Share

Stories 29 Juli 2022

Jerman Gelap Gulita Akibat Penurunan Ekspor Gas Rusia

Akibat krisis energi, Jerman terpaksa memadamkan lampu layanan publik, mematikan air mancur, hingga menggunakan air dingin di kolam renang.

Lampu di Katedral Berlin yang dimatikan, imbas krisis energi Jerman. - U.S. Enviromental Protection Agency -

Context.id, JAKARTA - Jerman sedang dilanda krisis energi. Mereka pun terpaksa memadamkan lampu layanan publik, mematikan air mancur, hingga menggunakan air dingin di kolam renang.

Hal ini bermula sejak Rusia menyatakan bahwa negaranya akan mengurangi pasokan gas alamnya ke negara-negara Eropa, hingga hanya tersisa 20 persen dari kapasitas pipa, Rabu (27/7/2022). 

Menurut Gazprom perusahaan gas Rusia, hal ini disebabkan oleh masalah teknis di turbin utama gas, pipa Nord Stream 1. Namun, petinggi Eropa menyatakan ini hanyalah akal-akalan Rusia untuk memeras Eropa. “Rusia menggunakan kekuatan besar  yang dimilikinya untuk memeras Eropa,” ujar Wakil Kanselir dan menteri ekonomi Jerman, Robert Habeck. 

Pasalnya, Jerman merupakan negara yang sangat bergantung pada pasokan gas Rusia. Berdasarkan BBC UK 2021, Jerman mengimpor 42,6 miliar meter kubik dari Rusia. Kemudian, baru disusul oleh Italia (29,2 miliar meter kubik), Belarus (18,8 miliar meter kubik), Turki (16,2 miliar meter kubik), dan Belanda (15,7 miliar meter kubik).

Alhasil, para pemimpin Jerman berusaha keras untuk mengatasi krisis tersebut, dengan mengumumkan serangkaian langkah-langkah baru dan menyiapkan sumber energi lain sebagai alternatif.

Jerman juga terpaksa melakukan penghematan listrik. Kota Hanover, yang berada di bagian barat daya Jerman, memasang target penghematan hingga 15 persen, sesuai dengan yang diminta oleh Komisi Eropa pada minggu ini. Hal ini pun dilakukan untuk mengantisipasi seandainya Rusia menghentikan pengiriman gas alam secara total di musim dingin.

Kini, gedung-gedung di Ibukota negara bagian Lowe Saxony hanya akan dipanaskan mulai 1 Oktober hingga 31 Maret. Lalu, suhu kamar juga tidak boleh lebih dari 20 derajat Celcius. Penggunaan AC dengan kipas pemanas yang dinyalakan bebarengan juga tidak diizinkan sebagai tindak penghematan. “Situasinya tidak dapat diprediksi,” ujar Walikota Belit Onay. 

Di Berlin, Ibukota Jerman, terdapat sekitar 200 monumen bersejarah dan bangunan kota juga diselimuti kegelapan karena lampu-lampu yang dimatikan. “Dalam menghadapi perang melawan Ukraina dan ancaman energi Rusia, sangat penting bagi kita  untuk menangani energi kita dengan sehati-hati mungkin,” ujar seorang senator dari Berlin, Bettina Jarasch.

Sebenarnya Jerman juga sudah memiliki target penyimpanan gas, yakni harus terisi 75 persen kapasitas pada 1 September 2022, 85 persen kapasitas pada 1 Oktober 2022, dan 95 persen kapasitas pada 1 November 2022. Adapun cadangan gas saat ini baru mencapai 67 persen.

Sayangnya, dilansir dari Time, sekalipun cadangan sudah mencapai 100 persen, Jerman masih akan sulit untuk bertahan pada musim dingin. 

 

Naiknya Harga Energi Memperparah Kondisi

 

Melonjaknya harga energi dan inflasi membuat krisis ini semakin parah. Pasalnya, salah satu perusahaan energi Jerman, Uniper sudah mengumumkan bailout karena aliran gas yang telah melambat sejak invasi Rusia. 

Beberapa warga Berlin pun sudah mendapatkan pemberitahuan bahwa biaya pemanasan mereka menjadi berlipat ganda pada musim dingin ini.



Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Putri Dewi

Stories 29 Juli 2022

Jerman Gelap Gulita Akibat Penurunan Ekspor Gas Rusia

Akibat krisis energi, Jerman terpaksa memadamkan lampu layanan publik, mematikan air mancur, hingga menggunakan air dingin di kolam renang.

Lampu di Katedral Berlin yang dimatikan, imbas krisis energi Jerman. - U.S. Enviromental Protection Agency -

Context.id, JAKARTA - Jerman sedang dilanda krisis energi. Mereka pun terpaksa memadamkan lampu layanan publik, mematikan air mancur, hingga menggunakan air dingin di kolam renang.

Hal ini bermula sejak Rusia menyatakan bahwa negaranya akan mengurangi pasokan gas alamnya ke negara-negara Eropa, hingga hanya tersisa 20 persen dari kapasitas pipa, Rabu (27/7/2022). 

Menurut Gazprom perusahaan gas Rusia, hal ini disebabkan oleh masalah teknis di turbin utama gas, pipa Nord Stream 1. Namun, petinggi Eropa menyatakan ini hanyalah akal-akalan Rusia untuk memeras Eropa. “Rusia menggunakan kekuatan besar  yang dimilikinya untuk memeras Eropa,” ujar Wakil Kanselir dan menteri ekonomi Jerman, Robert Habeck. 

Pasalnya, Jerman merupakan negara yang sangat bergantung pada pasokan gas Rusia. Berdasarkan BBC UK 2021, Jerman mengimpor 42,6 miliar meter kubik dari Rusia. Kemudian, baru disusul oleh Italia (29,2 miliar meter kubik), Belarus (18,8 miliar meter kubik), Turki (16,2 miliar meter kubik), dan Belanda (15,7 miliar meter kubik).

Alhasil, para pemimpin Jerman berusaha keras untuk mengatasi krisis tersebut, dengan mengumumkan serangkaian langkah-langkah baru dan menyiapkan sumber energi lain sebagai alternatif.

Jerman juga terpaksa melakukan penghematan listrik. Kota Hanover, yang berada di bagian barat daya Jerman, memasang target penghematan hingga 15 persen, sesuai dengan yang diminta oleh Komisi Eropa pada minggu ini. Hal ini pun dilakukan untuk mengantisipasi seandainya Rusia menghentikan pengiriman gas alam secara total di musim dingin.

Kini, gedung-gedung di Ibukota negara bagian Lowe Saxony hanya akan dipanaskan mulai 1 Oktober hingga 31 Maret. Lalu, suhu kamar juga tidak boleh lebih dari 20 derajat Celcius. Penggunaan AC dengan kipas pemanas yang dinyalakan bebarengan juga tidak diizinkan sebagai tindak penghematan. “Situasinya tidak dapat diprediksi,” ujar Walikota Belit Onay. 

Di Berlin, Ibukota Jerman, terdapat sekitar 200 monumen bersejarah dan bangunan kota juga diselimuti kegelapan karena lampu-lampu yang dimatikan. “Dalam menghadapi perang melawan Ukraina dan ancaman energi Rusia, sangat penting bagi kita  untuk menangani energi kita dengan sehati-hati mungkin,” ujar seorang senator dari Berlin, Bettina Jarasch.

Sebenarnya Jerman juga sudah memiliki target penyimpanan gas, yakni harus terisi 75 persen kapasitas pada 1 September 2022, 85 persen kapasitas pada 1 Oktober 2022, dan 95 persen kapasitas pada 1 November 2022. Adapun cadangan gas saat ini baru mencapai 67 persen.

Sayangnya, dilansir dari Time, sekalipun cadangan sudah mencapai 100 persen, Jerman masih akan sulit untuk bertahan pada musim dingin. 

 

Naiknya Harga Energi Memperparah Kondisi

 

Melonjaknya harga energi dan inflasi membuat krisis ini semakin parah. Pasalnya, salah satu perusahaan energi Jerman, Uniper sudah mengumumkan bailout karena aliran gas yang telah melambat sejak invasi Rusia. 

Beberapa warga Berlin pun sudah mendapatkan pemberitahuan bahwa biaya pemanasan mereka menjadi berlipat ganda pada musim dingin ini.



Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Putri Dewi


RELATED ARTICLES

Inovasi Kesehatan Mental: Mengobati Depresi Melalui Aplikasi Digital

Aplikasi Rejoyn menawarkan solusi inovatif untuk mengobati depresi dengan latihan emosional yang \"mereset \" sirkuit otak

Context.id . 30 October 2024

Lewat Pertukaran Pelajar, Hubungan Indonesia-Kazakhstan Makin Erat

Hubungan Indonesia-Kazakhstan semakin erat melalui acara \"Kazakhstan-Indonesia Friendship Society\" dan program pertukaran pelajar untuk generasi ...

Helen Angelia . 30 October 2024

Jam Kerja Rendah Tapi Produktivitas Tinggi, Berkaca dari Jerman

Data OECD menunjukkan bmeskipun orang Jerman hanya bekerja rata-rata 1.340 jam per tahun, partisipasi perempuan yang tinggi dan regulasi bagus mem ...

Context.id . 29 October 2024

Konsep Adrenal Fatigue Hanyalah Mitos dan Bukan Diagnosis yang Sahih

Konsep adrenal fatigue adalah mitos tanpa dasar ilmiah dan bukan diagnosis medis sah yang hanyalah trik marketing dari pendengung

Context.id . 29 October 2024