Kunyah Pinang Sirih Sudah Ada Sejak Zaman Kuno
Penelitian menemukan bukti praktik mengunyah pinang telah ada sejak zaman kuno, terutama di wilayah Asia Tenggara.

Context.id, JAKARTA - Mengunyah pinang merupakan sebuah praktik budaya yang bisa ditemukan di beberapa wilayah Asia Tenggara. Di Indonesia, misalnya, masyarakat Papua kerap mengunyah buah pinang berwarna kemerahan tersebut bahkan sejak mereka berusia belia.
Melansir Ars Technica, Jumat (22/8/2025), saat dikunyah buah yang berasal dari pohon pinang ini akan melepaskan senyawa psikoaktif. Senyawa tersebut meningkatkan kewaspadaan dan energi, meningkatkan rasa euforia, hingga membantu seseorang untuk rileks.
Dalam praktik kebudayaan, buah pinang biasanya dibungkus dengan daun sirih dan diberi pasta kapur sirih yang terbuat dari bubuk cangkang atau koral, tergantung daerahnya.
Ritual dan istiadat kuno seperti praktik mengunyah buah pinang seringkali meninggalkan bukti arkeologis nyata. Di Thailand, penelitian membuktikan aktivitas mengunyah pinang telah dilakukan setidaknya selama 9.000 tahun.
Pada masa Kerajaan Lanna yang dimulai pada abad ke-13, gigi kemerahan bekas noda unyahan pinang dianggap sebagai tanda kecantikan. Walaupun, praktik istiadat ini mulai memudar, namun praktik mengunyah pinang masih menjadi bagian dari beberapa upacara keagamaan, pengobatan tradisional, sampai kegiatan rekreasi.
Sebagian besar arkeolog menemukan bukti dari aktivitas mengunyah pinang di zaman kuno melalui noda dan serpihan daun sirih serta kacang sirih yang tertinggal dan mudah terlihat pada gigi manusia kuno.
Dalam sebuah penelitian, Piyawait Moonkham arkeolog Universitas Chiang Mai di Thailand memutuskan untuk mencari jejak biologis sirih pinang pada plak gigi manusia kuno.
Penelitian tersebut bertolak belakang dari penelitian sebelumnya terkait plak gigi kuno yang menunjukkan plak gigi bisa menggambarkan lebih banyak kehidupan orang-orang di masa lalu serta mengungkapkan apa yang mereka konsumsi dan juga kondisi kesehatan mereka saat tutup usia.
Dalam penelitian terbarunya, Moonkham melaporkan praktik mengunyah pinang sudah dilakukan oleh setidaknya sebagian orang Thailand pada Zaman Perunggu. Menariknya, dalam sampel plak dari enam individu yang sebagian besar tidak bernoda ditemukan hanya satu gigi perempuan yang terbukti mengunyah pinang.
Penelitian sebelumnya lebih banyak menemukan gigi bernoda ada pada pemakaman pria. Alasan mengapa hanya perempuan tersebut yang menunjukkan bukti praktik mengunyah pinang masih menjadi misteri.
Terlebih, subjek penelitian tersebut menonjol lantaran dimakamkan dengan bejana tanah liat dan manik-manik batu yang khas, sesuatu yang langka di Nong Ratchawat–tempat para subjek penelitian ditemukan. Tidak diketahui apakah hal ini ada hubungannya dengan status sosial.
POPULAR
RELATED ARTICLES
Kunyah Pinang Sirih Sudah Ada Sejak Zaman Kuno
Penelitian menemukan bukti praktik mengunyah pinang telah ada sejak zaman kuno, terutama di wilayah Asia Tenggara.

Context.id, JAKARTA - Mengunyah pinang merupakan sebuah praktik budaya yang bisa ditemukan di beberapa wilayah Asia Tenggara. Di Indonesia, misalnya, masyarakat Papua kerap mengunyah buah pinang berwarna kemerahan tersebut bahkan sejak mereka berusia belia.
Melansir Ars Technica, Jumat (22/8/2025), saat dikunyah buah yang berasal dari pohon pinang ini akan melepaskan senyawa psikoaktif. Senyawa tersebut meningkatkan kewaspadaan dan energi, meningkatkan rasa euforia, hingga membantu seseorang untuk rileks.
Dalam praktik kebudayaan, buah pinang biasanya dibungkus dengan daun sirih dan diberi pasta kapur sirih yang terbuat dari bubuk cangkang atau koral, tergantung daerahnya.
Ritual dan istiadat kuno seperti praktik mengunyah buah pinang seringkali meninggalkan bukti arkeologis nyata. Di Thailand, penelitian membuktikan aktivitas mengunyah pinang telah dilakukan setidaknya selama 9.000 tahun.
Pada masa Kerajaan Lanna yang dimulai pada abad ke-13, gigi kemerahan bekas noda unyahan pinang dianggap sebagai tanda kecantikan. Walaupun, praktik istiadat ini mulai memudar, namun praktik mengunyah pinang masih menjadi bagian dari beberapa upacara keagamaan, pengobatan tradisional, sampai kegiatan rekreasi.
Sebagian besar arkeolog menemukan bukti dari aktivitas mengunyah pinang di zaman kuno melalui noda dan serpihan daun sirih serta kacang sirih yang tertinggal dan mudah terlihat pada gigi manusia kuno.
Dalam sebuah penelitian, Piyawait Moonkham arkeolog Universitas Chiang Mai di Thailand memutuskan untuk mencari jejak biologis sirih pinang pada plak gigi manusia kuno.
Penelitian tersebut bertolak belakang dari penelitian sebelumnya terkait plak gigi kuno yang menunjukkan plak gigi bisa menggambarkan lebih banyak kehidupan orang-orang di masa lalu serta mengungkapkan apa yang mereka konsumsi dan juga kondisi kesehatan mereka saat tutup usia.
Dalam penelitian terbarunya, Moonkham melaporkan praktik mengunyah pinang sudah dilakukan oleh setidaknya sebagian orang Thailand pada Zaman Perunggu. Menariknya, dalam sampel plak dari enam individu yang sebagian besar tidak bernoda ditemukan hanya satu gigi perempuan yang terbukti mengunyah pinang.
Penelitian sebelumnya lebih banyak menemukan gigi bernoda ada pada pemakaman pria. Alasan mengapa hanya perempuan tersebut yang menunjukkan bukti praktik mengunyah pinang masih menjadi misteri.
Terlebih, subjek penelitian tersebut menonjol lantaran dimakamkan dengan bejana tanah liat dan manik-manik batu yang khas, sesuatu yang langka di Nong Ratchawat–tempat para subjek penelitian ditemukan. Tidak diketahui apakah hal ini ada hubungannya dengan status sosial.
POPULAR
RELATED ARTICLES