Ada di Ujung Tanduk, Bos Sea Group Tak Dapat Gaji
Para kelompok petinggi SEA Group induk Shopee berencana untuk tidak menerima kompensasi berupa uang tunai, sampai perusahaan tersebut bisa untung.
Context.id, JAKARTA - Siapa yang tidak tahu tentang Shopee? Platform jualan online berlogo oranye ini sudah membanjiri masyarakat di segala kalangan dengan barang-barangnya yang murah dan mudah dijangkau. Mulai dari UMKM, buruh, pengemudi ojek online, pelajar, hingga pekerja kantoran.
Selain itu, ia juga terkenal karena lini bisnisnya yang juga merambah ke dunia makanan, game, hingga keuangan.
Namun sayangnya, saat ini nasib pusat perusahaan Shopee tidak semulus itu. Diketahui, nilai pasar SEA Group telah berkurang hingga US$170 miliar atau sekitar 2.539 triliun sejak nilai tertingginya pada Oktober lalu. Selain itu, saham SEA Group juga menurun 2,6 persen dalam perdagangan hari ini, dan telah turun 72 persen dari awal tahun.
Oleh sebab itu, baru-baru ini para kelompok petinggi SEA Group induk Shopee berencana untuk tidak menerima kompensasi berupa uang tunai, sampai perusahaan tersebut bisa untung. Lebih lanjut, SEA juga sedang mengurangi pengeluarannya dan memangkas staf di divisi-divisinya.
Bahkan SEA Group berencana memangkas pengeluarannya untuk perjalanan bisnis para pejabat perusahaan, hingga biaya makan pun dibatasi dengan US$30 per hari atau sebesar Rp448.096.
Menurut Kepala Eksekutif Forrest Li, hal ini diperparah dengan kondisi global yang memang sedang tidak stabil. Mulai dari kenaikan suku bunga, percepatan inflasi, hingga pasar yang tidak stabil.
“Kita sekarang dapat melihat bahwa ini bukan badai yang cepat berlalu: kondisi negatif ini kemungkinan akan bertahan dalam jangka menengah,” ujar Forrest Li, dikutip dari Strait Times.
Meski demikian, perusahaan sedang berusaha untuk kembali mencatatkan arus kas positif untuk 12-18 bulan ke depan. Selain itu, SEA Group juga berharap agar lini bisnis game dan yang berada di Bisnis juga bisa semakin menguntungkan.
“Satu-satunya cara bagi kita untuk membebaskan diri kita dari mengandalkan mengandalkan modal eksternal adalah dengan menjadi swasembada, menghasilkan uang tunai yang cukup untuk semua kebutuhan dan proyek kita sendiri,” ujar Li.
Sudah Berulang-kali Lakukan PHK
Pada awal tahun 2022, SEA Group sudah berulang kali melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) dan penutupan perusahaan. Mulai dari lini bisnis Shopee India, Shopee Perancis, Shopee Spanyol, PHK Shopee pada Juni 2022, PHK lini bisnis Garena India, dan masih banyak lainnya.
Selain itu, Shopee juga disebut-sebut akan meninggalkan Argentina dan menutup sebagian besar operasinya di Chili, Kolombia, dan Meksiko.
RELATED ARTICLES
Ada di Ujung Tanduk, Bos Sea Group Tak Dapat Gaji
Para kelompok petinggi SEA Group induk Shopee berencana untuk tidak menerima kompensasi berupa uang tunai, sampai perusahaan tersebut bisa untung.
Context.id, JAKARTA - Siapa yang tidak tahu tentang Shopee? Platform jualan online berlogo oranye ini sudah membanjiri masyarakat di segala kalangan dengan barang-barangnya yang murah dan mudah dijangkau. Mulai dari UMKM, buruh, pengemudi ojek online, pelajar, hingga pekerja kantoran.
Selain itu, ia juga terkenal karena lini bisnisnya yang juga merambah ke dunia makanan, game, hingga keuangan.
Namun sayangnya, saat ini nasib pusat perusahaan Shopee tidak semulus itu. Diketahui, nilai pasar SEA Group telah berkurang hingga US$170 miliar atau sekitar 2.539 triliun sejak nilai tertingginya pada Oktober lalu. Selain itu, saham SEA Group juga menurun 2,6 persen dalam perdagangan hari ini, dan telah turun 72 persen dari awal tahun.
Oleh sebab itu, baru-baru ini para kelompok petinggi SEA Group induk Shopee berencana untuk tidak menerima kompensasi berupa uang tunai, sampai perusahaan tersebut bisa untung. Lebih lanjut, SEA juga sedang mengurangi pengeluarannya dan memangkas staf di divisi-divisinya.
Bahkan SEA Group berencana memangkas pengeluarannya untuk perjalanan bisnis para pejabat perusahaan, hingga biaya makan pun dibatasi dengan US$30 per hari atau sebesar Rp448.096.
Menurut Kepala Eksekutif Forrest Li, hal ini diperparah dengan kondisi global yang memang sedang tidak stabil. Mulai dari kenaikan suku bunga, percepatan inflasi, hingga pasar yang tidak stabil.
“Kita sekarang dapat melihat bahwa ini bukan badai yang cepat berlalu: kondisi negatif ini kemungkinan akan bertahan dalam jangka menengah,” ujar Forrest Li, dikutip dari Strait Times.
Meski demikian, perusahaan sedang berusaha untuk kembali mencatatkan arus kas positif untuk 12-18 bulan ke depan. Selain itu, SEA Group juga berharap agar lini bisnis game dan yang berada di Bisnis juga bisa semakin menguntungkan.
“Satu-satunya cara bagi kita untuk membebaskan diri kita dari mengandalkan mengandalkan modal eksternal adalah dengan menjadi swasembada, menghasilkan uang tunai yang cukup untuk semua kebutuhan dan proyek kita sendiri,” ujar Li.
Sudah Berulang-kali Lakukan PHK
Pada awal tahun 2022, SEA Group sudah berulang kali melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) dan penutupan perusahaan. Mulai dari lini bisnis Shopee India, Shopee Perancis, Shopee Spanyol, PHK Shopee pada Juni 2022, PHK lini bisnis Garena India, dan masih banyak lainnya.
Selain itu, Shopee juga disebut-sebut akan meninggalkan Argentina dan menutup sebagian besar operasinya di Chili, Kolombia, dan Meksiko.
POPULAR
RELATED ARTICLES