Di Balik Streaming Musik di Spotify, Ada Jejak Karbon Tersembunyi
Walaupun emisi karbon dari streaming audio lebih kecil, ternyata Spotify tetap berkontribusi signifikan menyumbang jejak emisi karbon karena ekspansi fitur-fiturnya.
.jpg)
Context.id, JAKARTA - Pada tahun 2024 Spotify memiliki kurang lebih 675 juta pengguna aktif dan 263 juta pengguna fitur premium. Data dari Backlinko menunjukkan bahwa jumlah pengguna aktif aplikasi streaming musik Spotify terus mengalami peningkatan. Bahkan dalam dua tahun terakhir, pengguna aktif Spotify bertambah sebanyak 185 juta pengguna.
Seiring dengan peningkatan jumlah penggunanya, Spotify juga terus meningkatkan fitur-fitur pada aplikasinya untuk terus menjaga hubungan musik dengan para pengguna.
Pada mulanya, Spotify menjadi aplikasi streaming musik yang identik dengan audio, namun seiring berjalannya waktu Spotify mulai menambah fitur video untuk streaming musik.
Melalui laman resminya, Spotify menunjukkan data bahwa rata-rata pendengar yang menemukan lagu dengan video musik di Spotify 34% lebih mungkin untuk streaming lagi di minggu selanjutnya. Video musik juga mendorong tindakan karena rata-rata lagu yang memiliki video musik 24% lebih mungkin untuk disimpan atau dibagikan.
Tim dari artis seperti Charli xcx, Danna Paola, FIREBOY DML, LISA, dan Fontaines D.C. sudah memanfaatkan video musik di Spotify untuk membuat penggemar lebih menghayati musik.
Tak hanya itu Spotify juga menghadirkan iklan berbentuk video yang melibatkan kecerdasan buatan (AI) untuk menyesuaikan preferensi pengguna.
Nasib emisi karbon Spotify akan meningkat?
Dilansir dari Greenly, pada dasarnya streaming musik jauh lebih sedikit menghasilkan karbon daripada streaming video, emisi per penggunanya tetap relatif rendah.
Namun, mengingat jangkauan globalnya yang masif, ditambah ekspansi fitur video, serta penggunaan AI yang membutuhkan pemrosesan tambahan yang disesuaikan dengan resolusi streaming pengguna memungkinkan jejak karbon Spotify diperkirakan akan terus membesar.
Beberapa tahun yang lalu Spotify masih rutin menerbitkan data tentang dampak lingkungan mereka. Namun sejak 2021, laporan-laporan mereka tidak lagi lengkap.
Menurut data terbaru, aktivitas streaming Spotify memiliki jejak karbon yang signifikan. Laporan emisi terbaru dari Spotify pada tahun 2023 tidak lagi menyertakan konsumsi listrik dari perangkat pengguna, sehingga perkiraan jejak karbonnya menjadi kurang akurat.
Oleh karena itu, data emisi tahun 2021 digunakan sebagai acuan dasar dan disesuaikan dengan jumlah pengguna yang terus bertambah untuk memberikan perkiraan yang lebih tepat.
Pada tahun 2021, emisi total Spotify mencapai 490 juta kg CO₂e. Emisi dari streaming (end-use emissions), termasuk penggunaan perangkat, menyumbang 23% dari total emisi, atau sekitar 112 juta kg CO₂e.
Greenly berasumsi dengan kebiasaan mendengarkan yang tetap sama, total emisi dari streaming diperkirakan naik secara proporsional dan berdasarkan perhitungan tersebut, total emisi Spotify dari streaming pada tahun 2024 diperkirakan sekitar 176,55 juta kg CO₂e. Ini berarti, rata-rata pengguna Spotify menyumbang sekitar 276 gram CO₂e per tahun.
The Carbon Trust menghitung bahwa rata-rata jejak karbon streaming video di Eropa, menghasilkan 55 gram CO₂e). CO₂e atau carbon dioxide equivalent (setara karbon dioksida) adalah ukuran gabungan dari berbagai gas rumah kaca.
Dilansir dari The Conversation, jumlah tersebut memiliki nilai 50 kali lipat lebih tinggi dibanding streaming audio dan setara dengan jejak karbon saat memanaskan empat kantong popcorn di microwave.
Selain itu, lokasi geografis juga dapat mempengaruhi besar emisi karbon yang dihasilkan dan bagaimana emisi tersebut dikelola. Seperti di Jerman yang memiliki jejak karbon streaming tertinggi di Eropa yaitu 76g CO₂e per jam karena energi mereka masih bergantung pada batu bara dan bahan bakar fosil.
Sementara itu di Inggris memiliki jejak karbon streaming yang lebih rendah, yakni 48g CO₂e per jam. Hal ini dikarenakan gabungan energi yang sudah mencakup gas alam dan energi terbarukan semakin meningkat dengan nuklir sebagai tumpuan energi rendah karbon.
Perusahaan teknologi wajib lebih transparan dan bertanggung jawab dalam hal emisi karbon. Namun di samping itu, pengguna dan kreator juga perlu berperan aktif dengan memilih perangkat dan pengaturan kualitas streaming yang lebih efisien.
Bagaimana langkah yang harus dilakukan?
Musik sudah menjadi salah satu bagian dari kehidupan manusia karena musik dapat menemani pendengarnya dalam situasi dan kondisi apapun. Meskipun begitu, perubahan kecil dapat dilakukan untuk mengurangi jejak karbon dari kebiasaan mendengarkan musik:
- Menurunkan kualitas streaming
- Mengunduh konten alih-alih streaming berulang kali
- Menggunakan WiFi dibandingkan data seluler (4G/5G)
- Mematikan fitur putar otomatis (autoplay) untuk mencegah streaming yang tidak perlu saat tidak sedang menonton atau mendengarkan.
Gimana menurutmu?
Penulis: Syifa Khairunnisa Zahrah
POPULAR
RELATED ARTICLES
Di Balik Streaming Musik di Spotify, Ada Jejak Karbon Tersembunyi
Walaupun emisi karbon dari streaming audio lebih kecil, ternyata Spotify tetap berkontribusi signifikan menyumbang jejak emisi karbon karena ekspansi fitur-fiturnya.
.jpg)
Context.id, JAKARTA - Pada tahun 2024 Spotify memiliki kurang lebih 675 juta pengguna aktif dan 263 juta pengguna fitur premium. Data dari Backlinko menunjukkan bahwa jumlah pengguna aktif aplikasi streaming musik Spotify terus mengalami peningkatan. Bahkan dalam dua tahun terakhir, pengguna aktif Spotify bertambah sebanyak 185 juta pengguna.
Seiring dengan peningkatan jumlah penggunanya, Spotify juga terus meningkatkan fitur-fitur pada aplikasinya untuk terus menjaga hubungan musik dengan para pengguna.
Pada mulanya, Spotify menjadi aplikasi streaming musik yang identik dengan audio, namun seiring berjalannya waktu Spotify mulai menambah fitur video untuk streaming musik.
Melalui laman resminya, Spotify menunjukkan data bahwa rata-rata pendengar yang menemukan lagu dengan video musik di Spotify 34% lebih mungkin untuk streaming lagi di minggu selanjutnya. Video musik juga mendorong tindakan karena rata-rata lagu yang memiliki video musik 24% lebih mungkin untuk disimpan atau dibagikan.
Tim dari artis seperti Charli xcx, Danna Paola, FIREBOY DML, LISA, dan Fontaines D.C. sudah memanfaatkan video musik di Spotify untuk membuat penggemar lebih menghayati musik.
Tak hanya itu Spotify juga menghadirkan iklan berbentuk video yang melibatkan kecerdasan buatan (AI) untuk menyesuaikan preferensi pengguna.
Nasib emisi karbon Spotify akan meningkat?
Dilansir dari Greenly, pada dasarnya streaming musik jauh lebih sedikit menghasilkan karbon daripada streaming video, emisi per penggunanya tetap relatif rendah.
Namun, mengingat jangkauan globalnya yang masif, ditambah ekspansi fitur video, serta penggunaan AI yang membutuhkan pemrosesan tambahan yang disesuaikan dengan resolusi streaming pengguna memungkinkan jejak karbon Spotify diperkirakan akan terus membesar.
Beberapa tahun yang lalu Spotify masih rutin menerbitkan data tentang dampak lingkungan mereka. Namun sejak 2021, laporan-laporan mereka tidak lagi lengkap.
Menurut data terbaru, aktivitas streaming Spotify memiliki jejak karbon yang signifikan. Laporan emisi terbaru dari Spotify pada tahun 2023 tidak lagi menyertakan konsumsi listrik dari perangkat pengguna, sehingga perkiraan jejak karbonnya menjadi kurang akurat.
Oleh karena itu, data emisi tahun 2021 digunakan sebagai acuan dasar dan disesuaikan dengan jumlah pengguna yang terus bertambah untuk memberikan perkiraan yang lebih tepat.
Pada tahun 2021, emisi total Spotify mencapai 490 juta kg CO₂e. Emisi dari streaming (end-use emissions), termasuk penggunaan perangkat, menyumbang 23% dari total emisi, atau sekitar 112 juta kg CO₂e.
Greenly berasumsi dengan kebiasaan mendengarkan yang tetap sama, total emisi dari streaming diperkirakan naik secara proporsional dan berdasarkan perhitungan tersebut, total emisi Spotify dari streaming pada tahun 2024 diperkirakan sekitar 176,55 juta kg CO₂e. Ini berarti, rata-rata pengguna Spotify menyumbang sekitar 276 gram CO₂e per tahun.
The Carbon Trust menghitung bahwa rata-rata jejak karbon streaming video di Eropa, menghasilkan 55 gram CO₂e). CO₂e atau carbon dioxide equivalent (setara karbon dioksida) adalah ukuran gabungan dari berbagai gas rumah kaca.
Dilansir dari The Conversation, jumlah tersebut memiliki nilai 50 kali lipat lebih tinggi dibanding streaming audio dan setara dengan jejak karbon saat memanaskan empat kantong popcorn di microwave.
Selain itu, lokasi geografis juga dapat mempengaruhi besar emisi karbon yang dihasilkan dan bagaimana emisi tersebut dikelola. Seperti di Jerman yang memiliki jejak karbon streaming tertinggi di Eropa yaitu 76g CO₂e per jam karena energi mereka masih bergantung pada batu bara dan bahan bakar fosil.
Sementara itu di Inggris memiliki jejak karbon streaming yang lebih rendah, yakni 48g CO₂e per jam. Hal ini dikarenakan gabungan energi yang sudah mencakup gas alam dan energi terbarukan semakin meningkat dengan nuklir sebagai tumpuan energi rendah karbon.
Perusahaan teknologi wajib lebih transparan dan bertanggung jawab dalam hal emisi karbon. Namun di samping itu, pengguna dan kreator juga perlu berperan aktif dengan memilih perangkat dan pengaturan kualitas streaming yang lebih efisien.
Bagaimana langkah yang harus dilakukan?
Musik sudah menjadi salah satu bagian dari kehidupan manusia karena musik dapat menemani pendengarnya dalam situasi dan kondisi apapun. Meskipun begitu, perubahan kecil dapat dilakukan untuk mengurangi jejak karbon dari kebiasaan mendengarkan musik:
- Menurunkan kualitas streaming
- Mengunduh konten alih-alih streaming berulang kali
- Menggunakan WiFi dibandingkan data seluler (4G/5G)
- Mematikan fitur putar otomatis (autoplay) untuk mencegah streaming yang tidak perlu saat tidak sedang menonton atau mendengarkan.
Gimana menurutmu?
Penulis: Syifa Khairunnisa Zahrah
POPULAR
RELATED ARTICLES