Stories - 03 August 2022
Di Balik Tewasnya Pimpinan Al Qaeda Ayman al-Zawahiri
Terbunuhnya Ayman al-Zawahiri menandakan berakhirnya perburuan selama 21 tahun yang dilakukan AS Kepada pimpinan organisasi Al Qaeda tersebut.

Context, JAKARTA - Pemimpin Al Qaeda Ayman al-Zawahiri tewas terbunuh akibat serangan pesawat tanpa awak atau drone Amerika Serikat. Hal ini menandakan berakhirnya perburuan selama 21 tahun yang dilakukan AS Kepada pimpinan kelompok radikal tersebut.
Tewasnya salah satu otak serangan 9/11 yang menghebohkan Amerika Serikat dan dunia tersebut diumumkan langsung oleh Presiden AS Joe Biden. Menurutnya, hal ini adalah suatu kemenangan besar, karena Zawahiri telah dianggap sebagai ancaman terbesar setelah pemimpin Al Qaeda sebelumnya, Osama bin Laden.
“Sekarang keadilan telah ditegakkan dan pemimpin teroris ini tidak ada lagi,” kata Biden dikutip dari New York Times. “bahwa tidak peduli berapa lama, di mana pun Anda bersembunyi, jika Anda adalah ancaman bagi rakyat kami, Amerika Serikat akan menemukan Anda dan membawa Anda keluar.” lanjutnya.
Telah Dilacak Selama Berbulan-Bulan
Sebelumnya, badan intelijen Amerika Serikat (CIA) telah melakukan pelacakan selama berbulan-bulan kepada keluarga Ayman al-Zawahiri di Kabul. Menurut Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby, hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi bahwa yang bersembunyi di suatu rumah yang ada di Kabul itu benar-benar Zawahiri.
“Misi ini benar-benar direncanakan selama enam, tujuh bulan terakhir. Ini benar-benar dilakukan sejak awal tahun ini, seperti yang kamu dengar dari apa yang dikatakan presiden, kami mendapatkan indikasi bahwa Zawahiri telah pindah ke Afghanistan,” ujar Kirby dikutip dari Bloomberg.
Kemudian, pada awal April tahun ini, sumber-sumber intelijen AS telah mendapatkan sinyal jika Zawahiri telah keluar dari tempat persembunyiannya di lereng gunung. Saat memutuskan untuk kembali ke rumah Sherpur, Kabul, Afghanistan, Zawahiri juga membawa istri, putri, dan cucunya.
Kepindahan Zawahiri ke Kabul terjadi setelah Amerika Serikat di bawah pimpinan Joe Biden menarik hampir seluruh pasukannya dari negara tersebut. Kemudian, kembalinya Taliban untuk berkuasa di Afghanistan pada Agustus tahun lalu juga dianggap telah membuat pemimpin Al Qaeda tersebut merasa aman kembali ke negara itu.
Hal ini juga memperkuat argumen bahwa AS masih bisa memerangi teroris tanpa mengerahkan ribuan pasukan seperti yang biasa mereka lakukan setelah peristiwa 9/11. Di sisi lain, kembalinya Zawahiri membuat munculnya keraguan terhadap komitmen Taliban dalam tidak memberikan tempat kepada Al Qaeda.
Terbunuh Karena Kebiasaan Duduk di Balkon
Menurut seorang pejabat AS, CIA telah mempelajari pola hidup dari Zawahiri. Salah satu pola hidupnya adalah duduk di balkon rumah. Dilansir dari The Guardian, pria berusia 71 tahun itu suka berjalan ke balkon rumahnya setelah melakukan sholat subuh. Hal itu ia lakukan agar bisa menyaksikan matahari terbit di ibu kota Afghanistan.
Setelah mempelajari pola hidup Zawahiri, pada hari minggu (31/7/2022) pukul 6:18 pagi waktu setempat, CIA dengan izin dari Gedung Putih mengirimkan dua rudal Hellfire yang ditembakkan dari drone Reaper. Pada saat itu, rudal yang ditembakkan berhasil menghantam balkon dimana Zawahiri berada.
Serangan drone tersebut tidak memakan korban sipil, maupun menewaskan keluarga dari Zawahiri. Pihak AS menyatakan bahwa mereka yakin jika yang terbunuh dalam serangan tersebut adalah Ayman al-Zawahiri, meskipun belum dikonfirmasi dengan identifikasi DNA.
Sebelumnya, setelah terlacak pada bulan April lalu, pejabat intelijen AS dan pihak-pihak terkait lainnya telah menyusun rencana serangan selama dua bulan. Salah satunya adalah dengan membuat replika rumah Sherpur, lengkap dengan balkon dimana pemimpin Al Qaeda tersebut suka menikmati pagi harinya. Replika rumah tersebut juga telah dilihat sendiri oleh Joe Biden.
Rakyat Amerika Serikat Diminta Waspada
Setelah berhasil menewaskan pimpinan Al Qaeda, Departemen Luar Negeri AS meminta warga Amerika Serikat yang bepergian ke luar negeri untuk lebih waspada. Pasalnya, bisa saja Al Qaeda dan para pendukungnya melakukan serangan atau tindakan balasan kepada AS.
“Informasi saat ini menunjukkan bahwa organisasi teroris terus merencanakan serangan teroris terhadap kepentingan AS di berbagai wilayah di seluruh dunia,” kata Departemen Luar Negeri AS seperti yang dikutip dari Bloomberg.
Peringatan ini diberikan mengingat serangan teroris biasanya susah untuk diprediksi dan bisa saja terjadi secara tiba-tiba. “Karena serangan teroris sering terjadi tanpa peringatan, warga AS sangat diminta untuk menjaga tingkat kewaspadaan yang tinggi dan mempraktikkan kesadaran situasional yang baik saat bepergian ke luar negeri.” lanjutnya.
Sekilas Tentang Ayman al-Zawahiri
Nama Zawahiri mulai muncul ke permukaan saat ia hadir dalam ruang sidang terkait pembunuhan Presiden Mesir Anwar Al Sadat pada 1981. Dilansir dari Antara, Zawahiri yang berasal dari Mesir ini sempat pergi ke Pakistan dan bekerja untuk Bulan Sabit Merah. Dalam pekerjaannya tersebut, ia bertugas merawat gerilyawan yang terluka di Afghanistan saat berperang melawan Uni Soviet.
Di sana, Ia yang juga merupakan ahli bedah itu akhirnya bertemu dengan Osama bin Laden, seorang kaya raya asal Arab Saudi yang nantinya akan menjadi pimpinan tertinggi organisasi Al Qaeda.
Pada tahun 1993, Zawahiri kemudian memimpin gerakan “jihad” Islam di Mesir. Pada masa itu juga nama Zawahiri semakin besar karena mencoba menggulingkan pemerintah Mesir melalui pemberontakan, serta ingin mendirikan negara Islam yang murni.
Kemudian pada 1999, Zawahiri sempat dijatuhkan hukuman mati oleh pengadilan militer Mesir. Dalam waktu yang sama, ia membangun organisasi Al Qaeda bersama Osama bin Laden. Dari Al Qaeda ini lah, Zawahiri menjadi komandan kedua Osama bin Laden saat melakukan serangan 9/11. Serangan tersebut menewaskan hampir 3.000 orang.
Setelah Osama bin Laden tewas terbunuh oleh pasukan AS pada Mei 2011, Zawahiri kemudian menggantikan posisi Osama bin Laden dan menjadi pemimpin tertinggi Al Qaeda. Sejak saat itu, ia sering melakukan kampanye terorisnya melalui video-video yang disebarkan di media sosial. Selama perburuannya, AS menghargai kepala Zawahiri sebesar Rp214,8 miliar bagi siapa saja yang bisa membunuhnya.
Penulis : Naufal Jauhar Nazhif
Editor : Putri Dewi
MORE STORIES

Guru NU Harus Punya Kompetensi Berbasis Kearifan Lokal
Pimpinan Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama tingkatkan kompetensi guru melalui pelatihan modul akar kurikulum merdeka berbasis kearifan lokal.
Noviarizal Fernandez | 28-11-2023

Sengkarut Utang Minyak Goreng Pemerintah ke Swasta
Peraturan yang berubah-ubah menjadikan utang minyak goreng antara pemerintah dan pengusaha berlarut-larut
Noviarizal Fernandez | 28-11-2023

Utak-atik UU MK, Kemajuan atau Kemunduran?
Rencana pembahasan revisi UU MK dilakukan seiring dengan adanya polemik di lembaga tinggi negara produk reformasi tersebut.
Noviarizal Fernandez | 28-11-2023

Tiket Final Piala Dunia U-17 2023 Ludes Terjual
Panitia menyediakan sebanyak 11 ribu tiket untuk laga final Piala Dunia u-17 yang berlangsung, Jumat 2 Desember 2023 di Stadion Manahan, Kota Solo ...
Noviarizal Fernandez | 27-11-2023
A modern exploration of business, societies, and ideas.
Powered by Bisnis Indonesia.
Copyright © 2023 - Context
Copyright © 2023 - Context