Share

Home Stories

Stories 18 Agustus 2025

Ganja Mengandung Senyawa Langka yang Dibutuhkan Industri Farmasi

Senyawa fenolik, terutama flavonoid dibutuhkan industri farmasi karena sifat antioksidan, antiinflamasi dan antikarsinogeniknya

Tanaman ganja liar/healthsciences.arizona.edu

Context.id, JAKARTA - Ahli kimia analitik dari Universitas Stellenbosch (SU) Afrika Selatan telah memberikan bukti pertama adanya kelas senyawa fenolik langka yang disebut flavoalkaloid dalam daun ganja.

Senyawa fenolik, terutama flavonoid, dikenal luas dan dicari di industri farmasi karena sifat antioksidan, antiinflamasi dan antikarsinogeniknya seperti dilaporkan phys.org

Para peneliti mengidentifikasi 79 senyawa fenolik pada tiga varietas ganja yang dibudidayakan secara komersial di Afrika Selatan dan ada 25 senyawa ditemukan pada tanaman terlarang itu. 

Enam belas dari senyawa tersebut diduga flavoalkaloid. Menariknya, flavoalkaloid terutama ditemukan di daun hanya salah satu varietas tersebut. Hasil penelitian ini baru-baru ini diterbitkan di Journal of Chromatography.

Magriet Muller, seorang ahli kimia analitik di laboratorium LC-MS di Central Analytical Facility (CAF) Universitas Stellenbosch mengatakan analisis senyawa fenolik tanaman sangat menantang.

“Kebanyakan tanaman mengandung campuran kompleks senyawa fenolik dan meskipun flavonoid banyak ditemukan di kerajaan tumbuhan, flavoalkaloid sangat langka di alam,” jelasnya.

Menurut Muller, tanaman ganja sangat kompleks karena mengandung lebih dari 750 metabolit. Namun mereka tidak menyangka ada variasi profil fenolik yang begitu tinggi hanya di antara tiga varietas. 

“Ini sangat mengejutkan bisa menemukan begitu banyak senyawa yang belum pernah terdeteksi sebelumnya pada spesies ini. Terutama, bukti pertama adanya flavoalkaloid pada ganja,” terangnya. 

Dalam studi pascasarjananya di Departemen Kimia dan Ilmu Polimer SU, Muller mengembangkan metode analitik terkait senyawa fenolik.

“Kami mencari aplikasi baru untuk metode yang saya kembangkan, setelah berhasil mengujinya pada teh rooibos, anggur, dan wine. Saya lalu memutuskan menerapkannya pada ganja karena tahu sampelnya sangat kompleks dan fenolik ganja belum banyak dikarakterisasi,” jelasnya.

André de Villiers, profesor pembimbingnya sangat terkesan dengan hasil kromatografi yang diperoleh Muller

“Performa luar biasa dari kromatografi cair dua dimensi memungkinkan pemisahan flavoalkaloid dari flavonoid yang lebih melimpah, sehingga kami bisa mendeteksi senyawa langka ini untuk pertama kalinya dalam ganja,” kata Villiers

Villiers memimpin kelompok riset kimia analitik di Departemen Kimia dan Ilmu Polimer SU dan mengatakan masih banyak yang bisa dipelajari dari ganja, mengingat sebagian besar riset selama ini fokus pada sifat farmakologis cannabinoid yang berpengaruh pada mood.

“Analisis kami menyoroti potensi medis dari bahan tanaman ganja, yang saat ini dianggap sebagai limbah. Ganja menunjukkan profil fenolik non-cannabinoid yang kaya dan unik, yang bisa relevan untuk riset biomedis,” tambahnya



Penulis : Noviarizal Fernandez

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 18 Agustus 2025

Ganja Mengandung Senyawa Langka yang Dibutuhkan Industri Farmasi

Senyawa fenolik, terutama flavonoid dibutuhkan industri farmasi karena sifat antioksidan, antiinflamasi dan antikarsinogeniknya

Tanaman ganja liar/healthsciences.arizona.edu

Context.id, JAKARTA - Ahli kimia analitik dari Universitas Stellenbosch (SU) Afrika Selatan telah memberikan bukti pertama adanya kelas senyawa fenolik langka yang disebut flavoalkaloid dalam daun ganja.

Senyawa fenolik, terutama flavonoid, dikenal luas dan dicari di industri farmasi karena sifat antioksidan, antiinflamasi dan antikarsinogeniknya seperti dilaporkan phys.org

Para peneliti mengidentifikasi 79 senyawa fenolik pada tiga varietas ganja yang dibudidayakan secara komersial di Afrika Selatan dan ada 25 senyawa ditemukan pada tanaman terlarang itu. 

Enam belas dari senyawa tersebut diduga flavoalkaloid. Menariknya, flavoalkaloid terutama ditemukan di daun hanya salah satu varietas tersebut. Hasil penelitian ini baru-baru ini diterbitkan di Journal of Chromatography.

Magriet Muller, seorang ahli kimia analitik di laboratorium LC-MS di Central Analytical Facility (CAF) Universitas Stellenbosch mengatakan analisis senyawa fenolik tanaman sangat menantang.

“Kebanyakan tanaman mengandung campuran kompleks senyawa fenolik dan meskipun flavonoid banyak ditemukan di kerajaan tumbuhan, flavoalkaloid sangat langka di alam,” jelasnya.

Menurut Muller, tanaman ganja sangat kompleks karena mengandung lebih dari 750 metabolit. Namun mereka tidak menyangka ada variasi profil fenolik yang begitu tinggi hanya di antara tiga varietas. 

“Ini sangat mengejutkan bisa menemukan begitu banyak senyawa yang belum pernah terdeteksi sebelumnya pada spesies ini. Terutama, bukti pertama adanya flavoalkaloid pada ganja,” terangnya. 

Dalam studi pascasarjananya di Departemen Kimia dan Ilmu Polimer SU, Muller mengembangkan metode analitik terkait senyawa fenolik.

“Kami mencari aplikasi baru untuk metode yang saya kembangkan, setelah berhasil mengujinya pada teh rooibos, anggur, dan wine. Saya lalu memutuskan menerapkannya pada ganja karena tahu sampelnya sangat kompleks dan fenolik ganja belum banyak dikarakterisasi,” jelasnya.

André de Villiers, profesor pembimbingnya sangat terkesan dengan hasil kromatografi yang diperoleh Muller

“Performa luar biasa dari kromatografi cair dua dimensi memungkinkan pemisahan flavoalkaloid dari flavonoid yang lebih melimpah, sehingga kami bisa mendeteksi senyawa langka ini untuk pertama kalinya dalam ganja,” kata Villiers

Villiers memimpin kelompok riset kimia analitik di Departemen Kimia dan Ilmu Polimer SU dan mengatakan masih banyak yang bisa dipelajari dari ganja, mengingat sebagian besar riset selama ini fokus pada sifat farmakologis cannabinoid yang berpengaruh pada mood.

“Analisis kami menyoroti potensi medis dari bahan tanaman ganja, yang saat ini dianggap sebagai limbah. Ganja menunjukkan profil fenolik non-cannabinoid yang kaya dan unik, yang bisa relevan untuk riset biomedis,” tambahnya



Penulis : Noviarizal Fernandez

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Dilema Kebijakan Rokok: Penerimaan Negara Vs Kesehatan Indonesia

Menkeu Purbaya ingin menggairahkan kembali industri rokok dengan mengerem cukai, sementara menteri sebelumnya Sri Mulyani gencar menaikkan cukai d ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 15 October 2025

Di Tengah Ketidakpastian Global, Emas Justru Terus Mengkilap

Meskipun secara historis dianggap sebagai aset lindung nilai paling aman, emas kerap ikut tertekan ketika terjadi aksi jual besar-besaran di pasar ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 13 October 2025

China Terus Mencoba Menyaingi Teknologi Cip AS

China terus memperkuat industri cipnya untuk menghadapi tekanan dari Amerika Serikat yang memboikot pengiriman cip ke Negeri Tirai Bambu itu

Renita Sukma . 06 October 2025

Sushila Karki, Perdana Menteri Perempuan Pertama di Nepal

Setelah meredanya gelombang protes di Nepal, Sushila Karki ditunjuk sebagai Perdana Menteri Sementara dan disebut menandakan tumbuhnya kepercayaan ...

Renita Sukma . 16 September 2025