Model AI Muncul di Majalah Vogue, Bagaimana Masa Depan Industri Fesyen?
Munculnya model AI di Majalah Vogue pada edisi Agustus 2025 menjadi polemik bagi industri fesyen.

Context.id, JAKARTA - Majalah Vogue edisi Agustus 2025 menjadi sorotan di dunia maya karena memuat foto model yang sepenuhnya dihasilkan oleh teknologi perupa gambar kecerdasan artifisial atau Artificial intelligence (AI).
Dalam edisi terbaru majalah Vogue, terdapat dua halaman iklan Guess yang menampilkan seorang model sedang duduk di meja mengenakan atasan berwarna biru pucat serta model yang sama bersandar di dinding dengan maxi dress bermotif chevron hitam-putih sambil membawa tas.
Kemudian pada bagian sudut iklan tertulis, "Diproduksi oleh Seraphinne Vallora menggunakan AI."
Seraphinne Valora merupakan perusahaan yang memproduksi iklan tersebut. Para pendiri Seraphinne Valora, Valentina Gonzalez dan Andreea Petrescu, mengungkapkan kepada BBC bahwa mereka diminta untuk membuat model AI ini untuk iklan tersebut oleh Paul Marciano, salah satu pendiri Guess lewat Instagram.
Berdasarkan akun Instagram Seraphinne Vallora, mereka juga pernah membuat iklan/kampanye di berbagai majalah lain seperti Elle, Grazia, dan Harper’s Bazaar.
Dilansir dari This Morning pada Kamis, (30/07/2025), Valentina Gonzalez dan Andreea Petrescu menjawab beberapa pertanyaan mengenai proses pembuatan kampanye tersebut.
"Kami ini melengkapi, bukan mengganti (model). Jadi, ini bukan tentang mengganti, melainkan tentang bekerja bersama. Fakta bahwa sekarang kita punya cara pemasaran baru dan model digital baru, itu tidak berarti kita tidak bisa hidup berdampingan di industri desain yang sama." tutur Valentina.
Andreea juga mengatakan bahwa tujuan dari kampanye ini adalah untuk mengatasi keterbatasan waktu dan logistik pada pemotretan kampanye biasanya. Model AI menawarkan efisiensi karena dapat mempersingkat proses produksi kampanye yang biasanya sangat panjang dan rumit.
"Mereka hanya menambahnya [dengan AI] karena kampanye di dunia nyata memakan waktu lama untuk dikerjakan. Jelas, Anda harus pergi ke lokasi, Anda harus merencanakan berbulan-bulan sebelumnya, Anda harus mendapatkan izin untuk memotret, Anda harus bepergian ke sana dan mengatur segalanya. Dan bagi kami dengan menciptakan sebuah model [AI], dia akan selalu ada saat Anda membutuhkannya, dan membuat pakaian adalah proses yang cepat. Jadi, kami bisa menempatkannya [model AI] di mana saja di dunia." jelas Andreaa.
Lalu bagaimana proses menciptakan model AI?
Valentina menjelaskan bahwa pembuatan model AI untuk kampanye fesyen melibatkan kolaborasi mendalam dengan merek yang bersangkutan. Tujuannya adalah memastikan model AI yang dihasilkan mencerminkan identitas dan nilai-nilai merek tersebut. Model AI dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan representasi visual dari setiap klien.
"Proses pertama adalah mendesain modelnya, yang merupakan proses kreatif. Kami berbicara dengan direktur kreatif merek-merek tersebut, dan kami mendefinisikan, 'Oke, apa DNA merek Anda? Bagaimana kami akan menciptakan model yang merepresentasikan Anda?' Jadi, misalnya, Anda tadi bertanya mengapa dia terlihat seperti itu, itu karena dia merepresentasikan merek tersebut. Jika kami bekerja dengan merek yang memiliki model yang lebih... seperti inklusif atau, Anda tahu, dengan fitur yang berbeda, maka kami akan melakukan itu. Ini semua berkaitan dengan klien Anda." tutur Valentina.
Penggunaan AI di industri fesyen bukanlah sesuatu yang baru karena beberapa perusahaan dan merek seperti Levis dan Hugo Boss sudah pernah mencoba teknologi tersebut.
Di sisi lain, Bectu, serikat pekerja yang mewakili industri kreatif, menyuarakan kekhawatiran mereka. Sebuah survei menemukan bahwa 54% pekerja Bectu percaya AI akan berdampak negatif pada industri mode. Para pengguna di media sosial juga memperlihatkan kekecewaan mereka terhadap isu model AI di Majalah Vogue lewat komentar-komentar yang mereka tulis.
“Ini benar-benar membuat saya sangat sedih.” tulis seorang pengguna TikTok yang komentarnya sudah disukai 15.500 kali.
Adapun komentar yang mempertanyakan esensi dari majalah fesyen itu sendiri jika menggunakan AI, "Apa gunanya majalah fesyen jika mereka menggunakan AI?" tulis pengguna lainnya.
Apa pendapatmu soal fenomena model AI di industri fesyen ini?
Penulis: Syifa Khairunnisa Zahrah
POPULAR
RELATED ARTICLES
Model AI Muncul di Majalah Vogue, Bagaimana Masa Depan Industri Fesyen?
Munculnya model AI di Majalah Vogue pada edisi Agustus 2025 menjadi polemik bagi industri fesyen.

Context.id, JAKARTA - Majalah Vogue edisi Agustus 2025 menjadi sorotan di dunia maya karena memuat foto model yang sepenuhnya dihasilkan oleh teknologi perupa gambar kecerdasan artifisial atau Artificial intelligence (AI).
Dalam edisi terbaru majalah Vogue, terdapat dua halaman iklan Guess yang menampilkan seorang model sedang duduk di meja mengenakan atasan berwarna biru pucat serta model yang sama bersandar di dinding dengan maxi dress bermotif chevron hitam-putih sambil membawa tas.
Kemudian pada bagian sudut iklan tertulis, "Diproduksi oleh Seraphinne Vallora menggunakan AI."
Seraphinne Valora merupakan perusahaan yang memproduksi iklan tersebut. Para pendiri Seraphinne Valora, Valentina Gonzalez dan Andreea Petrescu, mengungkapkan kepada BBC bahwa mereka diminta untuk membuat model AI ini untuk iklan tersebut oleh Paul Marciano, salah satu pendiri Guess lewat Instagram.
Berdasarkan akun Instagram Seraphinne Vallora, mereka juga pernah membuat iklan/kampanye di berbagai majalah lain seperti Elle, Grazia, dan Harper’s Bazaar.
Dilansir dari This Morning pada Kamis, (30/07/2025), Valentina Gonzalez dan Andreea Petrescu menjawab beberapa pertanyaan mengenai proses pembuatan kampanye tersebut.
"Kami ini melengkapi, bukan mengganti (model). Jadi, ini bukan tentang mengganti, melainkan tentang bekerja bersama. Fakta bahwa sekarang kita punya cara pemasaran baru dan model digital baru, itu tidak berarti kita tidak bisa hidup berdampingan di industri desain yang sama." tutur Valentina.
Andreea juga mengatakan bahwa tujuan dari kampanye ini adalah untuk mengatasi keterbatasan waktu dan logistik pada pemotretan kampanye biasanya. Model AI menawarkan efisiensi karena dapat mempersingkat proses produksi kampanye yang biasanya sangat panjang dan rumit.
"Mereka hanya menambahnya [dengan AI] karena kampanye di dunia nyata memakan waktu lama untuk dikerjakan. Jelas, Anda harus pergi ke lokasi, Anda harus merencanakan berbulan-bulan sebelumnya, Anda harus mendapatkan izin untuk memotret, Anda harus bepergian ke sana dan mengatur segalanya. Dan bagi kami dengan menciptakan sebuah model [AI], dia akan selalu ada saat Anda membutuhkannya, dan membuat pakaian adalah proses yang cepat. Jadi, kami bisa menempatkannya [model AI] di mana saja di dunia." jelas Andreaa.
Lalu bagaimana proses menciptakan model AI?
Valentina menjelaskan bahwa pembuatan model AI untuk kampanye fesyen melibatkan kolaborasi mendalam dengan merek yang bersangkutan. Tujuannya adalah memastikan model AI yang dihasilkan mencerminkan identitas dan nilai-nilai merek tersebut. Model AI dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan representasi visual dari setiap klien.
"Proses pertama adalah mendesain modelnya, yang merupakan proses kreatif. Kami berbicara dengan direktur kreatif merek-merek tersebut, dan kami mendefinisikan, 'Oke, apa DNA merek Anda? Bagaimana kami akan menciptakan model yang merepresentasikan Anda?' Jadi, misalnya, Anda tadi bertanya mengapa dia terlihat seperti itu, itu karena dia merepresentasikan merek tersebut. Jika kami bekerja dengan merek yang memiliki model yang lebih... seperti inklusif atau, Anda tahu, dengan fitur yang berbeda, maka kami akan melakukan itu. Ini semua berkaitan dengan klien Anda." tutur Valentina.
Penggunaan AI di industri fesyen bukanlah sesuatu yang baru karena beberapa perusahaan dan merek seperti Levis dan Hugo Boss sudah pernah mencoba teknologi tersebut.
Di sisi lain, Bectu, serikat pekerja yang mewakili industri kreatif, menyuarakan kekhawatiran mereka. Sebuah survei menemukan bahwa 54% pekerja Bectu percaya AI akan berdampak negatif pada industri mode. Para pengguna di media sosial juga memperlihatkan kekecewaan mereka terhadap isu model AI di Majalah Vogue lewat komentar-komentar yang mereka tulis.
“Ini benar-benar membuat saya sangat sedih.” tulis seorang pengguna TikTok yang komentarnya sudah disukai 15.500 kali.
Adapun komentar yang mempertanyakan esensi dari majalah fesyen itu sendiri jika menggunakan AI, "Apa gunanya majalah fesyen jika mereka menggunakan AI?" tulis pengguna lainnya.
Apa pendapatmu soal fenomena model AI di industri fesyen ini?
Penulis: Syifa Khairunnisa Zahrah
POPULAR
RELATED ARTICLES