Musik Punya Peran Penting untuk Meningkatkan Penjualan Usaha?
Musik ternyata punya peran penting untuk meningkatkan penjualan. Riset menunjukkan musik bisa mempengaruhi perilaku pelanggan bahkan membuat mereka tinggal lebih lama!
.jpg)
Context.id, JAKARTA - Isu royalti musik menjadi permasalahan yang tengah disorot bagi para pelaku bisnis. Beberapa pelaku bisnis yang khawatir akhirnya memutuskan untuk tidak lagi memutar lagu padahal memutar musik mungkin jadi salah satu strategi bisnis untuk menggaet pelanggan.
Dari fenomena ini kita dapat melihat bahwa terdapat bisnis-bisnis yang sejak lama memiliki musik yang dilantunkan bukan dari artis musik melainkan dari sebuah (brand)-nya sendiri. Musik ini biasa dikenal dengan sebutan jingle.
Kira-kira retail atau perusahaan apa yang punya jingle?
Mulai dari retail jenis minimarket, supermarket, department store, sampai dengan toko dengan spesialisasi khusus, mereka punya jingle yang ikonik, diantaranya ada:
Mr. DIY
Family Mart
Superindo
Ramayana
Hypermart
Indomaret
Alfamart
Matahari
Hero
Yogya
Dilansir dari Forbes, memilih musik yang familiar dapat membuat pelanggan merasa nyaman dan betah. Namun, penting untuk memastikan musik tersebut selaras dengan identitas merek toko.
Menurut Shakila (22) salah satu konsumen dari ritel tersebut mengatakan bahwa dirinya hafal jingle Mr. DIY, Yogya, dan Superindo, “Apalagi kalo jingle-nya nyebutin nama merek, kayak Mr. DIY, ‘Mr. DIY ini ada, itu ada,’ itu menurut aku selain jago yang bikin aransemennya sampai kayak earworms gitu. Jadi membekas di telinga dan kita jadi ingat ketika pengen beli misalnya butuh ember nih, siapa tau di Mr. DIY ada. Itu jadi kayak salah satu yang membekas,” jelasnya.
Apakah musik penting bagi bisnis retail?
Survei dari Soundtrack menyebutkan bahwa background music bisa menjadi salah satu alat ampuh yang dapat digunakan perusahaan untuk meningkatkan customer experience dan mempengaruhi pelanggan secara positif pada saat pembelian.
Penelitian juga menunjukkan bahwa musik memiliki hubungan yang kuat dengan memori manusia, dan dengan strategi musik yang jelas, perusahaan dapat membuat pelanggan mereka tinggal lebih lama, membeli lebih banyak, dan menciptakan asosiasi yang diinginkan dengan merek.
Ola Sars, pendiri dan CEO Soundtrack meyakini bahwa musik memiliki kekuatan untuk meningkatkan penjualan, "Musik dapat menentukan berhasil atau tidaknya customer experience," ucapnya.
Bagaimana musik dapat mempengaruhi penjualan dan customer experience?
Ola Sars menjelaskan bahwa data dari MRC menunjukkan 84% pelanggan menyadari musik latar di sebuah toko.
Hal ini didukung oleh pernyataan Alifya (21) yang sering mengunjungi Family Mart, “Ngeh (sadar) banget karena aku suka salfok dan ikut sing along kalau denger lagu di tempat publik,” ujarnya.
Ola juga mengatakan jika tempo musik memainkan peran penting karena dapat mempengaruhi persepsi waktu. Musik bertempo cepat dapat mendorong pelanggan bergerak dan berbelanja lebih gesit, sehingga ideal untuk toko yang mengutamakan perputaran pelanggan yang cepat.
Sebaliknya, musik bertempo lambat membuat pelanggan merasa lebih santai dan menghabiskan lebih banyak waktu di toko, yang bisa mendorong pembelian barang yang lebih banyak atau lebih mahal. Selain itu, tempo lambat dapat membuat pelanggan merasa waktu berlalu lebih singkat.
“Kalo di Mr. DIY kan mampir beli apa langsung balik, gamau lama-lama disitu. Jadi jingle yang diulang-ulang di Mr. DIY ini masih masuk-masuk aja karena kita juga gak sampai berjam-jam disitu. Tapi kadang kalo di Mr. DIY atau Superindo terus nemu barang gak nemu-nemu, ketika musiknya diulang-ulang jadi, ‘bentar, matiin dulu musiknya,’” ujar Shakila.
Maka perlu diperhatikan juga bahwa alih-alih meningkatkan pengalaman pelanggan, musik tersebut justru bisa menjadi distraksi. Oleh karena itu, menyusun strategi musik yang terencana dan sesuai dengan merek adalah kunci untuk memaksimalkan dampaknya pada pengalaman pelanggan dan penjualan.
Kalau kamu hafal jingle apa?
Penulis: Syifa Khairunnisa Zahrah
POPULAR
RELATED ARTICLES
Musik Punya Peran Penting untuk Meningkatkan Penjualan Usaha?
Musik ternyata punya peran penting untuk meningkatkan penjualan. Riset menunjukkan musik bisa mempengaruhi perilaku pelanggan bahkan membuat mereka tinggal lebih lama!
.jpg)
Context.id, JAKARTA - Isu royalti musik menjadi permasalahan yang tengah disorot bagi para pelaku bisnis. Beberapa pelaku bisnis yang khawatir akhirnya memutuskan untuk tidak lagi memutar lagu padahal memutar musik mungkin jadi salah satu strategi bisnis untuk menggaet pelanggan.
Dari fenomena ini kita dapat melihat bahwa terdapat bisnis-bisnis yang sejak lama memiliki musik yang dilantunkan bukan dari artis musik melainkan dari sebuah (brand)-nya sendiri. Musik ini biasa dikenal dengan sebutan jingle.
Kira-kira retail atau perusahaan apa yang punya jingle?
Mulai dari retail jenis minimarket, supermarket, department store, sampai dengan toko dengan spesialisasi khusus, mereka punya jingle yang ikonik, diantaranya ada:
Mr. DIY
Family Mart
Superindo
Ramayana
Hypermart
Indomaret
Alfamart
Matahari
Hero
Yogya
Dilansir dari Forbes, memilih musik yang familiar dapat membuat pelanggan merasa nyaman dan betah. Namun, penting untuk memastikan musik tersebut selaras dengan identitas merek toko.
Menurut Shakila (22) salah satu konsumen dari ritel tersebut mengatakan bahwa dirinya hafal jingle Mr. DIY, Yogya, dan Superindo, “Apalagi kalo jingle-nya nyebutin nama merek, kayak Mr. DIY, ‘Mr. DIY ini ada, itu ada,’ itu menurut aku selain jago yang bikin aransemennya sampai kayak earworms gitu. Jadi membekas di telinga dan kita jadi ingat ketika pengen beli misalnya butuh ember nih, siapa tau di Mr. DIY ada. Itu jadi kayak salah satu yang membekas,” jelasnya.
Apakah musik penting bagi bisnis retail?
Survei dari Soundtrack menyebutkan bahwa background music bisa menjadi salah satu alat ampuh yang dapat digunakan perusahaan untuk meningkatkan customer experience dan mempengaruhi pelanggan secara positif pada saat pembelian.
Penelitian juga menunjukkan bahwa musik memiliki hubungan yang kuat dengan memori manusia, dan dengan strategi musik yang jelas, perusahaan dapat membuat pelanggan mereka tinggal lebih lama, membeli lebih banyak, dan menciptakan asosiasi yang diinginkan dengan merek.
Ola Sars, pendiri dan CEO Soundtrack meyakini bahwa musik memiliki kekuatan untuk meningkatkan penjualan, "Musik dapat menentukan berhasil atau tidaknya customer experience," ucapnya.
Bagaimana musik dapat mempengaruhi penjualan dan customer experience?
Ola Sars menjelaskan bahwa data dari MRC menunjukkan 84% pelanggan menyadari musik latar di sebuah toko.
Hal ini didukung oleh pernyataan Alifya (21) yang sering mengunjungi Family Mart, “Ngeh (sadar) banget karena aku suka salfok dan ikut sing along kalau denger lagu di tempat publik,” ujarnya.
Ola juga mengatakan jika tempo musik memainkan peran penting karena dapat mempengaruhi persepsi waktu. Musik bertempo cepat dapat mendorong pelanggan bergerak dan berbelanja lebih gesit, sehingga ideal untuk toko yang mengutamakan perputaran pelanggan yang cepat.
Sebaliknya, musik bertempo lambat membuat pelanggan merasa lebih santai dan menghabiskan lebih banyak waktu di toko, yang bisa mendorong pembelian barang yang lebih banyak atau lebih mahal. Selain itu, tempo lambat dapat membuat pelanggan merasa waktu berlalu lebih singkat.
“Kalo di Mr. DIY kan mampir beli apa langsung balik, gamau lama-lama disitu. Jadi jingle yang diulang-ulang di Mr. DIY ini masih masuk-masuk aja karena kita juga gak sampai berjam-jam disitu. Tapi kadang kalo di Mr. DIY atau Superindo terus nemu barang gak nemu-nemu, ketika musiknya diulang-ulang jadi, ‘bentar, matiin dulu musiknya,’” ujar Shakila.
Maka perlu diperhatikan juga bahwa alih-alih meningkatkan pengalaman pelanggan, musik tersebut justru bisa menjadi distraksi. Oleh karena itu, menyusun strategi musik yang terencana dan sesuai dengan merek adalah kunci untuk memaksimalkan dampaknya pada pengalaman pelanggan dan penjualan.
Kalau kamu hafal jingle apa?
Penulis: Syifa Khairunnisa Zahrah
POPULAR
RELATED ARTICLES