Share

Home Stories

Stories 12 Agustus 2025

Saat Film Bernuansa Nasionalisme: Merah Putih One For All jadi Kontroversi

Film animasi Merah Putih One For All yang dibuat untuk memeriahkan HUT RI ke-80 ini menuai kontroversi baik dari proses produksi maupun hasil film yang dibuat.

Trailer Film Merah Putih: One For All - YouTube/CGV Kreasi

Context.id, JAKARTA - Menjelang HUT RI ke-80 masyarakat Indonesia dihebohkan lagi dengan munculnya film animasi bernuansa nasionalisme berjudul: Merah Putih One For All. Rencananya film ini akan tayang di layar lebar mulai 14 Agustus 2025 yang berdurasi 70 menit. Dilansir dari laman resmi 21cineplex, Merah Putih One For All merupakan film animasi yang diproduksi oleh Perfiki Kreasindo. 

Lewat unggahan Instagram Toto Soegriwo @totosoegriwo yang merupakan Produser dari film ini membongkar bahwa Merah Putih One For All baru dikerjakan pada bulan Juni 2025 dan menghabiskan biaya produksi mencapai Rp6,7 miliar. 

Merah Putih One For All menceritakan tentang apa?

Merah Putih One For All dirilis dalam rangka merayakan HUT RI ke-80, sehingga film animasi ini mengangkat keberagaman budaya Indonesia dan mengandung unsur nasionalisme. Nuansa nasionalisme dari film Merah Putih One For All juga terlihat jelas pada posternya, terdapat kalimat “KAMI KECIL… TAPI CINTA KAMI UNTUK MERAH PUTIH… TAK PERNAH KECIL DARI PERBEDAAN, KAMI TEMUKAN KEKUATAN.”

Film animasi ini bercerita tentang delapan anak dari berbagai latar belakang budaya, yakni Betawi, Papua, Medan, Tegal, Jawa Tengah, Makassar, Manado, dan Tionghoa yang bersatu dalam misi heroik untuk menyelamatkan bendera merah putih pusaka yang hilang secara misterius tiga hari sebelum upacara kemerdekaan dimulai. 

Cuplikan pada trailer Merah Putih One For All menampilkan beberapa urutan kejadian mulai dari persiapan memeriahkan HUT RI ke-80 sampai proses saat pencarian bendera merah putih yang hilang. 

Jadi film animasi Indonesia yang banjir kritikan dari warganet?

Sejak pertama kali trailer film Merah Putih One For All rilis, warganet sudah membanjiri komentar terhadap film tersebut dengan kritikan.  

Warganet menyoroti beberapa kejanggalan dari cuplikan dan adegan dalam film tersebut, mulai dari aspek animasi sampai aspek penulisan tata bahasa. 

“Hah 7 M hasilnya gini doanggggg??? Sorry wae pak, aku sbg 3D artist ,malu sih kalo namaku ditaro credit. Jujur pak artistnya kamu bayar berapa??? Wkwkwkwkwk,” tulis @fifioluthfia di kolom komentar Instagram @movreview pada postingan poster “Merah Putih One For All”.

Adapun kritik yang muncul mempertanyakan esensi dari menggunakan judul bahasa Inggris padahal tema dari film animasinya mengenai kebangsaan, “Kenapa harus pake bahasa Inggris sih? Se-enggak pede itu pake bahasa Indonesia untuk judulnya, kenapa harus “One for all” kenapa ga “satu untuk semua” kaya tema nasionalisme tapi dari judulnya pake bahasa Inggris buat gue tuh kadang suka ga masuk akal aja.” tulis @loiketenggara 

Tak hanya itu, pengguna Instagram lainnya menuliskan beberapa tata bahasa yang perlu dikoreksi dalam film tersebut, “Maaf kalau saya kurang pandai seperti pembuat film. Namun, seharusnya kalau ingin mengedepankan keindonesaan harus juga riset dan belajar penulisan tata bahasa sesuai kaidah bahasa Indonesia.

1. Penulisan “Kemerdekaan-RI” tidak perlu menggunakan tanda hubung (-).
2. Penulisan “-nya” pada “Benderanya” itu harus disambung dengan kata yang mendahului karena “-nya” sebagai bentuk terikat. Jika ingin “-nya” dipisah, pakai pada kata yang merujuk pada Tuhan, misal “kebesaran-Nya”.

Begitu, semoga diterima @totosoegriwo

Penulis : Context.id

Editor   : Fahri N. Muharom

Stories 12 Agustus 2025

Saat Film Bernuansa Nasionalisme: Merah Putih One For All jadi Kontroversi

Film animasi Merah Putih One For All yang dibuat untuk memeriahkan HUT RI ke-80 ini menuai kontroversi baik dari proses produksi maupun hasil film yang dibuat.

Trailer Film Merah Putih: One For All - YouTube/CGV Kreasi

Context.id, JAKARTA - Menjelang HUT RI ke-80 masyarakat Indonesia dihebohkan lagi dengan munculnya film animasi bernuansa nasionalisme berjudul: Merah Putih One For All. Rencananya film ini akan tayang di layar lebar mulai 14 Agustus 2025 yang berdurasi 70 menit. Dilansir dari laman resmi 21cineplex, Merah Putih One For All merupakan film animasi yang diproduksi oleh Perfiki Kreasindo. 

Lewat unggahan Instagram Toto Soegriwo @totosoegriwo yang merupakan Produser dari film ini membongkar bahwa Merah Putih One For All baru dikerjakan pada bulan Juni 2025 dan menghabiskan biaya produksi mencapai Rp6,7 miliar. 

Merah Putih One For All menceritakan tentang apa?

Merah Putih One For All dirilis dalam rangka merayakan HUT RI ke-80, sehingga film animasi ini mengangkat keberagaman budaya Indonesia dan mengandung unsur nasionalisme. Nuansa nasionalisme dari film Merah Putih One For All juga terlihat jelas pada posternya, terdapat kalimat “KAMI KECIL… TAPI CINTA KAMI UNTUK MERAH PUTIH… TAK PERNAH KECIL DARI PERBEDAAN, KAMI TEMUKAN KEKUATAN.”

Film animasi ini bercerita tentang delapan anak dari berbagai latar belakang budaya, yakni Betawi, Papua, Medan, Tegal, Jawa Tengah, Makassar, Manado, dan Tionghoa yang bersatu dalam misi heroik untuk menyelamatkan bendera merah putih pusaka yang hilang secara misterius tiga hari sebelum upacara kemerdekaan dimulai. 

Cuplikan pada trailer Merah Putih One For All menampilkan beberapa urutan kejadian mulai dari persiapan memeriahkan HUT RI ke-80 sampai proses saat pencarian bendera merah putih yang hilang. 

Jadi film animasi Indonesia yang banjir kritikan dari warganet?

Sejak pertama kali trailer film Merah Putih One For All rilis, warganet sudah membanjiri komentar terhadap film tersebut dengan kritikan.  

Warganet menyoroti beberapa kejanggalan dari cuplikan dan adegan dalam film tersebut, mulai dari aspek animasi sampai aspek penulisan tata bahasa. 

“Hah 7 M hasilnya gini doanggggg??? Sorry wae pak, aku sbg 3D artist ,malu sih kalo namaku ditaro credit. Jujur pak artistnya kamu bayar berapa??? Wkwkwkwkwk,” tulis @fifioluthfia di kolom komentar Instagram @movreview pada postingan poster “Merah Putih One For All”.

Adapun kritik yang muncul mempertanyakan esensi dari menggunakan judul bahasa Inggris padahal tema dari film animasinya mengenai kebangsaan, “Kenapa harus pake bahasa Inggris sih? Se-enggak pede itu pake bahasa Indonesia untuk judulnya, kenapa harus “One for all” kenapa ga “satu untuk semua” kaya tema nasionalisme tapi dari judulnya pake bahasa Inggris buat gue tuh kadang suka ga masuk akal aja.” tulis @loiketenggara 

Tak hanya itu, pengguna Instagram lainnya menuliskan beberapa tata bahasa yang perlu dikoreksi dalam film tersebut, “Maaf kalau saya kurang pandai seperti pembuat film. Namun, seharusnya kalau ingin mengedepankan keindonesaan harus juga riset dan belajar penulisan tata bahasa sesuai kaidah bahasa Indonesia.

1. Penulisan “Kemerdekaan-RI” tidak perlu menggunakan tanda hubung (-).
2. Penulisan “-nya” pada “Benderanya” itu harus disambung dengan kata yang mendahului karena “-nya” sebagai bentuk terikat. Jika ingin “-nya” dipisah, pakai pada kata yang merujuk pada Tuhan, misal “kebesaran-Nya”.

Begitu, semoga diterima @totosoegriwo

Penulis : Context.id

Editor   : Fahri N. Muharom


RELATED ARTICLES

Saat Film Bernuansa Nasionalisme: Merah Putih One For All jadi Kontroversi

Film animasi Merah Putih One For All yang dibuat untuk memeriahkan HUT RI ke-80 ini menuai kontroversi baik dari proses produksi maupun hasil film ...

Context.id . 12 August 2025

Taman Bendera Pusaka, dari Padel Gratis hingga Penolakan Pedagang

Pemerintah Provinsi Jakarta berencana membangun Taman Bendera Pusaka di Jakarta Selatan yang bakal memiliki banyak fasilitas namun kehadirannya di ...

Context.id . 12 August 2025

Ini Merek Ponsel Pintar yang Bisa Menjadi Bank Daya

Tidak semua ponsel pintar memiliki fitur reverse charging atau kemampuan mengisi daya perangkat lain, hanya beberapa merek tertentu yang sudah dib ...

Renita Sukma . 12 August 2025

Copilot+ PC, Laptop AI Cerdas dari Microsoft

Copilot+ PC ini laptop Windows 11 terintegrasi AI dengan prosesor khusus yang mendukung Neural Processing Unit (NPU) berkapasitas tinggi

Renita Sukma . 12 August 2025