Stories - 30 August 2022

Hasil Blue Economy Indonesia Baru 3,6 Persen, Kenapa?

Sistem biru (blue system) Indonesia secara umum masih kurang berdampak pada penghasilan GDP Indonesia, itu hanya berkontribusi 3,6 persen.


Sistem biru (blue system) Indonesia secara umum masih kurang berdampak pada penghasilan GDP Indonesia, itu hanya berkontribusi 3,6 persen. - Antara -

Context.id, JAKARTA - Indonesia merupakan negara yang 70 persen wilayahnya adalah lautan dan 30 persen sisanya adalah daratan. 

Selain itu, Indonesia juga memiliki lebih dari 17.000 pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, dengan garis pantai lebih dari 99.000 km. Hal inilah yang membuat Indonesia disebut sebagai negara kepulauan terbesar di dunia.

Namun sayangnya, semakin hari, kesadaran Indonesia pada lautan semakin menurun. Menurut Vice President Marine Asia Pacific Field Division Conversation Internasional, Mark Erdmann menyatakan bahwa Indonesia terlalu fokus untuk membangun di daratan.

Tak hanya soal pembangunan, masyarakat Indonesia juga lebih fokus untuk memperhatikan dampak lingkungan yang ada di daratan. Dimulai dari banyaknya kampanye mengenai penghijauan kembali, pendaurulangan sampah, hingga green financing yang lebih berfokus pada daratan.

Maka dari itu, muncullah blue financing. Ini adalah pembiayaan kepada sektor publik dan swasta, yang mendukung investasi terkait laut. 

Perencana senior BAPPENAS Gellwynn Jusuf menyatakan bahwa industri biru di Indonesia masih kurang pendanaan. Angka untuk investasi blue financing di Indonesia juga jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan investasi dari saluran terestrial. 

Tak heran jika industri biru di Indonesia masih dirasa kurang berdampak pada produk domestik bruto (GDP) Indonesia. Soalnya, industri biru Indonesia hanya menyumbang 3,6 persen untuk GDP. “Sistem biru Indonesia secara umum masih kurang berdampak pada penghasilan GDP Indonesia, itu hanya berkontribusi 3,6 persen, dan kebanyakan pun dari sektor pemerintah,” ujar Gellwynn.

Padahal permasalahan yang ada di laut sama gawatnya dengan yang ada di darat. Mulai dari penangkapan ikan yang tidak berkelanjutan, sampah laut, kesehatan laut, dan rusaknya habitat hewan laut. 

Selain itu, hal ini menjadi penting karena Indonesia merupakan negara yang didominasi dengan perairan, yang tentunya segala hal yang tidak berkelanjutan akan mengganggu populasi biota laut. Kalau mengutip dari Presiden Jokowi, “pentingnya pembuatan blue economy di Indonesia adalah karena Indonesia merupakan negara yang paling kaya dalam keanekaragaman biota laut”. 

Masalahnya, untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah membutuhkan dana sebesar US$1,64 triliun atau setara dengan Rp24,3 triliun. Hal ini pun kemudian diperparah dengan belum adanya regulasi yang mengatur mengenai hal tersebut. 

Maka dari itu, Gellwynn pun menyatakan bahwa masyarakat dan pemerintah butuh melakukan beberapa tahap agar blue financing ini dapat benar-benar terealisasi.

1. Memperkuat kerangka investasi untuk blue finance. 

2. Memperkuat integrasi dan ketersediaan informasi, kesadaran, kapasitas, dan skala untuk blue investment.

3. Mempersiapkan skema investasi.

4. Mengurangi dampak dari mitigation arrangements (baik tinggi ataupun rendah). 


Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Putri Dewi

MORE  STORIES

Perebutan Likuiditas di Indonesia, Apa Itu?

Likuditas adalah kemampuan entitas dalam memenuhi kewajiban finansialnya yang akan jatuh tempo

Noviarizal Fernandez | 26-07-2024

Suku Inuit di Alaska, Tetap Sehat Walau Tak Makan Sayur

Suku Inuit tetap sehat karena memakan banyak organ daging mentah yang mempunyai kandungan vitamin C, nutrisi, dan lemak jenuh tinggi

Context.id | 26-07-2024

Dampingi Korban Kekerasan Seksual Malah Terjerat UU ITE

Penyidik dianggap tidak memperhatikan dan berupaya mencari fakta-fakta yang akurat berkaitan dengan kasus kekerasan seksual

Noviarizal Fernandez | 26-07-2024

Ini Aturan Penggunaan Bahan Pengawet Makanan

Pengawet makanan dari bahan kimia boleh digunakan dengan batas kadar yang sudah ditentukan BPOM

Noviarizal Fernandez | 25-07-2024