah cara beradaptasi dengan zaman

Context.id . 08 April 2025

Tarif Trump dan Harga Gadget Anda

Ketika politik perdagangan mengancam harga konsol gim, smartphone, dan laptop

Context.id . 07 April 2025

Bank Digital Bantu Gen Z Menabung atau Justru Makin Boros?

Bank digital mempermudah transaksi, tapi tanpa disiplin finansial, kemudahan itu bisa jadi jebakan konsumtif.

Renita Sukma . 30 March 2025